52. Penyesalan

342 24 0
                                    

Happy Reading 💚

Rania berjalan sendirian di koridor kampus, ia tak menemukan Maya disini. Dirinya kesepian, berbeda dengan pikirannya yang begitu ramai permasalahan.

Ia terhenti di depan masjid Megah milik kampus, dengan tatapan hangat ia teringat pada kakaknya Eza.

Dimana semuanya berlalu begitu cepat, kakaknya telah pergi, Papanya yang berubah, dan kenyataan yang membuatnya sedikit tak percaya bahwa dirinya sudah menikah sekarang, dan itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya di usia sekarang.

Matanya teralih pada sosok wanita cantik dengan rambut terurai kecokelatan, siapa lagi kalau bukan Luna.

Luna anak yang baik, cerdas, pandai bersosial, dan tentu banyak yang menyukainya. Apakah boleh dia insecure akan hal itu? Apakah wanita seperti Luna adalah idamannya Angga?

Rania tersenyum kecut membayangkan kenyataan dirinya, ia menunduk lesu dan berjalan memasuki masjid. Sudah lama rasanya ia tidak melaksanakan sholat di masjid ini, lebih seringnya di ruang sholat perjurusan.

Setelah sholat ia langsung keluar mengingat ada tujuan lain. Namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang, dengan cepat Rania kembali memasuki masjid untuk bersembunyi.

Itu Angga, benar dia adalah suami Rania. Tapi untuk apa datang ke kampus, bukannya urusan berkas sudah selesai dan tinggal menunggu wisuda. Rania masih fokus memandangi orang itu yang sepertinya sedang mencari seseorang.

"Apa mungkin Mas Angga nyariin aku ya? Gak, gak mungkin, jangan kepedean kamu Rania, mungkin aja nyari kak Luna." batin Rania tersenyum sendu.

Setelah melihat Angga yang sudah tidak ada, Rania kembali keluar masjid dengan cepat takut bertemu dengan orang itu.

"Rania," Baru saja beberapa langkah keluar masjid panggilan seseorang membuat Rania terhenti.

Ia terdiam di tempat tanpa berniat membalikkan badan. Rasanya dirinya tidak sanggup saat melihat mata itu bertemu dengan miliknya. Bolehkah dia kabur saat ini? Tapi sepertinya itu tidak akan baik.

"Assalamualaikum." ucap orang itu semakin mendekat dan berjalan ke hadapan Rania.

"Wa'alaikumsalam Mas." ucap Rania dengan mata yang terus tertuju ke bawah.

"Maaf,"

Bolehkah Rania mencercah laki-laki ini. Bolehkah Rania marah dan menutup pintu maaf itu. Kenapa sangat lambat sekali Angga menyadarinya, disaat dirinya hampir menyerah dan menutup pintu untuk Angga.

"Maaf atas kejadian saat itu, Mas egois. Mas salah, Mas akan jelasin semuanya. Percaya kan sama mas?" ucap Angga yang benar-benar tulus dengan nada menyesal.

Rania mencoba menahan air mata itu dengan mengambil nafas dalam untuk menenangkan diri.

"Kenapa mas baru sekarang cari aku?" ucap Rania mencoba membuka suara.

"Maafin Mas, Mas saat itu salah paham karena Alan mantan kamu. Tapi sekarang mas sadar, Mas salah."

Rania tersenyum kecut mendengarnya. "Rumah tangga yang tidak di landasin rasa percaya sepertinya tidak akan bertahan lama. Mungkin juga rumah tangga kita," ucap Rania lirih dengan tersenyum paksa.

Angga menggeleng. "Mas salah, Mas seharusnya percaya dengan apa yang kamu bilang. Mas bodoh ngikutin emosi dan ego Mas, Mas minta maaf."

Rania mengangguk lesu. "Aku maafin, udah kan?" ucap Rania hendak pergi namun di tarik kembali oleh Angga.

Rania melepaskan pegangan tangan itu di tangannya. Angga yang melihat itu sakit sekali rasanya, saat istrinya terlihat begitu dingin padanya.

"Yang kamu lihat malam itu cuman salah paham. Mas akan jelasin semuanya." ucap Angga dengan mata penuh harap.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang