| DELAPAN |

3K 671 19
                                    

Sudah lima menit berlalu sejak Serein mendengar kalimat terakhir dari mereka, gadis itu berdiri kaku di pijakan dengan tenggorokan kering kerontang. Sedetik kemudian dia menggarut tengkuk belakangnya yang tidak gatal berusaha menghilangkan kecanggungan walau itu sia-sia. Pandangannya kembali bertemu dengan manik-manik tajam itu, tidak tersirat nada lelucon di manik mereka, benar-benar serius.

"Aku masih belum mengerti, tolong jelaskan semuanya dari awal," ucap Serein pada akhirnya.

"Kau adalah Auriga, kau berhutang pada kami." Jawaban itu hanya semakin membuat Serein bertanya-tanya.

"Tapi aku sungguh tidak mengerti, tolong jelaskan."

"Kau sudah mengetahui nama dan wajah kami, itu lebih dari cukup."

"Tidak, aku hanya ingin tahu bagaimana kalian bisa terikat denganku?"

"Kau berhutang."

"H-hutang? Kumohon jelaskan lebih rinci."

"Tidak perlu berbasa-basi lagi."

Semilir angin berembus di antara mereka, perhatian Serein teralih pada langit yang tiba-tiba gelap total tanpa adanya satu pun bintang. Bulan yang sebelumnya menyinari bumi juga bersembunyi di balik awan.

"Apa yang terjadi?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Serein melihat sekawanan burung datang dan berkicauan dengan suara yang sangat berisik. Tidak hanya di sana, terdapat angin kencang dari arah barat yang mendekati Agya, disusul pepohonan yang daunnya beterbangan mengikuti arah hembusan angin. Semua anjing penjaga dan kuda peliharaan di Agya melolong dan meringkik tanpa sebab. Ternyata lampu sudah duluan padam, dan tidak ada yang mengetahui air danau Agya perlahan naik ke atas.

Serein tersentak tatkala pergelangan tangannya ditarik tanpa aba-aba, tidak bisa menalar apa yang terjadi karena terlalu cepat, semuanya seperti mimpi ketika dia langsung berpindah tempat seperti berpindah ke dimensi lain. Kepalanya terasa pusing dan perutnya memual, perpindahan yang sangat cepat itu berefek buruk pada Serein. Pandangan matanya terasa berkunang-kunang, tapi objek pertama yang Serein lihat meski buram ialah tempat yang sangat asing, dipenuhi makhluk-makhluk aneh yang sedang menatap ke arahnya.

"O frabjous day!" Adalah kalimat pertama yang Serein dengar sebelum akhirnya semua menjadi gelap.

Salah satu dari sosok itu yang berjubah putih-yang sebelumnya menarik Serein berpindah tempat-sigap menahan tubuh Serein agar tidak terjatuh. Serein yang tidak sadarkan diri menarik perhatian semua orang.

"Apa karena tinggal di dunia manusia dia menjadi sangat lemah?" tanya salah satu dari mereka, tak mengalihkan pandangannya dari Serein.

"Mungkin saja, hidup berdampingan dengan manusia memberinya dampak buruk," jawab lainnya dengan tudung merah pekat.

"Dia akan tinggal di sini selamanya. Apa dia bisa pulih total?"

"Itu pasti."

"Aku akan membawanya." Sosok berjubah putih itu mengangkat tubuh Serein dengan mudah lalu menaiki seekor kuda yang berdiri di sebelahnya seolah tahu sedang dibutuhkan. Dia dan Serein menghilang dari pandangan semua orang.

"Ah, menyebalkan. Aku masih ingin melihatnya. Harusnya tidak seperti ini. Bertahun-tahun aku menunggunya, tapi saat dia sudah berada di sini aku hanya bisa menunggu?"

"Kau pikir kita akan melakukan itu? Kalau kau mau lakukanlah tapi aku tak mau mendengar Jaan." Sosok bertudung hitam berwajah dingin itu ikut menaiki seekor kuda lalu melaju mengikuti kepergian kuda yang membawa Serein.

"Itu benar, tapi aku takut-" Ucapannya terhenti saat semua sosok sepertinya malah ikut menaiki kuda dan mengikuti mereka.

"Aku takut terkena serangan lagi!" teriaknya sebal yang tak didengar siapa pun. Tak memiliki pilihan, dia ikut menaiki kuda dan meninggalkan para penduduk yang memberi hormat pada mereka.


Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang