Nafasnya tercekat ditenggorokan dan tak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya. Kedua tangan yang sedang memeluk tubuh seorang wanita itu bergetar begitu hebat, sedang air mata yang berjatuhan itu jadi satu-satunya tanda emosi. Ia abaikan rasa sakit disekujur tubuhnya, matanya yang basah menatap sepasang mata yang juga menatapnya sendu. Wanita dalam pelukannya itu mengangkat sebelah tangan, mencoba menyentuh wajah tampan pria yang masih gemetaran. Semuanya seperti gerakan lambat. Wanita yang susah payah menyentuh wajah kekasihnya sambil memasang senyum, sedang lelaki itu mengelus lembut puncak kepala wanitanya. Mereka saling beradu pandang, saling menyampaikan isi hati lewat tatapan.
"hidup lebih...baik lagi, ya..." dengan susah payah wanita itu mengeluarkan sisa tenaganya hanya untuk mengucapkan 1 kalimat singkat yang terdengar parau. Lelaki itu hanya diam, perlahan suara tangis lolos dari mulutnya yang sedari tadi bungkam.
"tetap...hidup...untukku..." helaan nafas panjang terdengar dari wanita tersebut, lalu setelahnya hening. Lelaki itu masih diam, kali ini suara tangisannya mulai mengencang. Ia tempelkan dahinya dengan dahi kekasihnya tersebut, merasakan dinginnya tubuh wanita yang jadi satu-satunya alasan dia masih ada dan mau di dunia ini.
Ia semakin erat memeluk wanitanya, membiarkan suara tangisannya jadi tidak terkendali. Yang ia tau, mulai detik ini hidupnya tidak akan sama lagi. Separuh jiwanya hilang, dan entah bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya. Pelukannya semakin erat, tangisannya mengencang.
"CUT!!" terdengar teriakan dari sutradara yang menandakan pengambilan gambar sudah selesai. Namun lelaki itu masih hanyut dalam penjiwaannya. Wanita yang ada dalam peluknya itu menepuk bahu lelaki tersebut beberapa kali, memberi tanda jika lelaki itu harus melepaskan pelukannya.
"Chanyeol, sudah selesai. Kau bisa melepasku..." lelaki itu Chanyeol. Dia masih menangis sesenggukan, membuat wanita bernama Wendy yang kini masih dipeluk erat itu jadi kebingungan. Wendy mengelus bahu Chanyeol dengan lembut, mencoba membantu meredakan tangisan Chanyeol yang entah kenapa tidak berhenti.
"jangan pergi, kumohon..." bisik Chanyeol dengan suara parau. Wendy tersenyum mendengarnya.
"pergi? aku tidak kemana-mana." Balas Wendy masih dengan tangannya yang mengusap bahu lebar Chanyeol. Setelah mendengar jawaban Wendy, barulah Chanyeol melepaskan pelukannya dan membantu Wendy untuk duduk. Tak lama beberapa kru film menghampiri mereka, salah satu diantaranya berjongkok disamping Chanyeol sambil memegangi bahu lelaki jangkung tersebut.
"Hei, kau tak apa?" tanya kru tersebut pada Chanyeol lalu menyodorkan beberapa lembar tissue. Chanyeol mengambil tissue tersebut lalu bangkit dan berjalan menjauh meninggalkan Wendy dan beberapa kru yang keheranan melihatnya tampak tak biasa. Sesedih apapun adegan yang ia jalani, Chanyeol tidak pernah seemosi ini.
Wendy hanya melihat punggung Chanyeol yang mulai menghilang dari pandangannya. Tak hanya para kru, Wendy sendiri yang jadi kekasih Chanyeol tak mengerti kenapa bisa lelaki itu begitu emosi menjiwai adegan ini. Ditambah lagi mendengar kalimat itu, yang memintanya untuk tidak pergi. Wendy jadi berpikir keras, apa Chanyeol membuat kesalahan fatal hingga memintanya untuk tidak pergi? Atau ucapan itu hanya bagian dari penjiwaannya dalam pengambilan adegan ini?
Sedang Wendy sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada dikepalanya, Chanyeol justru masih kesulitan untuk menghentikan laju airmata yang tak bisa berhenti.
"Air mata sialan!" dengus Chanyeol kesal. Ia tak perduli pada orang-orang yang tengah menatapnya dengan heran. Untuk pertama kali dalam karirnya, ia bersikap tidak profesional. Chanyeol sadar jika kali ini ia tak sengaja melibatkan perasaan pribadinya. Emosi dalam dirinya tak bisa ia bendung.
"Shindong hyung sialan!" dengusnya lagi menyebut nama manajernya. Bukan tanpa alasan ia berkata kasar seperti itu, karena beberapa jam yang lalu manajernya tersebut datang padanya dengan wajah pucat dan kedua mata berair. Lelaki bertubuh gemuk itu datang padanya membawa selembar kertas yang jadi jawaban atas kebingungannya selama ini. Sebuah jawaban tunggal yang menjawab semua pertanyaan dan keraguannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From A Man Who Truly Loves You
FanfictionDia dikenal sebagai seorang publik figur yang menutup rapat kehidupan pribadinya, sejalan dengan kepribadian Introvertnya. Ia tak akan pernah mengumbar kehidupan yang ia jalani, sekalipun bercerita pada orang tuanya mengenai penyakit Thalasemia yang...