♡ • 6 : PILIHAN

2.2K 72 0
                                    

Ya benar, apa yang kamu katakan itu benar. Hidup ku mungkin akan semakin sengsara dan benar-benar aneh setelah melihat hasil dari testpack yang sedang ku pegang saat ini. Who got me pregnant?

Obviously I don't know who it is.

Kejut, kebingungan dan rasa panik bercampur pada diriku. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang melakukan itu padaku?! Akhir-akhir ini aku tidak pernah keluar sendiri tanpa seizin Mama.

Tidak, tidak! mungkin testpack nya salah. Aku akan membeli satu testpack lagi dan memakainya nanti. Untuk saat ini aku akan pulang dan lebih baik istirahat dirumah. Ini tidak bisa dipaksakan lagi.

Tangan ku membuka pintu toilet dan keluar cepat dari sana. Aku sudah terlalu lama di dalam, dan aku tidak mau ada seseorang yang penasaran. Kini aku sedang berusaha untuk menyembunyikan ekspresi wajah panik ku, aku berlagak bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja.

"Eh, ketemu juga Lo. Darimana aja?" tanya Dahlia menghampiri ku.

"Dari belakang, cari angin Li." jawab ku pelan berekspresi biasa.

"Bener? Gue cari kesana sana Lo ga ada. btw, Wajah Lo makin pucet noh, ga mau pulang aja?" risau Dahlia sekilas memegang dahiku.

Aku diam membisu. "Panas banget, Lo harus pulang. Nanti tambah parah Na." tegur Dahlia menampakkan wajah risaunya.

"Iya Li, ini mau pulang. Mau izin ke Pak Darr-"

"Anna." sela Darrel memanggil Qiaanna dari jauh. Otomatis Qiaanna menoleh, dia melihat Darrel yang tampak berjalan kearah nya. Sedangkan Dahlia alias Ahmad itu, ekspresi wajah nya langsung berubah menjadi tidak senang.

"Ada apa Pak? Ada yang bisa saya bantu?" ucapku setelah menunduk sopan.

"Terimakasih, untuk kemeja dan dasi saya."

"Ah ya .. sama-sama. Maaf ya Pak, baru saya kembalikan sekarang .. ee anu, saya minta maaf sebesar-besarnya tentang kejadian dirumah makan Patsuri. Kata Dahlia, saat itu saya sedang mabuk berat dan mengejek-ejek Bapak .."

"Tidak apa bagi saya, itu hal yang wajar jika seseorang sedang mabuk. Tidak ada hal yang perlu kamu khawatir. Btw, kenapa dengan muka mu?" lanjut Pak Darrel bertanya.

Aku memegang wajah ku dengan kedua tangan yang meraba-raba. Dahlia memasang ekspresi tidak senang nya sampai-sampai melipat kedua tangan nya sendiri. Aku tidak tau mengapa dia seperti itu.

"Maaf, memangnya kenapa ya Pak?" tanyaku panik campur meringis. "Muka mu sangat pucat Anna. Lebih baik kamu pulang, jangan paksakan dirimu untuk kerja jika sakit. Ayo saya antar." tukas Pak Darrel refleks menggandeng tangan kiriku, aku benar-benar terkejut dengan apa yang Bos ku lakukan.

Aku hendak menarik tangan ku. Tetapi, genggaman dari tangan Pak Darrel terlalu kuat dan erat sampai-sampai aku tak dapat melepasnya dengan mudah.

"Maaf, biar saya saja yang antar Pak." sahut Dahlia alias Ahmad. Dia menggandeng tangan kanan ku dari sisi samping. Sekarang tangan ku tengah di gandeng oleh dua laki-laki. Aku menoleh kesana kemari secara bergantian.

"Tidak, biar saya saja yang antar Anna." lanjut Darrel menatap tajam Dahlia alias Ahmad. Begitu juga dengan Ahmad yang menatap tajam Bos nya sendiri.

"Saya kenal dengan kedua orangtua Anna, biar saya yang antar Anna hingga rumah nya. Lebih baik Bapak istirahat karna setelah perjalanan jauh." pungkas Ahmad menahan emosi.

"Istirahat atau tidak, itu bukan urusan mu. Saya sebagai bos nya, harus mengantar Anna. Kau kira saya tidak kenal dengan orangtua Anna, huh?" balas Darrel.

"Anna, seperti nya kamu harus memilih." ujar Dahlia alias Ahmad semakin mengeratkan genggaman tangan nya.

"Ti-tidak, saya tidak memilih siapapun dari kalian berdua. Tolong lepaskan tangan saya .. saya akan pulang naik taxi." ucapku.

MY BOSS, DARREL! - [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang