Check out my new story called Moment on my profile, Guys! It'll be fun.
Namaku Mellody. Perempuan yang biasa kamu temui di grup-grup kecil perempuan, mengobrol tentang keseharian mereka, dan tertawa terbahak jika ada hal lucu.
Aku suka teddy bear. Perempuan yang biasa kamu tahu suka akan hal-hal klise seperti cinta pandangan pertama, bahagia selama-lamanya, dan pangeran berkuda putih.
Aku suka menyanyi. Perempuan yang biasa kamu dengar suaranya beriringan dengan tokoh utama perempuan yang siapapun bisa menyukainya.
Tapi, bagian pentingnya bukan itu.
Aku ini super salah tingkah. Perempuan yang biasa kamu lihat sedang bergerak aneh ke sana-ke mari jika malu, gugup, senang, bahkan sedih.
Dan sekarang aku berdiri. Di depan orang yang selama dua tahun ini diam-diam aku suka. Mata cemerlangnya menatapku takut-takut. Seolah kepalaku bisa terbelah menjadi dua karena pernyataannya tiga menit yang lalu.
"Gue suka lo dari dulu, Mell."
Itu yang tadi dia katakan. Entah itu lelucon baginya atau sebuah fakta tak terbantahkan.
Yang pasti, aku melongo. Bingung sekaligus terkejut, juga terperanjat. Dia suka aku. Dari dulu. Bila bisa digaris bawahi, aku akan menggaris bawahi kalimat dari dulu.
"Boong lu," ceplosku tanpa sengaja.
Ketika salah tingkah, ini yang aku lakukan. Membuat diriku menjadi semacam badut dadakan. Mempermalukan diri sendiri. Bahkan di depan orang yang aku suka.
TERUTAMA pada orang yang aku suka. Aku sering salah tingkah.
"Apa muka gue keliataan kalo gue boong?" tanyanya kesal setengah mati.
"Gue dari dulu gak bisa baca muka lo, Ares," balasku, kali ini memilin jemari dengan gugup.
Ares tampak frustasi. Sekaligus malu. Dia mengacak-acak rambutnya yang memang dari dulu suka diacak-acak sama dia. Ares melihatku sekilas sebelum membuang muka ke Papua.
Jauh amat, ke Papua.
Aduh, aku salah tingkah lagi!
Wajahku sudah sangat merah seperti kepiting rebus. Aku gak tau lagi harus berbicara apa pada Ares. Dia adalah cowok pertama yang aku suka selama entah berapa tahun sejak pertama kami bertemu. Dia adalah cowok yang membuatku terpaksa memikirkannya di tengah malam saat menatap langit-langit kamar. Dia adalah cowok yang aku bayangkan akan menembakku dengan romantis.
Bukannya ditembak di atap studio rekaman dengan wajah Ares frustasi seperti ini. Seolah pernyataan sukanya itu bagai bencana baginya.
Jadi, ketika salah tingkah, aku pergi meninggalkan Ares.
=Mellody=
Hati aku patah banget. Gak berbentuk. Aku sukses menjauh dari Ares bila ia mendekat atau ingin berbicara denganku. Aku gak tau apa yang membuat aku bertingkah aneh seperti ini. Untung kedua teman dekat kami, Alex dan Rina, sama sekali tidak sadar perubahan situasi antara aku dan Ares.
Saat kami berempat latihan band di studio musik, aku benar-benar menghindarinya. Aku takut bila mendadak aku semakin mempermalukan diri sendiri.
Minggu ini aku berlibur bersama Rina di Jogja untuk merayakan ulang tahun teman kami, Lizzy. Sungguh bagus melupakan Ares untuk sesaat.
Tapi pagi ini di balkon kamar hotel, aku teringat Ares lagi. Aku teringat senyumnya. Candanya. Matanya yang berputar kesal jika aku berargumen dengannya. Suara tawanya yang khas dan tangan hangatnya yang terkadang tidak sengaja bersentuhan dengan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Salah Tingkah
Teen FictionThe Rules Series One Shot: Mellody Namaku Mellody. Kadang aku super salah tingkah di saat-saat yang "penting". Saat orang yang aku suka nembak aku, misalkan. © Copyright, 2015