28. "Bertemu dengan Kegelapan."

250 30 30
                                    

Warning!

• Cerita ini tidak bermaksud untuk menyinggung pihak-pihak tertentu. Tidak seluruh peristiwa di sini nyata, ada beberapa khayalan author termasuk topik awal cerita ini.

"Tunggu apa maksud ibu? Aku tidak memiliki itu-"

"Itu bawaan dari kamu kecil. Kau adalah putra mahkota pertama setelah 120 tahun tentu saja kamu akan tertekan untuk menjadi sempurna, dia lahir disaat itu." Beatrix merubah nada bicara menjadi lebih rendah. "Dan kau penyebab adikmu mati."

Alexander mulai mundur dia melihat tubuhnya sekilas, "Aku? Penyebab dia mati-ARGH!!"

...

Willem-Alexander POV

Kepalaku terasa ingin meledak. Kenangan-kenangan pudar mulai bermunculan kembali di kepalaku. Aku yang menyebabkan adikku mati?

"Tidak, dia yang menyebabkan kau membunuhnya."

"Apa yang kau maksud?!"

Suara yang sama lagi-lagi berbisik kepadaku.

"Hahahaha, dia sudah tidak penting lagi. Ngomong-ngomong, apakah kau masih ingat pertama kali kita bertemu? Kau dulu masih 8 tahun dan kau sangat imut."

"Maksudmu?"

"Saat kita pertama kali bertemu kau tersenyum kepadaku dan menggandeng kedua tanganku. Ingatan yang sungguh indah."

"Apa? kau sudah ada selama itu?"

"Tentu. Sudah lama kita tak bertemu dan lihatlah kau sudah sebesar ini."

Suara itu menghilang dan ada seseorang di depanku, ia mirip denganku. Ia mulai mendekatiku sambil tersenyum kepadaku.

Aku melangkah mundur untuk menghindarinya tapi ia tiba-tiba sudah ada di belakangku, ia memelukku sambil tersenyum.

"Sudah lama. Aku rindu perasaan ini, Willem-Alexander."

Dia memelukku begitu erat. Entahlah, pelukannya begitu hangat bahkan lebih hangat daripada pelukan ibu dan ayahku.

"Aku akan membantumu untuk ke Amerika, kau benar-benar tak enak dengan orang yang bernama Jokowi itu kan? Kamu aneh, kenapa malah membantu budak. "

"Apa yang kau maksud dengan budak?"

Aku melotot kepadanya berharap dia akan melepaskanku atau bergidik, tapi dia malah tertawa sambil mencubit pipiku.

"Kau masih sama seperti dulu, pantas saja kau selalu dianggap anak kecil oleh semua orang." Dia kembali tersenyum. "Dia adalah bekas jajahan buyut kita, kenapa kau tak memanfaatkannya? Itu lebih menguntungkan daripada membantunya."

"Tidak! Dia bukan budak! Itu melanggar HAM. Lagipula saling membantu itu tak ada ruginya."

"Terserah kau saja. Yang intinya aku akan membantumu. Jadi terima aku kembali Alex."

Dia membalikkan tubuhku. Jidat kami saling bertemu, aku hanya bisa melihat mata hitamnya. Sisi gelap. Apakah aku bisa lepas darinya?

"Oh iya, aku meminjam tubuhmu. Biar kita langsung ke Amerika. Jadi maaf, aku akan menidurkan dirimu terlebih dahulu."

Dia mulai berbisik, membacakan semua mantra yang aku tidak tau artinya. Aku semakin mengantuk dan terjatuh. Semoga saja dia tidak melakukan sesuatu yang tidak-tidak.

Willem-Alexander POV end

"Mari kita mulai."

...

Please, Help me...|| Countryhumans Netherlands x Indonesia [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang