6 | Akrab

8 1 1
                                    

"Yang mengenal yang bisa diajak mengitari selasi kenalan."
-Ghina Nahara-






Bunyi bel istirahat membuat para siswa kegirangan karena penat bisa terlepaskan untuk sementara, sambil menunggu wara-wiri pelajaran selanjutnya berputar di otak.

Sistem itu berlaku juga untuk Damar dan geng. Waktu istirahat tak boleh di sia-siakan terutama untuk mengasihi cacing yang minta makan.

"Eh itu anak baru kayaknya bakal jadi rohis selanjutnya."
Tamara membuka pembicaraan sambil menunggu makanan selesai dipesan oleh Gumiza.

"Emang kenapa, lo mau ikutan rohis?"
Damar menjawab Tamara dengan nada malas.

"Mendingan jangan deh Tam, nggak cocok. Lagian lo kan emang udah sesat dari lahir."
Cika tambah mengkompori Tamara biar panas sekalian.

"Enak aja lo pake ngatain gue sesat."
Tamara tak terima ternyata.

"Apaan yang enak?" Gumiza baru selesai memesan makanan dan serta merta juga membawakan pesanan mereka berempat.

Kalau dia memang baik, biarlah dia baik.

"Mie nya Mbak Dian dong." Tamara menjawab dengan langsung menarik mie yang pesanannya dan melahapnya dengan segera.

"Lo mah kalo makanan semua enak. Lapar apa rakus sih?"
Gumiza meladeni jawaban Tamara sementara yang lain sudah melahap pesanan masing-masing, tidak peduli lagi dengan apa yang diperladenikan Tamara dan Gumiza.

"Anjriit lo semua mah, gue nggak di gubrisin." Gumiza menyadari bahwa hanya dirinya yang masih nyerocos.

"Makanya kalo makan ya makan." Cika bersaut.

Mereka semua makan dengan mulut terisi namun tak berbicara. Kalau berbicara mah kesemburlah makanannya.








_____________










Dua orang siswa perempuan dengan penampilan rapi khas anak SMA beserta seragamnya yang terpakai sempurna.
Salah satu diantaranya berambut sepunggung di biarkan terurai dan berkulit putih kuning langsat khas orang Indonesia. Senyuman tulus di wajahnya memperlihatkan bahwa dia seseorang yang ramah, namanya Ellisiya.
Satunya lagi siswa perempuan dengan rambut di kucir, kulit sawo belum matang, khas wanita jawa. Dia terlihat manis kalau di perhatikan dengan seksama,bagaimana tidak?
lesung pipi akan timbul kalau dia tersenyum, menambahkan kemanisannya, namanya Danaya.

Tanpa Ghina sadari ternya kedua siswa perempuan tadi menghampirinya yang tengah duduk memikirkan bagaimana mengenal sekolah baru teman aja nggak dikenalin.

"Hai Ghina,Kamu nggak ke kantin? kenalin aku Ellisiya." Kenal Ellisiya ternyata benar -benar ramah bukan hanya sampul.

"Atau mau kenalan dulu sama lingkungan sekolah kita, bagaimana?"
Tawar Ellisiya pada Ghina.

"Boleh."Ghina menerima tawaran.

"Yaudah yuk. Biar kita kenalin."
Ellisiya menarik tangan Ghina sembari mengajak dengan semangat, diikuti juga oleh Danaya.

"Kamu pindahan dari mana Ghin?"
Tanya Ellisiya seraya berbasa basi.

"Dari Solo."

"Kok pindah Ghin?"

"Papaku kerja di sini. Jadi harus pindah."

"Ooo."

"Oh ya Ghin ini adalah kelas X dan yang di koridor sebelah itu adalah kelas XII. Jadi kelas kita terletak di tengah-tengah." Ellisiya mulai menjalankan tugas pengenalannya.

"Dan 3 deretan terpisah itu adalah lab biologi, kimia dan matematika."
Ellisiya menunjuki tiga bangunan laboratorium yang ada di sekolah mereka, biasanya akan di masuki kalau melakukan uji coba atau praktek.

"Dan yang berbentuk gedung itu adalah kantor guru."
Tangan Ellisiya menunjukkam ke Ghina gedung dengan 2 tingkat yang digunakan sebagai kantor guru.

"Yang gedung besar itu adalah aula."
Ellisiya kembali mengenalkan aula sekolah yang biasanya di gunakan apabila ada acara-acara besar.

"Kita ke perpus aja dulu ya Ghin."

"Boleh."

Mereka bertiga berjalan menyusuri ruangan demi ruangan sekolah SMA ADHITAMA, sekolah dengan sistem pembelajaran yang telah di tetapkan sebagai sistem terbaik.

Sepeti menghadirkan tutor asli luar negeri untuk menunjang kelancaran berbahasa inggris siswa-siswinya.

Itu semua membuat orang tua para siswa tidak rugi membayar spp setiap bulan karena sepadan dengan apa yang diterima siswa.
Bukti yang kuatnya adalah setiap lulusan SMA pasti bisa bekerja di luar negeri karena bisa berbahasa inggris yang fasih, di mana bahasa inggris adalah bahasa internasional.

Mereka sampai di Perpustakaan dengan penampakan sebuah bangunan segiempat yang luas dengan aksen modern.

Mereka sampai di Perpustakaan dengan penampakan sebuah bangunan segiempat yang luas dengan aksen modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti layaknya Perpustakaan biasanya begitulah yang tampak di mata Ellisiya, Ghina, dan Danaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti layaknya Perpustakaan biasanya begitulah yang tampak di mata Ellisiya, Ghina, dan Danaya.

Perpustakaan tampak sepi karna jam istirahat sedang berlangsung. Hanya beberapa yang nampak khusyuk menganggap buku sebagai sahabat.

"Kita pinjam buku bentar ya Ghin. Kamu lihat-lihat aja dulu. Yuk Dana."
Ellisiya menjelas.

"Iya."

Mereka berpencar mencari buku yang dibutuhkan di lautan buku.

Setelah apa yang ingin mereka dapatkan akhirnya mereka keluar dari rumahnya buku;Perpustakaan.

"Mau ke kantin nggak Ghin. Sebelum bunyi bel." Tawar Ellisiya pada Ghina.

Jika di ingat dengan klise Danaya yang merupakan temannya Ellisiya sedari tadi tidak pernah ngomong sepatah kata pun dan hanya Ellisiya lah yang memberi petunjuk atau apapun itu.

Ini menjadi sebuah pertanyaan dalam kapala Ghina yang di simpan sedari tadi karna sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya sepertinya.

"Boleh." Ghina menyahut.

"Hai Hara."

Suara itu seperti familiar di telinga.




Bersambung..

Koment and vote dong besty biar lebih ramee...

MEET AFTER PARTINGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang