[62. Rusaknya harga diri]
Arsha memarkirkan mobilnya di tempat parkiran yang tersedia dia bergegas keluar dari mobilnya lalu menatap sebuah gedung yang sering ia datangi. Gadis itu melihat sebuah tulisan yang menonjol di sana yang bertuliskan 'Rumah sakit Jiwa Cendikia'
Gadis itu pergi ke sana untuk menemui seseorang, Arsha memasuki ruangan tempat psikiaternya bekerja, kebetulan orangnya ada di sana sedang duduk dan mengurus dokumen.
"Kasih gue obat dengan dosis tinggi," pinta Arsha langsung pada intinya.
Wanita yang merupakan psikiater Arsha bekerja di RSJ ini. Ia yang awalnya sedang menyusun dokumen, terhenti terhenti seketika ia menatap bola mata Arsha yang memerah. Prikiaternya itu beranjak dari duduknya.
"Sampai kapan kamu akan bergantung pada obat-obatan itu Arsha?" ujar Caca.
"Gue gak butuh saran lo untuk saat ini
Kasih gue obat sekarang juga!" tekan Arsha tidak mau di bantah."Mengonsumsi obat-obatan itu secara berlebihan tidak akan pernah membuatmu tenang. Justru itu akan merusak kesehatanmu," Caca kembali memperingatkan gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
Arsha sendiri pergi mencari obat-obatan yang tertera di sana.
"Tidak ada yang bisa membuat gue tenang selain obat itu! Dimana obatnya sialan!" jerit Arsha histeris.
"Gue butuh obat itu sekarang!"
"Kali ini aja lo jangan ikut-ikutan ngeselin kayak gini kasih tahu gue di mana obatnya!"
"Rasanya gue sedang sekarat. Gue butuh obat itu!" Arsha menjambak rambutnya frustasi berat.
Wanita itu segera menarik lengan Arsha yang menjambak rambutnya begitu kuat. Ia langsung memeluknya saat itu juga tangisan Arsha langsung pecah di pelukannya.
"Ceritakan apa yang terjadi. Jangan seperti ini Sha," bisik wanita itu memeluk Arsha yang tubuhnya bergetar. Tangisan Arsha pecah dalam pelukannya.
"Wanita itu dan anaknya gue membencinya. Mereka terus menyudutkan kalau gue salah di hadapan pria itu!"
"Iblis itu. D-dia terus nyiksa gue!"
Arsha menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya dan menangis sesenggukan. "Gue benci mereka bertiga! Gue benci!"
"Gue memilih mati di bandingkan hidup seperti ini!"
Tidak ada yang bisa wanita itu lakukan selain membiarkan Arsha menangis sambil menceritakan kepahitan dalam hidupnya.
Kondisi mental Arsha semenjak di kenal sebagai Artis dan seorang penyanyi, semakin ke sini mentalnya rusak begitu buruk.
__VIRULEN__
Saat ini Arsha sudah merasa baikan di bandingkan beberapa jam yang lalu. Gadis itu bersiap akan pergi dari sana, akan tetapi sosok dua orang yang berada di ujung lorong refleks membuat langkahnya terhenti.
Samar-samar ia mendengar suara percakapan mereka sehingga Arsha kepo yang orang itu bicarakan di hadapan seorang wanita yang merupakan pasien di RSJ ini.
"Buat Elin menjadi sepertinya,"
Arsha syok mendengar kalimat itu ia menyembunyikan diri di balik tanaman yang begitu besar yang ada di sana untuk mengintip kedua orang yang sepertinya ia kenali. Gadis itu berusaha mengintip dua orang itu yang wajahnya tidak terlalu jelas.
"Gue mau lo hancurin dia seburuk-buruknya. Buat hidupnya sengsara begitu juga hatinya yang harus lo koyak,"
"Terus buat Elin merasa lo di pihaknya setelah itu lo tusuk dia dari belakang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Fiksi Remaja░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...