Tak terasa tahun berganti begitu cepat, semua kehidupan berjalan sesuai garis takdir termasuk insan bernama manusia.
Ada yang sedang berbahagia, ada yang sedang terluka, ada yang sedang bimbang, ada juga yang sedang hambar.Satu tahun berlalu, tak banyak yang berubah pada Gus Nauzan selain usia yang mengurang dan saat ini dalam keadaan yang bimbang.
Satu minggu yang lalu tepatnya, ada seorang Kyai dari Jawab Barat datang memintanya untuk menikahi Putri Sang Kyai. Namun, Nauzan masih dalam keadaan bimbang. Yang ada dalam pikirannya, apakah ia bisa mencintai gadis itu atau hanya sekedar mencari status tanpa rasa?. Entahlah, itu sangat menyulitkan untuk Nauzan.
Ditambah lagi kalau diliat-liat, Abah dan Ummi pun mengharapkannya untuk dijadikan menantu,
Yah, dari wajahnya yang cantik juga background keluarga yang mendukung. Rasanya siapapun pantas menginginkannya untuk dijadikan menantu, tapi apakah itu harus terjadi kepada Nauzan?. Tidakkah ia akan dzalim kepada gadis itu karena hatinya bukan untuk dia."Lagi mikirin apa, Zan?" tanya sang Ummi sembari duduk disamping dan membuyarkan lamunan anak sulungnya.
"Ummiii,,, " sapanya seraya menundukan kepalanya, "apa Ummi juga mengharapkan Qanita untuk dijadikan mantu?" lanjutnya setelah diam sejenak sembari menatap mata sang Ummi.
Ummi Aini tersenyum simpul, "Kalo boleh jujur, Ummi akan jawab iyah, ummi menyukai Qanita. Tapi Zan, menikah itu sama seperti sholat, ibadah seumur hidup kita. Kita tidak bisa meninggalkan status kita begitu saja kecuali, kamu dalam keadaan tidak waras, dalam keadaan koma atau dalam keadaan meninggal, sama kan seperti sholat. Jadi Ummi mohon, bersikan dulu hatimu, jangan sampai hatimu masih milik orang lain tapi ragamu milik Qanita, itu tidak baik Zan. Jangan dzalim!" Tutur Ummi Aini memperingati Nauzan.
*****
Saat ini keluarga Al-Fawwaz sedang dalam keadaan bahagia. Gus Naufal , adik dari Gus Nauzan telah kembali ke Indonesia setelah 6 tahun menempuh pendidikan di Al-Azhar, Cairo-Mesir.
Laki-laki 25 tahun itu juga akan ikut mengajar di pesantren dan membantu sang kakak di percetakan karena ternyata usaha percetakan kakaknya berkembang pesat. Ia tahu betul sebagai ahli waris, sang kakak harus lebih fokus ke pesantren keluarga yang sudah puluhan tahun berdiri itu.
Setelah makan malam bersama dengan para penghuni pesantren selesai, kini saatnya mereka kembali ke tempat masing-masing.
Kini mereka berempat sedang berada di ruang keluarga hanya untuk bercanda gurau dan berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing, kadang tertawa terbahak-bahak, kadang terharu senduh dan ada pula yang menyayat hati.
"Abah, Ummi. Nauzan terimah khitbah Pak Kyai Hasyim untuk Qanita" Ujar Nauzan memulai untuk pembahasan ini setelah dirasa keadaan mulai tenang.
Sontak semua kaget tanpa terkecuali, " kamu serius, Zan?" tanya Abah dengan nada tak percaya.
"Aku serius, Bah" Jawab Nauzan dengan tenang namun tegas.
Semua kembali hening, bahkan Gus Naufal yang sisi humorisnya melebihi sang kakak pun memilih diam, tidak tau harus bicara apa.
Setelah beberapa saat, "Abah percaya kamu sudah dewasa, Zan. Kamu tau mana yang baik dan mana yang buruk," Tutur sang Abah lalu diam sejenak "kalau kamu merasa sudah siap menerima orang lain dalam hidup kamu, pastikan kamu akan jadikan dia ratu dalam hati juga hidupmu , Bukan hanya Ratu disampingmu dan dihadapan orang lain tapi hatimu menjadikan dia selir!! Kamu ngerti kan maksud Abah?" sambung sang Abah dengan nada ketegasan.
"Iyah, Bah. Aku udah mikirin ini masak-masak. In sha Allah aku siap, Bah" Jawab Nuazan dengan lugas
Malam semakin larut, namun kehidupan terus berputar ada yang tengah malam ini baru selesai mencari nafkah, ada pula yang baru berangkat, ada yang masih dalam dunia mimpi dan ada pula yang bersimpuh dengan khusyuk menyembah Sang Pencipta salah satunya adalah Nauzan AlFawwaz.
Lelaki yang sudah 29 tahun lebih itu tengah khusyuk menyerahkan dirinya untuk menyembah sang pencipta.
"Semoga keputusan yang hamba ambil ini baik untukku, untuknya dan untuk keluarga kami" Lalu ia menutup nya dengan alfatihah.
Seolah menjadi kebiasaan setelah selesai berdoa, Nauzan akan kembali bersujud sejenak sebelum bangun membereskan perlengkapan sholatnya itu.
*
Waktu bergulir begitu cepat setidaknya itulah yang dirasakan Gus Nauzan, pernikahan yang sejatinya akan dilaksanakan dalam dua minggu lagi terasa nyata didepan mata.
Yah, setelah menyetujui untuk menikah dengan anak Kyai sahabat dari Abahnya. Mereka langsung menentukan tanggal pelaksanaannya, tentunya dengan lebih cepat lebih baik.
Sementara di Negeri formosa, Dilla masih disibukan dengan pekerjaannya dipabrik sabun dan semakin sibuk dengan persiapan skripsinya.
03.45
Dilla baru saja kembali ke dormnya. Iyah, itu karena dia harus lembur .
Setelah ia membersihkan diri lalu dilanjut sholat subuh terlebih dahulu karena sudah dipastikan dia akan tidur dengan puas karena hari ini adalah hari minggu.Selesai sholat subuh jamaah dengan Mbak Ningsih, Dilla langsung merebahkan diri dikasur yang sudah 5tahun menjadi sahabatnya itu.
"Nok, nanti Mbak Ning pergi ketemu sama Mas Firman yah. Kamu mau dibawain apa nanti?" tanya Mbak Ningsih sebelum adiknya itu tertidur pulas.
"Pecel lele atau ikan bakar warung Mbak Sri yang di Ximenting boleh tuh mbak, kalo gak ngrepotin hehehe" Jawabnya sambil terkekeh padahal Dilla sendiri tau kemana mereka akan pergi,, yah kan mereka suami istri LDR pulak, jadi sudah dipastikan mereka akan melepas rindu yang hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah SAH menikah.
"Oke nanti kita kesana sore yah, tapi kalau udah abis. Gimana?" tanya Mbak Ningsih dengan perasaan tidak enak karena memang arah tujuan meraka tidak kesana.
"Atur ajalah mbak, Ngantuk loh aku. Huammmm" Jawab Dilla sembari menutup mulutnya karena menguap.
"Yaudah sana tidur, Mbak mau siap-siap dulu."
Percaya atau tidak waktu bergulir begitu cepat saat weekend, dari pagi tiba-tiba langsung petang lagi. Padahal kalau hari biasa behh berasa lama sekali, setidaknya itu yang dipikirkan Dilla saat ini.
Menurut Dilla baru kapan Mbak Ningsih pamit, eh sekarang sudah sampai rumah lagi aja.
Dilla belum makan malam karena menunggu makanan yang sudah Mbak Ningsih belikan, setelah sholat isya jama'ah. Sekarang waktunya Dilla makan malam, Mbak Ning tidak ikut makan karena pastinya ia sudah makan dengan suaminya.
Ditengah-tengah sesi makannya, tiba-tiba Mbak Ning bercerita.
"Nok, kamu tau ndak? Gus Nauzan mau menikah 2 minggu lagi" Ungkapnya yang mampu membuat Dilla tersedak.
"Uhuk uhuk, ekhem" suara Dilla terbatuk-batuk tapi tetap menetralisirkan suaranya.
Seraya menepuk-nepuk punggung Dilla, "kamu ndak apa-apa, nok?" Tanya seolah tak faham keadaan.
"Ehm, ndak napa2 mbak" Jawab Dilla tak kalah biasa-biasa saja.
Namun kita sebagai manusia tak dapat menebak apa yang ada dalam isi hati seseorang. Terlebih lagi Dilla, anaknya lumayan introvert. Walaupun memang Dilla dekat dengan Mbak Ningsih dan Mas Firman tapi bukam berarti semua hal harus diceritakan, kan?.
"Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, aamiin " Gumamnya Dilla dalam hati.
Senin, 14 Februari 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta , Waktu & Allah ( Penantian Cinta )
Spiritual( Spiritual - Romance ) "Kalau ntar Dilla ndak bisa kasih anak gimana? " ucapnya sembari terisak pilu. "Bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau Mas yang ndak bisa? " balas Gus Nauzan yang membuat Dilla diam dan semakin menunduk . "Denger mas ya...