"Iya."
Lova menunduk tak berani menatap langsung mata milik El. Dia masih merasa kaget dengan kemunculan laki-laki itu di hadapannya. "Lo... mau cari Tala?"
"Tala?" El kelihatan bingung, "Kenapa gue nyari Tala?"
"Oh, nggak ya?" Lova kelihatan salah tingkah ketika El menatapnya dengan tatapan bertanya, "Kirain nyariin dia sih."
"Kalau sekarang gue ngobrol sama lo, bukannya lebih masuk akal kalau gue tuh nyariin lo ya?"
"Apa?"
Lova mengangkat wajahnya lalu kembali menunduk. Dia pasti salah dengar, tidak mungkin El mau berbicara dengannya kan? Memangnya mau membahas apa? Soal kemarin? Emangnya ada apa dengan kemarin? Mereka bahkan tidak mengobrol setelah El masuk ke kamar tamu kan?
"...Lov?"
"Eh?" Lova tak sadar kalau sejak tadi dia melamun jadinya wajah El yang mendekat ke arahnya kembali mengagetkan dirinya.
"Sorry, kaget ya? Habis lo pas gue panggil gak denger sih."
El kelihatan sama kagetnya karna respon Lova barusan. Laki-laki itu menggaruk kepalanya namun samar-samar tersenyum. Mungkin merasa lucu dengan ekspresi kaget Lova. Tapi, semua tingkah Lova emang selalu kelihatan lucu untuknya.
"Jadi, Pak Syam gak masuk ya?"
Lova menatap El dengan bingung. Tadi bukannya El sendiri yang mengatakan kalau Pak Syam tidak masuk? Kenapa malah bertanya lagi? Gadis itu tertawa geli ketika menyadari sesuatu. Sepertinya bukan hanya Lova yang kebingungan mencari topik pembicaraan tapi El juga merasakan hal yang sama.
El ikut tertawa, dia sadar kalau dirinya kembali mempermalukan dirinya di hadapan Lova. Tapi, karna berhasil membuat Lova tertawa ya tidak masalah jika mesti bertindak bodoh sesekali.
"Malu-maluin ya gue?"
Lova menggeleng dan tersenyum, "Kelas lo emangnya gak ada guru?"
"Kelas gu- ah, shit! Kan ada PR." El berlalu dengan panik membuat Lova kembali tersenyum. Ia tak menyangka kalau El yang sudah hampir sampai di depan pintu kelasnya berbalik arah dan berjalan menuju tempat Lova berdiri.
"Nanti mau istirahat bareng?"
°°°°
"Malu-maluin ya gue?"
Zian mengulang kembali perkataan El, mereka memang sejak tadi memperhatikan El yang berbicara dengan Lova. "El, lo bukan cuma malu-maluin. Tapi, lo udah gak ketolong lagi."
"Kenapa? Lova senyum kok tadi."
"Dia senyum karna lo luar biasa kelihatan bodoh."
El menatap Rey dengan tajam lalu mendengus, "Gak apa, asal di depan dia sih."
"Sumpah! El udah gak ketolong," Dito memegang pundak Kio dan mengguncang-guncangnya, "Please kembaliin El yang gue kenal. Laki-laki bucin dan kasmaran ini bukan El!"
Kio menepis tangan Dito, "Bukannya El yang sekarang malah kelihatan El yang sebenarnya? El yang kelihatan panik dan salah tingkah tuh terasa manusianya."
"Maksud lo selama ini gue bukan manusia?"
"Selama ini lo baik sama semua cewek tapi bukannya sering senyum palsu ya? Lo kelihatan terpaksa dan tersiksa tiap terlibat obrolan sama cewek-cewek." Jelas Jovi yang sejak tadi hanya mendengarkan.
"Gue gak terpaksa, gue gak nyaman aja sama tingkah mereka."
"Wajar sih, masa nanya jawaban soal aja pakai minta tukaran nomor handphone segala. Emangnya El itu Dito?!"