Keadaan koridor yang masih sepi memungkinkan ku untuk jalan dengan santai menuju kelas.
Tiba-tiba aku merasa ada seseorang berjalan di sampingku. Aku memberhentikan langkahku untuk melihat siapa orangnya.
Anak baru yang kemaren, ngapain coba pikir ku dalam hati.
Mungkin karena aku yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan dan dia yang terus jalan otomatis membuat dia berhenti untuk melihat ke belakang -ke arah ku-.
"Ngapain berhenti?kelasnya bukan di sini kan?" ucapnya dengan nada datar.
Astaga bicaranya nggak ada nadanya apa?!
Dengan gelagapan aku hanya menjawab iya dan melanjutkan jalan. Yang berarti aku akan jalan berdua sama dia ke kelas!
Jalan sama robot!
*********
Tiba di kelas, aku langsung duduk dan di sambut senyum menggoda oleh livia.
"Ngapa lo? Senyum-senyum nggak jelas?" ucap ku lalu memintanya untuk bergeser karena letak tempat duduk ku yang di pinggir.
Livia hanya mencebikkan bibirnya.
"Itu kenapa tadi bisa bareng sama ardo? Pasti berangkat bareng kan?" ucapnya dengan menaik turunkan alisnya sambil senyum menggoda.
Aku hanya meliriknya, "Sotau lo gue ketemu di koridor."
Saat livia ingin melanjutkan intogasinya, keadaan kelas yang hening membuat ia mengurungkan niatnya.
******
Jam istirahat sudah berbunyi dari tadi dan aku masih sibuk dengan catatan ku yang belom selesai."Ra, kantin nggak lo? Atau mau nitip?" tanya livia saat menyelesaikan catatannya.
"Nggak deh gue males ke kantin."
"Sampe kapan lo mau menghindar ra?" ucapan livia membuat lidah ku kelu.
Memang benar aku sengaja nggak ke kantin karena malas bertemu dengannya.
"Selesaikan masalah lo jangan ngehindar aja. Itu nggak akan ngebuat lo tenang." setelah livia berucap seperti itu ia meninggalkan ku dengan pikiran yang kemana-mana.
Livia benar aku nggak bisa ngehindar terus.
"Nggak ke kantin?" Suara seseorang yang sangat ku kenal berhasil membuyarkan lamunan ku.
"Nih, pasti lo males ke kantin kan?" ucapnya setelah menyerahkan sebungkus roti dan susu kotak kesukaanku.
Aku hanya diam tanpa berminat mengambil pemberiannya.
Dia menghela nafas pasrah atas aksi keterdiamanku itu.
"Jangan gini terus di, jangan ngehindar gue terus plis." ucapnya dengan pelan tapi masih bisa ku dengar, lalu ia melenggang pergi setelah mengacak rambutku.
Aku hanya diam. Menatap punggung yang semakin lama hilang dari pandanganku.
Ucapannya tadi membuatku sedikit melambung tinggi. Tetapi seketika ia menjatuhkanku saat aku ingat ucapannya yang lalu, ucapan yang membuatku menghindarinya.
*********
Nggak tau gimana jadinya-_- jujur gue stuck. Jadi menurut kalian masih mau di lanjut? Comment dan vote nya buat gue ya jangan lupa:)
Bahasanya ancur banget kalo ada typo atau salah bilang gue aja ya
maklum kan baru belaajar hehe.Ps: Menurut kalian cast yang cocok untuk mereka siapa aja?yang punya ide boleh inbox gue ya;*
Love!
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Memories
Teen FictionSudah berapa lama aku mengenalnya? Aku bahkan tau semua sifat jeleknya itu. Sudah berapa lama aku bersamanya? Dan sejak kapan perasaan ini tumbuh? Tetapi ternyata aku belum mengenalnya, nyatanya aku salah mengartikan sikapnya terhadapku. Takdirkah...