Bonus Part

18.4K 354 26
                                    

(( Agam POV ))

Panggil aku laki-laki terjahat di dunia karena membuatnya menangis seperti itu. Panggil aku laki-laki terbrengsek yang tidak mengerti perasaan wanita. Panggil aku dengan kata-kata apapun yang kalian inginkan, aku terima itu semua. Aku pantas mendapatkan panggilan itu, karena apa yang kalian katakan memang kenyataannya. Aku tahu, aku bodoh karena telah menyia-nyiakan wanita yang sudah mencintaiku sejak empat tahun yang lalu, namun aku juga tidak bisa membohingi diriku sendiri yang tidak mencintainya. Dari awal aku sudah menganggapnya saudara dan tidak ada perasaan lebih dari itu. Kalau kalian menyuruhku untuk mencintainya, aku tidak bisa dan tidak akan mau mencoba. Kenapa? Karena cinta tidak bisa dipaksakan. Simple bukan?.

Sungguh di sayangkan kenapa Ann bisa mencintaiku, namun itu juga tidak bisa di bilang salahnya. Memangnya ada seseorang yang mau mencintai sahabatnya? Aku pikir tidak ada yang mau. Namun hati tidak bisa di bohongi, sekalinya dia memilih seseorang untuk dia cintai maka akan terus seperti itu hingga dia lelah sendiri.

Sejak awal aku berteman dengannya, memang tidak pernah terbesit perasaan suka terhadapnya. Sejak awal aku melihatnya, hanya ada perasaan menyayangi layaknya seorang kakak. Aku adalah anak tunggal dan sangat menginginkan seorang adik. Dan saat bertemu pertama kali dengannya, mengenalnya lebih jauh, mengetahui luar dalam dari sifatnya, semua itu semakin membuat aku ingin melindunginya, semakin ingin menjadi seorang kakak yang sangat protektif terhadap adiknya. Mungkin aku dan Ann bisa masuk ke dalam kategori adik-kakakzone. Aku nyaman berada di zona ini, menganggap satu sama lain saudara. Namun yang sangat sedih adalah, Ann mencintaiku. Semuanya berubah sejak dia mengungkapkan semuanya saat di taman. Rasanya sudah tidak ada lagi kedekatan layaknya saudara diantara kita. Sejak saat itu batasan sebagai laki-laki normal dan wanita normal yang mencintai salah satunya muncul. Sejak saat itu aku sudah tidak bisa bercanda lagi dengannya, mengejeknya, membuatnya kesal, dan lain-lain. Sejak saat itu, batasan untuk menghargai perasaan masing-masing muncul. Aku takut jika aku bertindak seperti ini, Ann akan menganggap lain hal jadi seperti itu. Dan itu akan semakin membuat kita serba salah.

Aku merutuki diriku sendiri yang pernah mencium Ann. Seharusnya aku tidak melakukan hal itu. Seharusnya aku bisa melakukan hal lain untuk membuatnya berhenti berbicara. Kalau saja aku tidak melakukan hal itu, mungkin Ann tidak akan putus dengan lugy, mungkin Ann sudah bahagia bersama Lugy. Dan aku tidak akan pernah melihatnya menangis seperti itu disana. Andai saja aku tidak menghampirinya yang sedang sendirian di taman, mungkin tidak ada kejadian seperti ini. Tapi percuma saja aku berandai-andai, ini semua sudah terjadi. Aku dan Ann sudah tidak akan seperti dulu lagi.

Aku menatap Ann yang kini sedang bangkit dari duduknya. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya saat ini, namun melihat langkahnya yang gontai membuatku hampir bergerak mendekatinya. Aku khawatir dia akan mengalami hal yang tidak aku inginkan. Ini sudah malam dan dia pasti kesini menyetir mobilnya sendiri. Aku sedikit kecewa karena aku memberi tahunya untuk datang saat hari, tanggal, waktu, dan tempat yang sama saat pertama kita bertemu. Namun bukan Ann namanya yang dengan mudah menyerap suatu hal dengan cepat. Aku harus menunggu kurang lebih 10 jam hingga dia tiba di tempat yang aku maksud. Tapi aku bersyukur karena dia masih mau menyempatkan dirinya untuk datang. Namun kalau aku tahu dia akan bereaksi seperti ini, aku akan memilih pergi tanpa harus pamit terlebih dahulu dengannya. Terserah kalian lagi-lagi mau menyebutku tidak berhati atau apapun itu. Itu terserah kalian, aku tidak peduli. Yang terpenting Ann tidak akan menangis sedemikian rupa. Lebih baik dia membenciku dan tidak mau berbicara denganku daripada melihatnya hancur seperti saat ini.

Ann terus melangkah dengan gontai menuju mobilnya, aku akan mengikuti hingga sampai di depan rumahnya. Setidaknya melihat dia sampai rumah dengan selamat adalah tujuan terakhirku sebelum aku benar-benar menjauh darinya.

Aku memilih meninggalkannya agar dia bisa fokus terhadap masa depan. Biarlah dia menangis saat ini, tetapi tersenyum cerah di kemudian hari. Ann tidak pantas denganku, Ann lebih pantas dengan laki-laki yang jauh di atasku. Aku tidak pernah janji jika aku mau menjadi kekasihnya aku bisa membahagiakannya. Persepsi seseorang tentang orang yang mereka cintai belum tentu sama dengan kenyataannya. Kalau Ann membayangkan jika berpacaran denganku pasti akan bahagia, itu belum tentu akan sama dengan apa yang akan dia lewati. Bisa saja dia bosan karena apa yang dia bayangkan tentang diriku tidak sesuai pemikirannya, dan dia meninggalkanku atau malah aku yang meninggalkannya karena Ann tidak semenarik yang aku bayangkan. Semuanya bisa saja terjadi, dan ujung-ujungnya kami juga bisa bertengkar.

MenunggumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang