14. Rasa Kita Yang Sama

346 68 6
                                    

Raut gugup kini semakin terlihat jelas di wajah tampannya saat kedua mata sang adik tak lepas menatapnya. Kyuhyun berdeham pelan, lalu melirik sang ibu yang duduk di sisi kanan sang adik, sama gugup seperti dirinya juga. Hingga getaran ponsel yang berada di genggaman tangannya pun sedikit membuatnya terkejut. Begitu melihat nama si pengirim pesan, ia pun menjauhkan ponselnya dari jangkauan Mentari yang terus menatapnya penuh curiga. Sungguh, dirinya khawatir jika semua rencana ini gagal hanya karena kecerobohannya. Ia tak ingin membuat gadis itu merasa kecewa pada dirinya.

"Ehuem...." Kyuhyun berdeham pelan sambil memainkan ponselnya. Ia pun langsung membuka pesan yang belum lama diterimanya dengan cemas, lalu kembali melirik sang adik yang masih menatapnya. "Mentari liatin Aa terus."

"Habis, Aa aneh," jawab Mentari.

"Aneh?"

Mentari mengangguk. "Gak biasanya ngajakin ke mall," jawabnya langsung.

"Kan, ini hari milad Mentari. Jadi, gak salah, dong, kalo Aa pengen ajak kamu sama Ibu jalan-jalan. Iya, kan?"

"Iya. Tapi, aku lebih suka ngerayain di rumah aja. Makan-makan sama temen-temen. Kayak biasanya, A."

"Eum... itu soal gampang. Yang penting sekarang kita punya waktu bertiga. Aa, Mentari, sama Ibu. Udah lama juga, kan, kita gak jalan-jalan ke mall? Aa pengen bikin Mentari sama Ibu seneng. Boleh?"

"Ya, boleh, dong, A. Masa gak boleh?"

Kyuhyun tersenyum seraya mengusap gemas kepala sang adik yang tertutupi khimar baby pink, senada dengan gamisnya. "Gak kerasa sekarang adek Aa udah tumbuh besar dan makin cantik."

Mentari pun langsung memeluk tubuh kakaknya lembut, "Aa juga udah makin dewasa, makin ganteng. Eum... berarti sebentar lagi Aa nikah, dong? Kalo Aa udah nikah, Aa tetep sayang, kan, sama aku, terus sama Ibu juga?" tanyanya.

"Ya, pasti, dong!" jawab Kyuhyun, lalu mencium lembut kepala adiknya yang kini bersandar di bahunya. "Eum... Aa akan cari istri yang tulus sayang sama Ibu dan Mentari. Karena kalian adalah kebahagiaan sekaligus kesayangan Aa. Mentari harus inget itu, dan... Ibu juga," ucapnya, lalu beralih menatap sang ibu yang kini mengusap kepalanya lembut.

Mentari menjauhkan kepalanya, lalu mendongak menatap kakaknya yang kini tersenyum lembut padanya. "Itu berarti kayak Teteh, dong? Teteh, kan, sayang banget sama aku dan Ibu."

"Te—Teteh?" tanya Kyuhyun tergagap. Bayangan sosok gadis itu pun muncul di kepalanya tanpa permisi. Tak yakin apa gadis itu yang dimaksud Mentari?

"Eum... Teteh siapa?" tanya Laras, lalu melirik Kyuhyun yang terlihat bingung.

"Eum... Teh Arumi mungkin...," jawab Mentari seraya tersenyum kecil pada sang kakak yang kini terlihat terkejut karena jawabannya. "Teh Arumi udah kenal kita dari dulu banget. Jadi, Teteh pasti sayang sama aku dan Ibu, kan?"

Laras pun tersenyum mendengarnya, lantas melirik putranya yang terlihat tidak puas dengan jawaban si bungsu.

Arumi? batin Kyuhyun lirih, menyebut nama gadis itu. Tak menyangka karena nama itu lah yang disebut oleh adiknya sendiri. Apa pantas jika dirinya merasa kecewa dengan jawaban Mentari yang tak sesuai dengan pilihan hatinya saat ini? Ya, benar. Ada gadis lain yang kini sedang ia perjuangakan dalam doa dan sujudnya. Gadis yang juga menyayangi adik dan ibunya. Pilihannya tepat, kan?

Laras berdeham pelan, lalu merangkul lembut bahu si bungsu yang sepertinya tak menyadari raut kecewa di wajah si sulung. "Oh... Teh Arumi, ya? Kirain Ibu tadi Mentari mau nyebut namanya Teh Seohyun. Eh... ternyata Ibu salah, ya?"

Mentari terdiam sejenak, lalu beralih menatap sang kakak. "Eum... iya, sih," gumamnya seraya mengangguk setuju. "Teh Seohyun emang baik banget sama kita, padahal kenal kitanya juga belum lama. Jadi, terserah Aa aja, deh. Eum... Aa sukanya sama siapa? Teh Seohyun... atau... Teh Arumi?" tanyanya langsung.

Hijrah Cinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang