Tama berjalan ke ruang makan dengan langkah malas. Ia sebenarnya ingin menghindari acara sarapan pagi ini. Bukan karena tidak lapar atau tidak suka pada makanan yang telah disiapkan oleh ayahnya. Hanya saja Tama ingin sekali menghindari obrolan yang akan dibicarapan oleh ayahnya.
Tama duduk di meja makan sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Sudah beberapa menit ia dan ayahnya hanya diam. Ada sedikit kelegaan di hati Tama. Ia berpikir ayahnya tidak akan membahas hal itu sepagi ini. "Tama, ibumu semalam menghubungi ayah. Katanya besok dia mau ketemu sama kamu." Ucapan sang ayah otomatis membuat Tama terkejut. Sendok yang sudah dia angkat perlahan ia turunkan kembali ke piring. Selera makan pria itu sudah menguap entah ke mana saat mendengar ucapan sang ayah.
"Yah, selama ini Tama gak pernah melawan Ayah. Tama juga selalu nurut apa kata Ayah, tetapi untuk kali ini Tama minta sama Ayah, Tama gak mau bertemu sama wanita itu." Tama berucap dengan sopan pada Ayahnya. Ia sangat menghormati sang Ayah karena semenjak sang Ibu pergi, Ayahnya lah yang merawat Tama. Bahkan pria itu enggan menikah lagi karena tahu jika semua wanita yang mendekatinya tidak pernah tulus menyayangi Tama.
"Tapi, Tam, bagaimana pun dia Ibumu. Ibu kandung kamu," jelas sang Ayah berusaha membuka hati Tama.
"Yah, kalau dia memang Ibu Tama, dia gak akan tinggalin Tama, Yah. Kenapa setelah berapa belas tahun dia baru mau temui Tama? Kenapa, Yah?" Tama berucap dengan nada sedikit tinggi. Tama sungguh tidak menyukai topik pembahasan Ayah kali ini.
"Suami, Ibumu baru saja meninggal beberapa bulan lalu. Alasan itu lah yang membuat dia ingin sekali bertemu kamu. Selama ini suaminya melarang dia untuk menemui kamu. Menemui kita," jelas sang Ayah seraya menatap mata Tama yang terlihat marah.
"Apa itu menurut Ayah alasan yang bisa diterima? Yah, aku ini anaknya. Dia bahkan bisa mengantar jemput anak tirinya yang bahkan satu sekolah dengan aku!" Hal yang Tama sembunyikan sejak dulu akhirnya ia lontarkan juga. Masih dapat ia ingat jelas bagaimana ekspresi bahagia sang Ibu ketika menemani anak tirinya bersekolah di sekolah yang sama dengan Tama. Bahkan dulu sang Ibu sama sekali tidak ingin datang ke sekolah Tama dan tidak ingin terlibat apapun dengan sekolah anaknya itu.
Ayah Tama tersentak begitu mengetahui kenyataan yang Tama tutupi. Selama menikah dengannya memang Galang tidak pernah sekalipun melihat Nova mengurusi hal yang berhubungan dengan sekolah Tama. Jangankan mengantar atau menjemput Tama ke sekolah, mengambil raport anaknya pun ia tidak mau. Ia tidak menyangka jika Nova bisa setega itu pada anaknya sendiri.
Tama memang meminta Galang pindah dari rumahnya dan juga minta agar sekolahnya di pindahkan kala itu. Galang awalnya ingin menolak, tetapi melihat Tama yang tidak mau sekolah, akhirnya Galang pun memenuhi permintaan Tama. Sejujurnya ia ingin menanyakan alasan Tama kala itu. Namun, melihat Tama yang selalu murung membuatnya enggan membahas hal tersebut.
"Tam, ada sesuatu yang ingin Ayah ceritakan." Galang menarik napas panjang. Ia berharap ceritanya ini bisa sedikit membuat Tama mau memaafkan sang Ibu.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...