PART 25

11.1K 784 4
                                    

"Kamu melamun lagi."

Laure menepuk pundak derren pelan. Matanya menatap derren khawatir.

"Apa kamu sungguh baik baik saja?"

Derren mendongak melihat Laure yang berdiri didepannya.

"Aku baik baik saja Laure. "

Laure masih menatap derren, kemudian memilih duduk di samping derren.

"Aku tahu tidak bisa memaksamu bercerita mengenai masalah mu. Tapi aku berharap kamu bisa mengatasi nya."

Derren terkekeh kecil, "terimakasih atas perhatiannya Laure."

Laure mendelik. Merasa sepertinya pria disampingnya ini tidak serius menanggapi ucapannya.

"Aku benar benar tulus bicara seperti ini derren. "

Derren menahan senyumannya, kemudian berucap pelan.

"Iya Laure, aku tahu. Aku benar benar berterimakasih karena kamu mau menjadi temanku."

Laure menghela napas, menatap derren sambil mendorong pelan bahunya.

"Jangan berterimakasih begitu, kau bisa membuatku terharu. Lagipula melihat kepribadian ku, tidak ada orang yang cocok untuk berbincang selain denganmu."

Derren tertawa kecil menengok Laure.

"Ku pikir kau benar. hanya aku yang mungkin tahan dengan sikap aneh mu "

Laure yang mendengar jawaban derren tertawa keras.

"Jangan bicara keras keras begitu. Kalau ada yang dengar, reputasi ku sebagai ksatria tampan akan menurun."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Putri, apakah ada sesuatu yang anda inginkan lagi?"

Menatap rose, Chloe hanya menggelengkan kepalanya. Lalu dengan anggun, chloe mulai menikmati teh yang rose sajikan.

"Rose, terimakasih. Bisakah kamu meninggalkanku sendiri? Aku akan berada di kamarku saja."

Rose mengangguk mengerti, "baik Putri, kalau begitu saya permisi."

Chloe menyunggingkan senyumnya pada rose. Setelah rose keluar dari ruangannya, ia langsung menghela nafas.

Kepala nya benar benar sangat sakit saat ini. Ia benar benar bingung apa yang harus ia katakan ketika bertemu derren.

Jika bisa, Chloe sangat ingin mengulang waktu sekarang. Ia memejamkan mata, menyandarkan kepalanya pada meja didepannya.

Seharusnya ia tidak boleh terlalu mementingkan perasaan.

Derren pasti sangat kaget melihat sikap Chloe kemarin. Memeluk dengan erat seolah seperti kehilangan harapan hidup.

Chloe harusnya bisa mengekspresikan perasaan nya perlahan, sambil menyusun rencana terkait masa depannya.

Benar-benar. Perasaan ini, bahkan Chloe tidak punya kuasa untuk mengontrol sesuai otaknya. ia merasa frustasi, dirinya bahkan tidak ada bedanya dengan yang lalu.

Memejamkan mata, ia mulai bertanya-tanya.

Apa ada yang berbeda dengan masa lalu? Apa sungguh semuanya akan baik-baik saja?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Chloe bertanya tanya apakah derren ada didepan kamarnya atau tidak. Karena pria itu berjanji akan berada di depan ruangannya untuk menjaganya.

Sedikit kesal pada dirinya sendiri, Chloe tadi bisa bertanya pada rose apakah derren berjaga didepan ruangannya atau tidak, tapi Chloe malah tidak menanyakannya karena terlalu fokus memikirkan hal yang terjadi kemarin.

Chloe memang sedikit menyesal. Ia merasa menyesal karena malu, tidak bisa menahan perasaannya sampai berlaku seperti itu. Padahal sebagai seorang Putri raja, seharusnya Chloe bersikap sebagai lady terhormat.

Jika Ainsten tahu mengenai peristiwa Ini, Chloe tidak tahu bagaimana reaksi yang akan diberikan kakaknya itu. Memikirkan nya saja membuat Chloe meringis.

Chloe bingung, apakah Chloe harus menebalkan muka saja dan berpura pura seperti biasa ketika berhadapan dengan derren, atau harus membicarakan hal mengenai kemarin.

Ketika Chloe tenggelam dalam pikirannya, Chloe mendengar ketukan dari luar kamarnya dan suara yang sangat Chloe kenali.

"Putri Chloe, nona diminta Pangeran Ainsten untuk ke ruangannya."

Chloe yang mendengar suara tersebut membeku. Itu suara derren. Derren ternyata benar benar berjaga di depan ruangannya.

Sungguh, Chloe tidak menyangka derren sangat profesional dan sepertinya tidak memikirkan kejadian kemarin.

Sedangkan Chloe sepertinya hampir gila karena kelakukannya nya pada derren kemarin.

"Nona?"

Sepertinya karena Chloe tidak kunjung menjawab perkataan derren, derren kembali mengetuk pintu dan memanggilnya.

"Ya, aku akan menemuinya nanti."

Dengan berat hati, akhirnya Chloe menjawab pelan.

"Baik nona, saya akan menunggu disini."

Chloe tidak menjawab perkataan derren, ia hanya menelungkupkan wajahnya pada kedua tangannya.

Kakaknya ini, kenapa menyuruh Chloe mendatanginya disaat situasinya seperti ini?





Chloe (The Antagonist Princess)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang