Blossoms 16

686 113 29
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Musim gugur sudah mulai memasuki pertengahan, menambah cuaca jadi semakin tak menentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim gugur sudah mulai memasuki pertengahan, menambah cuaca jadi semakin tak menentu. Hujan pun nyaris tiap hari mengguyur semua hal yang ada diatas permukaan bumi. Pepohonan dan bunga tertentu mulai memberikan reaksi karena menanggung cuaca buruk hingga tidak kuat mempertahankan bentuk indahnya.

Pagi yang mendung, Wang Yibo baru saja keluar dari area pemakaman menyambangi makam kedua orang tuanya. Setelah semalam mendengarkan nasihat neneknya, ia mulai bertekad bahwa dirinya akan tetap mengejar sosok idaman meskipun harus kembali memulai dari awal, pertemanan yang akan kembali ia tawarkan pada pria manis itu.

Ke depannya biarlah waktu yang menjawab, akan seperti apakah kisah cintanya. Kerap kali manusia hanya bisa berencana, mengharapkan setiap impian menjadi kenyataan. Tapi pada akhirnya, hanya Tuhan yang menentukan semuanya. Dan kini ia hanya bisa pasrah dan berharap Tuhan akan mendengar keinginan hatinya.

Seperti kata neneknya, hidup memberi banyak pilihan dan harus bisa memilih yang terbaik. Pilihan yang tidak akan membuatnya menyesali jalan yang diambil, dan ia tidak ingin menyesali dirinya karena berhenti mengejar Xiao Zhan. Apapun yang akan terjadi nanti, dia hanya akan mengikuti langkah Xiao Zhan kemanapun pria manis itu pergi.

Wang Yibo menjalankan mobil menuju salah satu taman di Suzhou. Selain bisa menenangkan diri dengan memandangi keindahan, ia juga bisa mendokumentasikan semua hal yang dilihatnya melalui bidikan kamera.
Dia pun mulai memasuki area taman, berjalan kaki sambil mengamati sepanjang yang ia lewati. Sekali-kali ia mengambil gambar. Menyaksikan perahu berlayar di atas permukaan air danau yang menghijau, ia membayangkan dirinya menaiki perahu bersama Xiao Zhan.

Alangkah indahnya.

Batinnya hanya bisa berceloteh, memutuskan membeli tiket dan ikut menaiki perahu yang sudah diisi beberapa orang. Perahu itu berlayar diatas danau menciptakan riak air yang terbelah karena dilewati suatu benda. Ia menikmati pepohonan hijau dan semilir angin yang menyejukkan. Kameranya terus mengambil sudut-sudut tertentu.

Dia benar-benar menghabiskan waktu seharian di taman itu, mengunjungi tempat pembudidayaan kaktus, beberapa lukisan yang tergambar di dinding. Lalu berjalan sendiri melintasi rerumputan taman yang dipenuhi pohon Maple dengan daunnya yang berwarna oranye.

Angin berhembus semakin kencang membuat dedaunan yang berserakan semakin berantakan tertiup angin. Kadang melayang dan jatuh lagi di suatu tempat. Ketika matahari terbenam, ia berdiri di sisi pagoda yang menjulang. Menggunakan kameranya mengambil spot dimana matahari terbenam, namun sayang pemandangan itu tidak terlalu jelas karena tertutup awan kelabu.

Akhirnya ia duduk sementara waktu, menyelonjorkan kaki yang seharian ia jalankan. Saat sedang menikmati minuman dari botol, ia mendengar satu suara yang memanggil.

“Yibo?”

Wang Yibo berhenti meneguk air, berpaling pada sumber suara. Matanya sedikit melebar melihat satu sosok cantik yang sangat ia kenal.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang