kehidupan baru

329 31 15
                                    

–Happy Reading–





Lia masih menangis sesenggukan di pelukan Jeno. Jeno sampai bingung bagaimana menenangkannya. Ia hanya bisa mengelus belakang kepala dan punggung Lia dengan lembut seraya membisikkan kata-kata yang menenangkan.

Lia sama sekali tidak menyangka ia bisa bersama Jeno sekarang. Takdir telah memberikan kejutan yang sangat luar biasa untuknya.

" Sudah merasa tenang? " Tanya Jeno setelah tangisan Lia kian melirih.

Perlahan Lia mengangguk. Ia mengusap kedua pipinya yang sudah basah oleh air mata.

Jeno tersenyum lembut, ia mengusap kepala Lia lalu mencubit hidung Lia " gadisku tidak boleh menangis lagi "

Lia tersipu, " I love you, Jeno " cicitnya malu-malu.

Jeno terkekeh, " aku juga mencintaimu "











~~~

" HUWAAAA, BUNDAAA!!! AYAH NGAMBIL MAINANKU!!! "

" AYAH JANGAN NAKAL!!! " teriak Lia dari dapur. Ia sedang memasak untuk makan malam setelah memandikan Zay, putranya yang kini sedang ia titipkan kepada ayahnya yang tak bukan adalah Jeno. Tapi begitulah, jika Zay bersama Jeno, pasti putranya itu akan berteriak, mengadu kepadanya jika ayahnya sangat jahil dan Zay tidak menyukai itu.

Lia menghampiri kamar yang sudah berubah menjadi kapal pecah, ia berkacak pinggang.

" Astaga, dua orang yang sangat aku cintai ini sudah mengacak-ngacak kamar yah " ucap Lia seraya tersenyum kesal.

Kedua tersangka hanya menyengir lebar tanpa dosa.

" Bunda mau mainannya diberesin. Makan malam udah siap " ucap Lia yang tidak mau dibantah.

" Iya bunda " ucap Zay yang langsung membereskan mainannya yang berserakan.

" Ayah bantuin Zay kek! " Pekik Zay yang kesal melihat ayahnya hanya diam saja tanpa ada niat membantunya. Lagi pula kekacauan ini di buat olehnya dan juga ayahnya tapi kenapa hanya ia sendirian yang membereskannya? Tidak adil pren.

Jeno tertawa kecil. Ia senang sekali membuat putranya kesal.

" Bereskan sendiri, ayah mau menyusul bunda. Dadah " ucap Jeno mengejek.

" Ihhh ngeselin banget punya ayah modelan begitu, heran saya " ucap Zay setelah Jeno pergi dari kamar.

Zay menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, " sabar Zay, Anak umur 4 tahun ngga boleh mengumpat "

Jeno menyusul Lia yang sedang menata makan malam. Jeno menghampirinya lalu mengecup pipi Lia.

" Sayang " panggil Jeno.

" Hm? "

" Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama gara-gara Zay. Kenapa tidak kita titipkan saja dia ke rumah ibu dan ayah? " Rengek Jeno.

" Ngga bisa Jen, Zay ngga betah disana kalo ngga sama aku "

Jeno mendecak, " anak itu sudah merebut perhatianmu padaku. Menyebalkan "

" Dia anak kamu tau "

" Maka dari itu, Untung anakku. Jika bukan– "

" Jika bukan apa? " Serobot Zay yang datang dari arah kamar. Ia menatap Jeno mengintimidasi.

" Anak kecil ingin tau saja " ucap Jeno.

Zay memutar bola matanya malas. Jika ia berkata lagi pasti ia akan berdebat dengan Jeno. Jadi ia memilih diam.

" Udah deh, jangan berantem mulu. Bapak sama anak sekali-kali akur kek " ucap Lia seraya meletakkan nasi di piring Jeno.

Jeno dan Zay saling tatap, lalu detik berikutnya keduanya membuang muka bersama.

Lia hanya bisa menghela nafas lelah melihat kelakuan suaminya dan Putranya.

Selesai makan malam, Lia menemani Zay sampai tidur. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Zay tidur. Lia mengusap kepala Zay dengan sayang lalu mengecup dahi Zay.

Ia harus segera ke kamar karena Jeno pasti sudah menunggunya. Benar saja, Lia masuk ke dalam kamar dan mendapati Jeno yang tengah menatapnya dengan wajah mengantuk. Padahal jika Jeno tidur duluan pun tidak masalah, Lia tidak akan marah. Tapi Jeno tidak mau melakukan itu karena nanti ia harus memeluk Lia dulu baru bisa tidur nyenyak.

Sa ae Lo Jen.

Jeno langsung memeluk Lia setelah Lia berbaring di kasur. Ia memeluknya dengan erat.

" Tidur Jen, besok kamu harus kerja " ucap Lia.

Jeno mengusap belakang kepala Lia dengan lembut dan sesekali mengecup kepala Lia.

" Sebentar lagi "

Keduanya pun diam sampai Jeno kembali membuka suara.

" Terimakasih "

Lia mendongak untuk menatap Jeno.

" Untuk? "

" Untuk semuanya. Terimakasih sudah mau hidup bersamaku dan terimakasih telah melahirkan Zay " Jeno menunduk menatap Lia.

" Aku mencintaimu " ucap Jeno.

" Aku lebih mencintaimu " jawab Lia.

Jujur keduanya masih belum percaya mereka bisa hidup bahagia bersama seperti ini bahkan sampai mempunyai anak. Selalu hidup lah menjadi orang baik. Apa yang kau tanam, pasti akan kau panen suatu saat nanti.













–END–









Terimakasih sudah membaca cerita ini sampai tamat. Mohon maaf jika ceritanya ngebosenin dan endingnya cuma gini doang. Jujur aku ngga jago bikin cerita romance, makannya acak adul begini nih cerita wkwk. Tapi ngga papa lah ya, buat latihan hehe.

Sekali lagi aku ngucapin terimakasih banyak untuk vote dan komentar-komentar Kalian. Sehat selalu kalian😊

Tunggu karyaku selanjutnya yah, sampai jumpa👋

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang