09: Pertimbangan yang sulit

51 14 4
                                    

"Kami harus pergi dari sini,"

"Tidak boleh. Kalian harus di sini, di rumahku, dan kalian adalah tanggung jawabku."

"Kau bukan tanggung jawab kami, kau bukan suamiku, bukan pula appa dari anakku. Tidak seharusnya kau seperti itu. Ini terlalu berlebih-lebihan untuk kami terima."

"Lantas jika begitu menikahlah denganku, maka kalian adalah tanggung jawabku sepenuhnya."

Mata kecil itu seketika membola, tak percaya dengan tanggapan dari lelaki di hadapannya itu.

"Pernikahan adalah sebuah ibadah. Jika menikah hanya karena kau ingin bertanggung jawab atas kehidupan kami, itu sama saja ibadah ini tidaklah khusyuk. Tidak ada dasar cinta dan pada akhirnya bisa saja berpisah karena pada dasarnya kau menikahi ku hanya karena kau tidak ingin berpisah dengan Shadiq, dan ingin bertanggung jawab penuh atas kehidupan kami. Maaf aku bukan bermaksud menolak bantuan mu itu. Aku tidak ingin kau dipandang yang tidak-tidak karena telah menampung kami di rumahmu ini, serta sedikit memberikan bantuan untuk menafkahi kami. Dan terimakasih untuk semua nya. Sudah seharusnya aku harus berdiri dengan tanganku sendiri untuk melindungi dan menafkahi Shadiq juga dengan calon anakku ini."

Netra nya teralihkan, menatap perut wanita itu yang membuncit, dan lagi-lagi rasanya ia tidak rela melepaskan mereka begitu saja.

"Tapi Yoora,"

"Min Yoongi, ku mohon..."

"Ayo Lim Shadiq, tendang terus bola nya! Sini oper kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo Lim Shadiq, tendang terus bola nya! Sini oper kepadaku."

"Tidak Shadiq, oper saja untuk Geumjae samchon! Sini sayang!"

Anak laki-laki itu yang kini tengah bermain bersama Geumjae dan juga tuan Min, kini ia terlihat bingung lantaran keduanya menyuruh Shadiq untuk mengoper bola kepada mereka yang kini berada di tangannya.

"Aishhh, kalian ini membuat dia bingung." Nyonya Min menggeleng kecil melihat tingkah suami dan juga anak sulungnya itu.

Pada akhirnya Shadiq memilih mengoper bola basket berbahan plastik itu untuk nyonya Min. Karena mengira, wanita itu juga ingin bermain bersamanya.

"Eh eh, sayang. Kenapa kau mengopernya untukku? Operlah untuk mereka, aku tidak bisa bermainnya." Nyonya min tertawa kecil saat Shadiq kini menurut untuk mengambil bolanya dan mengoper bola itu yang pada akhirnya diberikan untuk Geumjae.

"Ya bagus, brother!"

"Sudahlah. Kalian saja yang bermain, aku ingin istirahat dulu."

Tuan Min pun menghampiri istrinya itu yang sedang berduduk santai di kursi rotan yang tersedia di halaman belakang rumah.

"Bukankah dia seperti Yoongi saat kecil? Hahh, aku jadi rindu saat dimana anakku itu masih pada cilik cilik. Karena pekerjaanku yang padat, aku jarang sekali menemani mereka bermain ataupun berliburan."

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang