46 - Tanda Tangan

395 111 27
                                    

"Gue suka tanda tangan lo Will."

Hampir saja Willa mencoret garis terakhir tanda tangannya dengan kasar. Sedikit kaget.

Posisi mereka berdiri di depan rumah ini memberikan rasa deja vu pada Willa. Seketika dia teringat masa tidak jelas Wilson yang mengajaknya berpacaran terlalu mendadak.

"Selain suka tanda tangan lo, gue juga suka..." Dengan tega Wilson menggantung kalimatnya, membuat Willa ingin membanting novel karyanya sendiri karena geregetan.

"...novel lo Willa," lanjut Wilson. "Feel-nya dapet banget."

Wilson itu memang sengaja, untung saja Willa tidak berharap lebih. "Oh, jadi ceritanya lo sekarang sudah suka baca buku?"

Wilson mengangguk. "Udah bukan fake nerd lagi. Gini-gini gue jadi cecak perpus."

"Cecak perpus?"

"Iya, saking seringnya bolak-balik perpus jadi kerasa kayak cosplay cecak perpus." Lawakan Wilson sepertinya garing dan tidak terbetik di akal Willa.

Canggung.

"Lo... kayaknya kurang minum, deh, Wil. Ayo, masuk dulu! Lo harus minum." Willa cepat-cepat membuka pintu rumahnya.

Melihat Willa yang tak kunjung peka, akhirnya Wilson langsung mengatakan intinya saja, sebelum mereka masuk dan disambut Clafara. "Ehm, Will, gue mau tanya. Novel pertama lo ini terinspirasi dari siapa?"

Willa berhenti membuka kunci pintu. Kalau Wilson membaca novel Willa saat masih dipublikasikan di platform online, bisa bahaya. Ada lagi yang membuat Willa panik, dia harus menjawab apa? Masa harus langsung mengatakan bahwa Wilson adalah orang pertama yang menginspirasinya menulis?

"Ehm, gue mau geer. Tokoh Adrian di novel ini merepresentasikan gue, ya?" Wilson kalau sudah to the point memang mengerikan.

Willa pun refleks membuka pintu dan mengangguk. "Aduh, jangan bahas itu dulu. Di dalam aja."

"Nggak, selesaikan dulu di sini." Wilson juga tak kalah kukuh. "Lo masih suka sama gue, kan, Willa?"

Willa ingin jingkrak-jingkrak. Sudah jelas ending di novel amat menjelaskan perasaannya.

"Will, kita keseringan tarik ulur banget, sumpah. To the point aja gimana?" Wilson membuka lembar terakhir di novel tersebut. "Jadi pacar gue ya Willa? Gue baca dengan jelas cerita versi platform online, kalau lo aslinya mau, cuma terlalu banyak mikir aja. Kalau ada kesempatan lagi, lo jelas mau. Bener itu? Bukan fiktif?"

Jantung Willa sudah jedag-jedug Free Fire. Seperti ada kembang api tahun baru di dalam hatinya.

Habis.

Kena.

Headshoot.

Willa tak bisa mengelak apa pun.

"Gue bantu buat sequel novel ini, mau Willa?" Ucapan Wilson makin menjadi-jadi.

Dalam hati Willa berteriak, Untung jam segini Kak Clafara biasanya masih tidur siang! Kalau enggak, habisss.

= Because I'm Fake Nerd! =

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang