49 - Percaya

559 99 6
                                    

"Iya, sih," jawab Wilson, jelas. "Nggak kebayang gue kalau lo lagi mode ngambek kayak kemaren-kemaren. Ribet memang, rusuh, nanti main hujan-hujanan kayak sinetron lagi."

"Nah, kan. Gitu kek. Pikirin juga ke depannya."

"Nanti masukin momen ini ke adegan novel lo ya Will," pinta Wilson. "Bilang, kalau gue sebagai Adrian bakal jadi temen setia lo ngobrolin hal-hal fiksi. BESTIE setengah gila yang siap dengerin perhaluan lo. Seandainya begini, seandainya begitu." Alisnya naik turun, senyumnya tertarik lebar, diikuti matanya yang menyipit.

Jika senyum Wilson itu sudah bersamaan dengan kerutan matanya, maka dapat dipastikan laki-laki itu ikhlas saja. Bukan senyum palsu karena tidak terima.

"Pasti Wilson."

"Cepet kejar impian lo Willa, biar nanti kalau udah gue auto lamar aja. Biar kayak Haryan di cerita sebelah."

Plak!

Itu bunyi tepukan keras Willa pada bahu Wilson.

"Emang lo punya apa?"

Wilson jadi cengegesan. "Nantangin, hm?"

Mendengar itu, Willa cekikikan. "Canda, canda, masuk dulu ke rumah! Nanti tetangga julid."

"Tetangga julid pun lo bisa lebih julid Willa."

"Eh, tapi lo nggak papa, kan, Wilson? Jangan nangis nanti pulang ke rumah," timpal Willa lagi, memastikan Wilson ikhlas.

"Santai aja kali Will, ikhlas lahir batin gue." Wilson duduk di sofa rumah Willa dengan kaki naik sebelah. Keluar sudah mode lamanya, bukan lagi Wilson yang harus sempurna dan beribawa di depan Willa. "Teh manis satu Will, cepet! Nggak pake lama."

Willa mengambil salah satu buku dan menepuk bahu Wilson lagi sampai bunyi. "Hadeh, balik lagi mode yang ini. Tunggu kalau gitu, gue buatin."

"Kan, gue suka lo Will."

"Nggak nyambung, ah! Mode lama campur mode baru, ternyata."

"Loh, katanya nggak papa tadi tetep bersikap suka!" Wilson masih protes sementara Willa mulai berjalan masuk ke dalam. "Deal!"

"Iya-iyaaa!" Willa akhirnya berjalan masuk ke dalam dapur.

Dia merasa lebih lega jika Wilson bersikap apa adanya begini, daripada harus bersikap seperti ketua OSIS gagah, berkharisma, penuh wibawa hanya karena terpaksa, agar seperti tokoh-tokoh cerita.

Cukup Wilson jadi dirinya sendiri, maka Willa tidak akan ke mana-mana.

= Because I'm Fake Nerd! =

Epilognya sekalian malam ini atau besok aja ya sob?

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang