EPILOG

884 139 48
                                    

"Kak Wilson itu mantan ketua OSIS, kan?" Samar-samar terdengar suara siswa dari bangku panjang depan kelas. Masih pagi, sudah ada saja yang hendak bergosip.

"Iya, yang dulu sempet janji nggak mau pacaran pas menjabat."

"Kabarnya, dia deket sama Kak Willa yang penulis itu."

"Deket doang, jadian kagak, pfft."

"Kayaknya karena masih terikat janji sama OSIS kali ya? Jangan gebet ketua OSIS, deh, nanti digantung bertahun-tahun."

Wilson kontan berbalik begitu tak sengaja mendengar topik gosip para adik kelas. Bisa-bisanya di pagi yang mendung ini, Wilson sudah menjadi bahan bicara. Cukup langit saja yang mendung, perasaan Wilson jangan.

"Telinga saya agak panas tadi, bicarain siapa ya?" Wilson berdiri di sekumpulan adik kelas itu.

Mereka hanya menyengir.

"Belajar yang bener, Dek. Kalau udah sukses, bahagia, mapan, banggain orang tua, punya pasangan, baru bisa julidin orang yang nggak pacaran," nasihat Wilson sambil tersenyum lebar, jatuhnya seram. "Sekalian di depan."

"Eh iya Kak."

"Anu...."

Hening.

"Maaf ya Kak."

Wilson senyum lagi. "Ya sudah." Laki-laki itu kembali berjalan menuju kantin untuk bertemu dengan teman-teman.

Satu kursi kosong sudah disediakan mereka, tepat di hadapan Willa.

"Baca buku apalagi hari ini?"

Willa menunjukkan cover buku yang dia baca. "Judulnya Carrie karya Stephen Hawking, tentang cewek yang di-bully di sekolah, terus ternyata dia punya kekuatan gitu. Ngeri, tapi suka."

"Buku yang gue pesen, lo bawa?" Mendengar permintaan Wilson itu, Willa langsung meletakkannya di atas meja kantin.

Joshua mengernyit. Walaupun sudah menyimak dari tadi, dia masih heran kenapa ada dua orang yang saling suka membaca buku seperti Willa dan Wilson. Dia melirik judul buku yang diberikan ke Wilson, "Hantu Penunggu Sekolah" karya R.L. Stine.

"Eh sudah-sudah kalian berdua! Sarapan dulu!" Surya yang juga menyimak pun bersuara. "Ngebucin aja kek! Kok yang ini beda? Tambah parah, malah bucinin buku!"

Willa dan Wilson hanya melirik, lalu lanjut membaca lagi.

Tania pun ikut berbicara. "Susah memang sama dua orang ini, satunya bucinin buku, satunya mau bucin sama dia, tapi ditolak mulu."

"Heh, kata siapa ditolak?" Wilson menurunkan bukunya. "Diundur doang," tambahnya sambil menaikturunkan alis. "Ya, kan, Willa?"

"Ngode terus ya Wilson," celetuk Gebi yang sejak tadi menunggu pesanan mi gorengnya.

"Eh jangan salah, tukang kode begini-gini malah ngebuat Wilson dicap sebagai ketua OSIS paling bagus sepanjang sejarah, anggotanya beh... penurut semua. Segala event lancar ampe hari H. Nama OSIS ini perlahan bersih dari istilah 'pedekate berkedok organisasi'. Aman, Kak Gardi aja bangga. Ampe kelar OSIS pun kagak ada yang pacaran juga, termasuk Wilson," jelas Surya.

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang