Bismillahirrahmanirrahim
•••
“No Love, No Life.”
- Lanang•••
“Thank you for your attention and support. See you on the next my speech if I can be the victor.” Remaja laki-laki menutup pidatonya dengan kekehan ringan yang mampu memikat gadis-gadis pendengar. Kakinya melangkah santai meninggalkan mimbar kelas yang diiringi teriakan-teriakan penuh pujian.
“Calon juara satu! Keren abis, Gat! Good luck!”
“Kak Jagat pasti juara! I trust it!”
Remaja laki-laki itu, Jagat, tersenyum malu dengan pipi yang bersemu merah merona. Ia baru saja mempresentasikan pidato yang akan ia gunakan untuk mengikuti lomba pidato kabupaten. Jika lolos dengan juara terbaik, sekolah akan mengirimnya mengikuti kejuaraan provinsi. Setelah itu ke kancah nasional jika keberuntungan masih di pihaknya.
Anak-anak klub bahasa Inggris bangga dengan pencapaian salah satu anggotanya. Mereka dengan riang ria terus mengagungkan Jagat sebab berhasil membesarkan nama ekstrakurikuler bahasa Inggris yang sempat redup setahun belakangan.
Didukung oleh kemampuan otak, fisik Jagat yang juga cetar membahana membuat nama Jagat semakin banyak diperbincangkan. Terlebih anak itu tidak neko-neko, semakin harumlah pesona Jagat di kalangan remaja perempuan.
Sampai-sampai banyak penggemar Jagat yang tidak tahu malunya mengintip kegiatan klub bahasa Inggris di jendela kelas demi melihat kepiawaian sang idola merapalkan kalimat-kalimat bahasa asing yang terdengar seperti mantra sihir memikat hati mereka. Beruntung pembina ekskul sudah hengkang dari kelas setengah jam lalu sehingga tidak ada adegan pengusiran. Bahkan ada gadis yang nekat meneriaki Jagat karena terjerat pesonanya.
“I proud you, I love you, Gat!”
Semua mata anak-anak klub terarah pada pelaku di balik jendela. Senyum menggoda dan siulan mengejek membuat Jagat semakin merasa malu hingga membuat ia menenggelamkan wajahnya di atas meja.
“Oke, tenang ya temen-temen. Kita pasti berharap sekolah bisa membawa pulang kemenangan. Kalau yang tadi Jagat bawakan dirasa ada yang kurang, kalian bisa sampaikan untuk bisa diskusikan bersama. So any suggestion with his performance?” Ayana, ketua klub bahasa Inggris angkat bicara menginterupsi kebisingan.
“Nothing, everything is good. Jagat terbaik!” ujar laki-laki yang duduk di samping Jagat dengan ibu jari yang teracung serta nada khas Boboiboy yang mendayu. Hal itu mengundang tampolan tangan Jagat di bahunya sampai doyong dan tawa teman-teman yang melihat interaksi mereka.
“Yang lain enggak ada komentar?” Ayana bersuara lagi.
“Enggak ada, Ayana cantik. Sepuluh menit lagi jam enam, nih. Waktunya go home! Ayo tutup ekskul!” sahut laki-laki yang sama.
“Berisik! Lo cabut dulu kalau enggak sabar!” kesal Ayana. Beginilah keadaan kalau sudah mepet jam pulang, selalu berisik dan tidak kondusif. “Nanti absensi Lo, gue kasih alfa.”
“Ayang jangan gitu dong!” rengek Lanang yang mengundang siulan godaan syaiton karena sebentar lagi akan tiba waktu Maghrib.
“Your mouth!” Ayana mendelik. “Gue mau semuanya kasih kritik saran untuk Jagat. Berhubung jam udah abis, kalian bisa kirim kritik sarannya ke website. Nanti gue buat web-nya, gue kirim link ke grup WhatsApp. Thank you and see you next week!”
“See you!” Lalu pintu kelas terbuka lebar akibat keagresifan anak-anak klub yang tidak sabar pulang ke kandang.
“Lanang, tungguin gue!” seru gadis yang duduk di kursi pojok belakang selama ekskul berlangsung.
“Sama Jagat aja, Dar! Gue janji mau pulang sama Mayang.” Dengan santainya Lanang melempar permintaan gadis itu. Lalu pergi tergesa sambil menyerobot desakan di pintu.
“Dasar bucin!”
“No love, no life!” Lanang masih sempat membela diri kala mendengar umpatan kawannya. Dara yang ditinggalkan hanya pasrah di pojokan sambil merutuki tingkah buaya Lanang yang sedang kumat. Kalau sudah begini Dara yang kesusahan sendiri jadinya.
“Ayo!” ajak Jagat melihat kelas yang sudah sepi. Menyisakan beberapa anak yang sedang merapikan peralatan dan juga karena enggan berdesakan.
“Lo enggak sama Ayana kaya kemarin?” Dara menunjuk dengan dagu pada gadis yang sedang duduk di meja guru. Kalau Dara pikir, sebenarnya Jagat dan Ayana terlihat serasi. Keduanya menawan dan menarik. Kalau mereka adalah sepasang kekasih pasti cocok jika menjadi couple goals.
Jagat bertanya hal lain, “Masih marah?”
“Gue kapan marah?” sewot Dara.
Jagat angkat bahu. “Ayo pulang, Dara!”
“Mampir ke seblak Soedirman kuy!”
Jagat mengangguk.
“Lo yang bayar, ya?”
Kembali mengangguk.
“Boleh tambah, ya?”
“Dara buruan! Nanti macet ini!” kesal Jagat.
“Okay, sayangku! Ayo kita go home!” Dara cepat-cepat menggandeng lengan tangan Jagat keluar kelas. Sebelum itu, ia melontar perpisahan kepada sang ketua klub. “Ayana, kami duluan. Bye!”
“Hati-hati banyak setan pas senja, Gat! See you, Jagat!” Senyum manis Ayana hanya dibalas senyuman kaku oleh Jagat.
Jagat dan Dara menyusuri jalanan yang padat setelah sebelumnya menyempatkan diri singgah ke masjid sekolah. Langit yang semula jingga sudah menggelap termakan waktu. Dara mengencangkan pegangan pada tas Jagat sebagai pegangan saat merasa angin dingin menusuk kulitnya. Matanya ikut terasa berat sampai tertutup rapat. Entah sebab angin yang berhembus kencang atau rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang.
“Sampai!” ujar Jagat setelah menghentikan laju motornya di depan rumah bercat biru langit dengan halaman depan yang sempit.
“Kok?” Dara menatap kebingungan ke sekeliling.
Jagat hanya tersenyum lebar berhasil membawa gadis itu ke rumah dengan selamat. Alih-alih ke tempat penjual seblak seperti janjinya. “Om nitip pesan jangan sering kasih seblak buat Lo. Lambung Lo enggak dijual di shopee, Dar.”
“Manipulatif!” Dara meninggalkan Jagat masuk ke rumahnya dengan perasaan dongkol. Salahnya juga yang matanya terus terpejam kala motor melaju. Alhasil ia tak sempat memaksa berhenti di penjual seblak kesukaannya. Padahal ia sempat berangan-angan memakan dua porsi seblak ceker dengan level pedas kesembilan dari sepuluh level yang ada saat di perjalanan. Dasar Jagat tukang PHP!
“Jangan lupa sikat gigi sebelum tidur, Dar!” seru Jagat.
Dara mendelik kesal mendapat ucapan sebelum tidur seperti itu dari Jagat. Ingin misuh-misuh tapi rasa kantuk sudah menggerayangi tubuhnya. Yang ada hanya kalimat bernada iri terlontar. “Kok gue enggak ditraktir nasi goreng kayak dia, Gat?”
Dahi Jagat berkerut samar. Lalu ingatannya terngiang pada kemarin sore saat ia makan bersama. “Besok gue beliin nasi goreng buat lo.”
“Gak mau! Gue enggak doyan nasi goreng mulai sekarang.”
“Ya udah.”
“Ya udah sono pulang!”
Jagat menurut dan segera berlalu ke rumah yang berada di samping. Rasanya malas meladeni teman yang sedang marah karena alasan sepele. Jiwa dan raganya sudah terlalu letih akibat seharian menimba ilmu di sekolah.
Sementara, Dara memasuki rumah dengan lesu. Hatinya hancur berkeping-keping karena gagal makan seblak. Lalu hatinya berubah riang kala mengendus bau masakan ibu tercinta yang harum di sepenjuru rumah.
“Dara pulang!” teriak Dara memasuki dapur rumah yang disahut dengan ucapan bernada dingin.
“Anak perempuan jangan dibiasakan teriak-teriak.”
***
Assalamualaikum! Semoga hari-hari kalian menyenangkan!
Jepara, 30 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi
Novela JuvenilKompilasi (n) kumpulan yang tersusun secara teratur (tentang daftar informasi, karangan dan sebagainya) Kisah masa remaja dan segala lika-likunya. Bukan hanya tentang pelik. Masih ada riang ria menyapa sebab bahagia akan hadir pada waktunya. Cita, c...