11;; Pengejaran

303 72 35
                                    

[Sooyoung's POV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sooyoung's POV]

Kejadian demi kejadian aku lewati dengan bersusah payah. Segala rasa takut, cemas, was-was dan memikirkan hari esok apakah aku masih hidup atau tidak terus menghantui pikiran. Ke mana langkah membawa pergi, aku tidak tau apakah yang ku tuju tempat aman atau tidak. Selain dikejar oleh manusia berdarah, aku juga melihat secara langsung bagaimana Jungkook--anak yang masih di bawah umur membunuh temannya sendiri yang sudah berubah. Saat ini, Jungkook seperti orang gila. Dan yah, pasti seseorang akan menjadi gila saat membunuh temannya sendiri.

"Kajja, kita harus membuat api unggun untuk menghangatkan diri malam ini." Ujar Seokjin yang membuat kami semua mulai bergerak mencari kayu, kardus atau barang apa saja yang bisa terbakar di dalam gedung tak terpakai ini. Beberapa orang juga sedang mengurus mayat Yugyeom yang dipindahkan ke tempat lain dan ditutupi jaket Jungkook. Melihat mayat itu aku merasa mual karena darah berceceran dengan kepala yang terdapat lubang besar.

"Hoek!" Aku benar-benar mual. Rasanya tak sanggup untuk melihat darah sedekat ini, tapi bagaimana pun aku harus membiasakan diri dalam situasi ini karena pasti ada yang lebih parah di luar sana tanpa ku ketahui.

"Sooyoung-a, gwaenchana?" Seulgi menepuk-nepuk pelan punggungku. Aku menganggukkan kepala dan mencoba menghindari pandangan dari mayat yang sekarang sudah dipindahkan jauh ke posisi lain, "Eo, gwaenchana. Aku hanya merasa mual saja."

"Kalau kau masih mual, sepertinya aku mendapatkan obat dari supermarket yang kita curi." Ujar Seulgi yang ku jawab dengan gelengan, "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Geundae, aku ingin buang air kecil sekarang."

"Buang air kecil?" Seulgi tampak celingukkan. Aku juga mencari tempat, tapi semuanya adalah ruangan terbuka. Tidak mungkin 'kan aku buang air kecil di depan mereka? Bahkan ada laki-laki di sini.

"Seulgi-ya, kau mendapatkan korek api dari supermarket?"

"Ah, sebentar!" Seulgi memegangi kedua bahuku, "Sooyoung-a, tunggu sebentar, ya."

Aku cuman menganggukkan kepala dan memandangi punggung Seulgi yang menghampiri Seungwan sedang sibuk untuk menghidupkan api unggun. Dan yah, semuanya juga sibuk. Tapi aku ingin buang air kecil. Astaga! Di mana aku harus pergi?

Ah, lantai dua 'kan aman. Aku pun mengambil senter dan menaiki tangga sendirian menuju lantai dua. Tanpa ada rasa takut atau merinding sama sekali, aku nekat pergi ke atas. Tidak ada bayang-bayang akan ada hantu gentayangan yang muncul di depan wajahku, meski aku malah takut akan ada manusia berdarah yang muncul. Tapi, ku coba untuk memberanikan diri untuk menyelesaikan urusanku. Setelah selesai, aku berniat untuk kembali ke lantai satu, namun terdengar suara ribut dari lantai atas. Aku bisa saja mengabaikannya, namun saat ini aku memikirkan bisa saja kemungkinan ada orang yang selamat dan bisa ku minta bantuan.

Karena semua kemungkinan bisa terjadi dalam situasi seperti ini.

Aku pun mengarahkan senter ke tangga lantai tiga. Satu per satu anak tangga ku lalui dengan hati-hati. Dan aku memang gila nekat ke atas tanpa membawa senjata bahkan tidak tau bagaimana situasinya, tapi makin lama suara ribut dari lantai atas semakin terdengar seperti seseorang berbicara. Karena gelap, aku tidak bisa melihat dengan jelas suasana lantai tiga. Sejauh ini situasi masih baik-baik saja. Tidak ada geraman maupun manusia berdarah berkeliaran di lantai ini.

Life Goes On [삶은 계속된다]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang