Ci Vediamo

2K 116 1
                                    

Na Jaemin.

Laki-laki yang mampu membuat Winter berpikir tidak ada yang lebih menarik daripada dia. Warna hitam legam di matanya, bibir tipisnya yang selalu menampilkan senyuman, membuat gadis berambut cokelat sebahu itu jatuh berkali-kali untuk seorang Na Jaemin.

Kalau ditanya apa yang Jaemin suka, Winter yakin seratus persen fotografi jawabannya. Ia suka melihat laki-laki itu fokus memotret bunga-bunga di halaman sekolah, saat lelaki berkulit putih itu dengan raut serius mengatur lensa kameranya di dalam kelas, dan saat lelaki itu tertawa lepas sampai-sampai gigi kelincinya terlihat jelas. Semua hal itu mampu membuat Winter betah berlama-lama memandangnya.

Badannya tinggi tegap. Punggungnya begitu lapang. Punggung yang sekarang sedang Winter lihat jauh dari belakang.

Tapi bukan kesempurnaan fisik yang membuat gadis itu sangat menyukainya. Winter senang melihat tingkah lakunya. Senyum dan tawa kecil selalu ada di wajah Winter saat ia melihat kekonyolan-kekonyolan yang Jaemin lalukan bersama teman-temannya.

Tapi sekali lagi, ternyata bukan kepribadiannya yang membuat Winter begitu mencintainya. Entahlah. Yang jelas, Winter menyukainya terlebih dahulu sebelum melihat Jaemin sebagai sosok yang begitu sempurna. Bukan sebaliknya.

"Yak! Kau ini sedang membaca buku atau menguntit orang?!"

Winter hampir saja jatuh karena terkejut. Seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan poni lurus menjuntai di dahinya terkekeh melihat ekspresi Winter yang menurutnya sangat lucu. Winter tidak menyadari kedatangan gadis itu karena terlalu sibuk mengamati Jaemin.

Gadis itu Giselle Uchinaga. Sahabat baik Winter. Hubungan persahabatan keduanya baru berjalan 3 tahun namun Winter sudah menyayanginya seperti saudara kandungnya sendiri.

"Yak Giselle! Kalau aku mati karena jantungan bagaimana huh!!!" Omel Winter sebal.

Giselle menyeringai. "Setampan itukah dia sampai kau tidak menyadari aku datang?" Sahut Giselle dengan nada mengejek.

Giselle mengaduh karena lengannya dicubit. Hal itu Winter lakukan karena tiba-tiba saja Jaemin melihat ke arah mereka. Mungkin ia merasa terganggu dengan keributan yang mereka buat. Atau jangan-jangan Jaemin tahu bahwa yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya?

Bel berbunyi. Dengan sigap Winter memasukkan buku catatannya ke dalam tas dan menyiapkan alat tulis untuk ujian. Sedangkan Giselle malah panik dan langsung membaca catatannya dengan cepat.

Winter hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu terlihat seperti cacing kepanasan. Sekarang giliran Winter yang tertawa sedangkan Giselle berusaha berkonsentrasi dengan buku catatannya. Tak lama kemudian, Tiffany Hwang, guru bahasa Inggris yang terkenal killer masuk ke dalam kelas. Sudah dipastikan bahwa pengawas ujian kali ini adalah dirinya. Semua murid hanya dapat menghela napas pasrah.

~Liefdesverhaal~


Ujian hari itu berjalan lancar. Winter bisa menjawab hampir seluruh soal yang diberikan. Giselle juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Walaupun tadi ia sempat panik namun Winter yakin bahwa Giselle sudah mempersiapkan semuanya dengan serius.

Dengan berakhirnya ujian, maka berakhir pula masa Winter duduk di bangku sekolah. Winter tinggal menunggu hasil jerih payahnya selama ini. Hari-hari di sekolah bisa dihitung dengan jari sekarang. Begitu pula kesempatannya melihat orang yang paling menarik dalam hidupnya, Na Jaemin.

~Liefdesverhaal~

Winter dan seluruh siswi seangkatannya mengenakan gaun pesta tercantik yang mereka punya. Sedangkan untuk laki-laki, mereka mengenakan jas terbaik mereka. Semuanya terlihat memukau di hari spesial itu. Mereka merayakannya di sebuah gedung megah yang ditata semegah dan sespesial mungkin. Winter dan teman-temannya saling bercanda dan membicarakan masa-masa indah yang pernah merekaewati bersama.

[2] LiefdesverhaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang