JOB

10.1K 523 37
                                    

"Oi, aho (bodoh)." Seorang pria muda dengan setelan jas hitam setengah putih itu memasukki ruang bersantai yang dikelilingi oleh dinding kaca, deburan ombak pantai terdengar dengan tenang sehingga mampu membuat tubuh rileks, "Ada pekerjaan, lho."

"Orang tuaku masih kaya." Ucap pria muda lainnya yang mengenakan kaos hitam dan celana jeans putih, kacamata hitam bulat bertengger di hidung mancungnya. Kursi pantai yang sengaja diletakkan dalam ruang bersantai menjadi spot terbaik untuk menikmati pemandangan, "Lagipula aku anak tunggal."

Kim Jungwoo melonggarkan dasinya sembari menghela nafas panjang, "Pekerjaan ini benar-benar cocok denganmu yang menyukai anak remaja, bukankah ini bagus untuk meningkatkan prestasi keluargamu didepan publik? Reklame LCD didepan mal akan menampilkan pewarta dengan tajuk 'Anak tunggal kaya raya dari pemilik yayasan bergengsi tampak mengabdikan dirinya pada pendidikan' jika kamu mengambil tawaran ini."

Jaemin menurunkan kacamatanya sedikit, "Apa maksudmu dengan mengabdikan diri pada pendidikan?"

"Jaehyun hyung membutuhkan tenaga pengajar konseling di sekolah menengah atas dalam yayasan ayahmu." Jawab Jungwoo selaku asisten pribadi Jung Jaehyun.

"Tumben sekali dia merekrut orang dalam." Jaemin kembali membaca manga yang ada ditangannya.

Jungwoo kembali menghela nafasnya, ia sedikit tertekan, "Jadi kamu akan mengambil tawaran pekerjaan ini tidak?"

Jaemin tidak membaca manganya, ia sedang memikirkan tawaran yang diberikan oleh Jungwoo. Ada benarnya itu rencana untuk melarikan diri dari paksaan ayahnya sementara waktu, ia tidak berminat menjadi seorang pemilik yayasan. Jiwanya memilih untuk bebas dan menghabiskan uang milik kedua orang tuanya, tawaran itu jelas menarik saat Jungwoo hyung bilang pekerjaannya adalah menjadi guru konseling.

Bersenang-senang, remaja, dan boom!

"Oke, aku menerimanya."

Itulah awal mula bagaimana seorang Jaemin yang mencintai kebebasan menjadi guru konseling, kehidupannya di Jepang otomatis berakhir saat dirinya mengabdi penuh dalam sekolah swasta ini. Na Jaemin, guru konseling nyentrik yang sudah memasukki usia kepala tiga. Pada kelas pertama, ia mengajar dengan pakaian yang sangat nyentrik (style na agent) dan mampu membuat seluruh siswa menyukai cara kerjanya. Dengan itu, Jaemin mampu menyakinkan ayahnya untuk menjabat sedikit lebih lama dari masa pensiunnya.






Kelas yang tadinya riuh mendadak bungkam karena kehadiran guru tampan dengan rambut blonde, bilah rotan yang ia bawa sengaja diletakkan diatas meja. Senyum lebarnya tampak mengejek satu persatu siswa yang tadinya ramai menjadi diam dan membisu, kedua kakinya ia letakkan diatas meja dengan punggung yang bersandar nyaman pada sandaran kursi guru.

"Kenapa diam? Bukankah tadi kalian ramai?" tanya Jaemin dengan nada mengejek, kacamata hitam bulatnya terlihat sangat kontras dengan kulit Jaemin, "Ramai seperti pasar setiap hari minggu, attitude kalian pergi berbelanja, ya?"

Dengan usia yang sudah tidak muda lagi, Jaemin sensei tetap mengenakan gaya pakaian yang sangat nyentrik dan tidak mencerminkan layaknya seorang guru. Walau begitu, Jaemin mampu menjalankan tugasnya sebagai guru konseling dengan baik. Ia adalah guru paling populer di sekolah ini, banyak orang bilang dirinya mirip dengan Jaemin NCT Dream saat masih remaja.

Jaemin sensei belum menikah, ia masih menikmati masa lajangnya. Dengan pesona yang mematikan itu, sudah dapat dipastikan berapa banyak guru dan siswa yang jatuh cinta padanya. Tentu saja berujung ditolak, mengenaskan. Yah, walau begitu, tidak sedikit yang membenci Jaemin sensei. Mayoritas yang membencinya adalah guru dan siswa laki-laki yang gebetannya berpaling ke arah Jaemin sensei.

"Jaemin sensei." Panggil seseorang yang duduk di bangku paling belakang, "Hari ini sensei sedang ulang tahun, bukan?"

Alisnya berkedut, perempatan imajiner muncul didahinya, 'Shimatta!' (Sialan!)

"Hoooooo~ Sensei. Omedeto (Selamat)!" seru siswi yang duduk didepannya dengan tag nama Ryujin, ia menopang dagunya dan menatap Jaemin, "Ulang tahun yang ke berapa, sensei? 32 tahun?"

Sontak semua murid tertawa, Jaemin memang sering diejek pasal umur dan gaya nyentriknya yang kelewat batas. Akan tetapi hal ini tidak membuat dirinya tersinggung, justru menjadi senjata ampuh untuk melumpuhkan lawan bicaranya.

"Yah, walau aku berumur 32 tahun. Seseorang dengan nama Inggris Joanne Shin tetap mengagumiku diam-diam di bangku pojok perpustakaan." Ucap Jaemin dengan cengiran khasnya sembari menopang dagunya.

Kelas kembali riuh, namun kali ini korbannya adalah Ryujin. Seperti biasa, Jaemin memberikan bimbingan tentang peraturan yang harus ditaati dan wejangan lain agar mereka tidak semena-mena di lingkungan sekolah.

"Paham?" koor dari para siswa terdengar dengan lesu, "Oi, boke (bodoh). Paham tidak?"

"PAHAM!"

"Bagus, ketua kelas? Silakan panggil guru yang mengajar di jam ini." Jaemin menatap ketua kelas sembari meraih rotan kecilnya dan pergi dari kelas.

Sepatu pantofel milik Jaemin sensei sangat mengkilap hari ini, begitu pula dengan kacamata hitam bulatnya. Ketuk demi ketuk dari sepatu Jaemin sensei menyapa lantai koridor yang cukup sepi mengingat masih dalam jam kegiatan mengajar, ia mendengar ketukan sepatu lain yang tidak beraturan.

"Jaemin sensei!" panggil seorang guru muda dengan tahi lalat dibawah bibir kanannya.

Jaemin sensei berbalik, "Aaa~ Karina Sensei."

Jaemin hampir 10 tahun di Korea, tetapi aksen dan Bahasa Jepangnya masih melekat dengan erat. Dia orang Korea asli yang seperti Jejepangan, begitulah kata Ryujin.

"Ini data siswa yang akan ikut olimpiade, seperti biasa. Pak Jaehyun menyarankan anda untuk menjadi mentor siswa yang mengikuti olimpiade Bahasa Jepang, apa anda bersedia?" tanya Karina ssaem sembari menyodorkan berkas pada Jaemin sensei.

Jaemin sensei memegangi dagunya, tampak seperti sedang berfikir. Yah, mau dilihat dari segi manapun, otak Jaemin sensei terlihat kosong.

"Hai, hai~" Jaemin sensei meraih berkas yang diberikan Karina ssaem, "Aku akan menyetujuinya."

"Syukurlah, baiklah. Kalau begitu saya duluan, sebentar lagi ada kelas." Pamit Karina ssaem usai memberikan berkasnya.

"Chotto ii... A! Karina sensei, siapa murid yang akan kubimbing?" tanya Jaemin sensei sedikit berteriak.

"Dia kelas 2 – 1, Huang Renjun." Jawab Karina ssaem sembari berjalan mundur dan menatap Jaemin sensei, ia kembali berbalik usai Jaemin sensei mengacungkan tanda ok.

Jaemin tersenyum sembari menggigit bibirnya, "Yosh! Aku harus berterima kasih pada Jaehyun hyung karena memberiku hiburan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAEMIN SENSEI 🔞 - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang