Ide Anak Sikopat

103 6 0
                                    

Ara memperhatikan Nanta yang sedang melempar bola. Tanda awal mereka bertanding.

Ia coba fokus kan penglihatan nya agar tidak mudah di kalahkan oleh Nanta. Setiap gerak gerik Nanta, selalu Ara perhatikan.

Meski suara bising disekitar mengganggu. Ia tetap fokus.

Mau di kemanain muka nya nanti. Jika ia jadi babu nya Nanta.

Belum lagi Ogi mengatai nya cebol. Karena Nanta. Ia dapat julukan baru.

Awal nya, julukan itu mengganggu nya. Tapi karena ia selalu berfikir positif. Kata cebol malah membuat nya semangat.

Permainan semakin sengit. Ara sendiri sudah bercucuran keringat, karena saking asiknya bermain.

Main badminton berdua sama Nanta, berasa lagi main badminton sama pacar. Iya bener sih sama pacar. Pacar orang tapi.

Ara tersenyum miring. Saat bola mengarah ke arah nya. Ia ingin melakukan smash, kali ini harus berhasil. Salah satu dari mereka harus ada yang memenangkan pertandingan.

"Nanta." Ara berteriak. Membuat sang empu goyah. Nanta sendiri seperti mencari-cari orang yang memanggil namanya. Padahal, sudah jelas. Orang yang meneriaki nama nya ada di depan mata.

Mungkin karena Ara biasanya manggil dirinya abang. Nanta jadi nggak ngeh kalau yang manggil nama dia barusan itu dari mulut nya Ara.

"I love youuuu." ucap Ara lagi membuat Nanta cengo dan mendadak diam alias ngebug.

"Yihaa.. gool." Ogi berteriak heboh saat bola yang di smash Ara jatuh ke area Nanta.

"Yes." gumam Ara senang karena smash nya berhasil. Gak sia-sia dia mengecohkan abang kelas nya itu.

Di pojok kiri. Gempi ketar-ketir sendiri karena Pak Jamal sudah berada di sisi kanan nya. Untung nya ia gerak cepat mematikan ponselnya. Dan meletakkan ponsel ke dalam saku.

"Bagus ya kalian berdua." Pak Jamal bersuara sambil bertepuk tangan.

Deg.

Jantung Ara berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia memegang dada nya yang masih merasakan detak jantungnya.

"Apanih. Kok gue dag dig dug? Apakah ini pertanda gue sedang jatuh cinta? Jatuh cinta mendengar suara Pak Jamal?" batin Ara was-was.

Raket yang ada di tangan Ara di rebut sama Ogi. Sementara Saka sibuk mengambil kembali net badminton yang ia pasang.

Dengan muka polos Ara menatap Pak Jamal. "Eh, ada bapak ganteng. Sehat, Pak?" tanya Ara dengan mengusung senyum terbaiknya.

"Harusnya saya yang nanya kamu seperti itu? Kamu Sehat Arabella Putri?"

"Saya suruh kamu ajarin teman-teman kamu service bola voli. Tapi yang kamu lakukan malah main badminton sama pacar."

"Nggak ada waktu lain kah kalau mau bermesraan sama pacar?"

Ocehan dari Pak Jamal sungguh menggelikan hati Ara. Sejak kapan ia pacaran sama Nanta? Dan, kenapa jadi dia yang kena getah nya? Kan, Nanta yang ngajak main badminton.

Ara diam saja di marahi Pak Jamal. Kalau dia jawab, ujung-ujung nya juga dia yang salah.

"Kamu juga Nanta, Ogi, Saka." Pak Jamal menatap Nanta, Ogi dan Saka bergantian.

"Kalian sudah kelas 12, bukan nya kasih contoh yang baik. Malah keluyuran, ganggu adik kelasnya. Balik sana ke kelas." usir Pak Jamal.

"Iya, Pak. Ini juga mau balik ke kelas." sahut Nanta mewakili teman-teman nya yang pasang wajah cengengesan.

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang