Senin, 27 Januari 2017
Setelah upacara, murid kelas sebelas belum diperbolehkan membubarkan diri.
Karena tepat pada hari ini, pengumuman pembagian guru pembimbing prakerin siap disampaikan kepada para siswa.Cukup lama kepala bagian kesiswaan timbul pada podium yang berada disamping tiang bendera, sudah cukup riuh keadaan disekitar area lapangan. Sampai akhirnya, pria paruh baya dengan kopiyah yang masih melekat pada lingkaran kepalanya itu menempati posisi podium.
"Pagi anak-anak" basa-basi Pak Noerhadi didepan para murid yang dibuat menanti kehadirannya sedari tadi.
"Di mading sudah tertera list guru pembimbing kalian selama pelaksanaan prakerin yang akan dilaksanakan 3 bulan ke depan" ujar Pak Noer sambil sesekali membenahkan kopiyah yang beliau gunakan. Suara riuh beberapa siswa disambut oleh siswa lainnya pun menjadi sesuatu yang diwajarkan oleh Pak Noer, hal ini merupakan bentuk protes para murid karena ternyata mereka tidak perlu membuang waktu berdiri ditengah lapangan sejak tadi.
"Untuk anak-anak yang akan prakerin di Jogja, kalian bisa berkumpul di ruang produktif Multimedia" mendengar hal itu, aku yang merasa menjadi bagian siswa yang memilih untuk magang di kota Yogyakarta mulai celingukan mencari siapa saja murid yang akan satu rumpun dengan ku selama masa program magang berlangsung.
"Sekarang kalian boleh membubarkan diri. Dan tolong yang tertib. Terima kasih" seperti biasa, ucapan beliau hanya masuk telinga kanan, kembali lagi keluar di telinga yang sama .
Lihat, mereka bak para demonstran yang memenuhi koridor sekolah. Aksi saling dorong pun tak luput dari kegiatan para murid.
"Lo ke Prod. MM El?" tanya Rere, teman sekelas ku sejak kelas sepuluh. Seharusnya ia sudah tahu apa yang jadi jawaban ku.
Ia terlihat malas untuk berjalan ke arah koridor mading yang sudah di penuhi oleh siswa lain. Sebenarnya, bisa saja Rere melihat informasi yang sudah tertera di mading nanti sepulang sekolah atau paling tidak saat jam istirahat datang. Tapi, jika boleh ku tebak dari raut wajahnya, ia punya rasa penasaran yang berlebih untuk mengetahui siapa guru yang akan menjadi pembimbingnya selama masa prakerin nanti.
"Udah sana kalo penasaran, gak usah ditahan-tahan" suruh ku sembari mendorong pelan tubuh Rere ke arah kerumunan. Dan benar saja, tidak ada penolakan sedikit pun dari Rere. Sedangkan aku, aku memilih berjalan ke arah ruang produktif Multimedia. Jelas ruang jalan ku berbeda dengan koridor yang Rere lalui
Aku membuka pintu ruang dan menyumbulkan kepala ke celah yang berhasil ku buat. Disana baru ada Pak Endro dan 3 siswa yang belum ku kenal.
"Assalamualaikum Bapak" aku menghampiri dan tak lupa menyalimi beliau yang terlihat santai pada kursi kekuasaannya dengan sesekali mengecek handphone yang ia genggam.
"Waalaikumsalam nak, mana yang lain?" tanya Pak Endro.
"Nah, mana saya tau pak. Lagi gak saya kantongin sih kebetulan" jawab ku entang. Aku memilih untuk duduk disebelah pak Endro dan mengoperasikan komputer yang berada tepat dihadapan ku tanpa melanjutkan pembicaraan pak Endro.
"Assalamualaikum pak.."
"Assalamualaikum pak.."
"Assalamualaikum pak.." beberapa murid lainnya saling bersautan saat memasuki ruangan. Sekitar 5 siswa yang ku kenal berbondong masuk ke dalam ruangan."Waalaikumsalam nak" jawab Pak Endro, setelah itu beliau menghitung jumlah murid yang sudah terkumpul pada ruangan ini. Baru 9 murid termasuk aku.
"Coba hubungi yang lain El" suruhan pak Endro membuat ku menengok padanya seketika. Aku dibuat kaget dengan perintah guru yang akan menjabat sebagai pembimbing ku selama prakerin nanti. Bukan karena aku malas mengerjakan titahnya. Hhm, tapi itu bisa jadi salah satunya. Tapi, orang-orang yang ku kenal dan memilih magang di Jogja sudah berada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR
General FictionSekolah Menengah Kejuruan. Bagiku ini merupakan ladang kenangan yang seharusnya tidak ku lupakan begitu saja. Masa dimana aku bisa menampilkan berbagai ekspresi, terjebak diantara ribuan rasa dan euforia yang dapat ku pastikan tidak dapat digantikan...