BAGIAN VIII

1 0 0
                                    

Berbeda dengan kerajaan vampir yang diliputi rasa sedih, kebahagiaan nampak meliputi kediaman alpha Kim. Mate yang telah ditunggu ratusan tahun kini telah berada di pelukan. Kebahagiaan serta merta hinggap di setiap harinya. Terlebih dengan mate yang membawa serta adiknya. Rumah yang dulunya sepi menjadi ramai karena perdebatan kecil antara Brisia dan Junhoe. Jungkook yang dengan senang hati menikmati keadaan tersebut dan terkadang tertawa terbahak melihat sahabatnya kelimpungan menghadapi bocah tersebut.
Pagi ini Kim Mingyu memberikan identitas baru pada Brisia dan Alicia yang nantinya akan memudahkan mereka dalam menjalani kehidupan di Seoul. Mereka berdua akan memakai nama Korea dan mengikuti marga dari sang kakek. Alicia bernama Park Jiho, sedangkan Brisia bernama Park Chaeyoung. Identitas mereka adalah sebagai anak dari Park Chanyeol dan cucu dari Park Jungsoo. Mereka berdua dulu dikenal sebagai pengusaha yang cukup sukses di Korea. Akan tetapi karena alasan tertentu mereka harus meninggalkan Korea. Brisia dengan senang menerima identitas tersebut. Alicia juga berterima kasih untuk hal ini. Dengan begini kehidupannya di Korea akan lebih mudah.

“Kapan pertunangan kakak akan berlangsung?”

“Jika tidak ada halangan, dua minggu dari sekarang pertunangan kami akan berlangsung.”

Percakapan berlanjut dengan membicarakan pesta pertunangan Kim Mingyu dan Alicia atau yang sekarang bernama Park Jiho. Pesta pertunangan akan diadakan di sebuah taman yang akan mengusung tema green garden. Alicia yang menyukai pesta dengan antusias mengutarakan bermacam-macam ide tentang bagaimana nanti susunan acaranya, dresscode, perjamuan, dan penginapan yang harus ada untuk tempat istirahat tamu. Jadi kalau memungkinkan mereka memilih tempat yang dekat dengan penginapan. Bisa saja tempatnya nanti di daerah perbukitan yang memiliki kawasan hutan atau kebun yang memiliki villa. Park Jiho juga menyetujui usulan tersebut, selain melangsungkan pertunangan dia juga ingin sekalian berlibur dengan kekasihnya. Mereka perlu lebih mengakrabkan diri satu sama lain sebelum mereka akan bersama selamanya. Tiba saatnya membicarakan tamu yang akan diundang, semuanya terdiam dengan pertanyaan Jungkook.

“Apa kita juga akan mengundang para lintah yang licik itu?” Mingyu menatap tajam ke arah Jungkook berusaha mengingatkan agar dia tidak ceroboh dan keceplosan. Di sini ada Chaeyoung yang tidak mengerti apa-apa.

“Apa ahjussi membicarakan teman ahjussi yang semalam, ahjussi tampan, tinggi, berkulit pucat itu?” Mingyu dan Jiho dibuat semakin terkejut dengan pertanyaan Chaeyoung, bagaimana bisa Chaeyoung mendeskripsikan seseorang yang terdengar seperti vampir.

“Sia sayang, siapa yang Sia maksud?” Jiho dengan lembut bertanya, mencari tahu apakah sang adik mengetahui siapa orang yang dimaksud, lebih tepatnya makhluk apa yang dimaksud.

“Teman Jungkook ahjussi, kemarin mereka bertemu saat di kamar mandi. Mereka seperti orang yang bermusuhan saling memanggil dengan kasar, anjing dan lintah. Seperti dalam cerita novel werewolf dan vampir. Vampir yang menyebut werewolf dengan anjing dan werewolf yang menyebut vampir dengan lintah.” Jiho dan Mingyu semakin terkejut dengan pemikiran polos Caheyoung. Apakah semudah itu identitas mereka terbongkar oleh sang adik. Berbeda dengan Jiho dan Mingyu yang mencoba mencari tahu sejauh mana Chaeyoung mennyadari identitas mereka, Junhoe justru ingin menjahili bungsu Park.

“Bagaimana jika bukan hanya sekedar cerita novel dan benar adanya. Jika kami adalah werewolf dan teman Jungkook adalah vampir.” Suasana menjadi hening seketika mendengar ucapan Junhoe. Keterdiaman Chaeyoung semakin membuat Jiho merasa takut. Bagaimana reaksi sang adik jika mengetahui kebenarannya. Calon kakak iparnya adalah seorang werewolf. Mingyu yang merasa kesal dengan Junhoe memukul belakang kepalanya.

“Chaeyoung, jangan-.”

“Cih, estupido. Orang bodoh macam apa yang mempercayai hal-hal mistis di era teknologi seperti ini. Ada-ada saja.” Chaeyoung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Meninggalkan keempat orang lainnya yang terbengong dengan ucapannya. Jiho, Mingyu, dan Jungkook menghembuskan napas lega mendengarnya. Sedangkan Junhoe hanya tersenyum yang membuat Mingyu kembali memukul belakang kepalanya.

“Kenapa kau begitu jahil Goo, kau tahu alpha dan luna ingin menyembunyikan jati dirinya dari sang adik.”

“Tenanglah, melihat dari reaksinya dia tidak akan percaya dengan jati diri kita sebenarnya.”

“Ku harap begitu.”

Di dalam kamar, Jiho tidak berhenti merasa cemas pada sang adik. Dia berdiri menghadap jendela yang menampilkan pemandangan kota Seoul. Tangan kiri yang memeluk tubuh dan kuku jari kanan yang digigitnya. Dia kalut dan gelisah. Dia tidak ingin kebenaran terungkap dan membuat sang adik kebingungan. Dia tidak ingin melibatkan Chaeyoung pada perseteruan antar makhluk spiritual ini. Dia tersentak mendapati sepasang lengan memeluk pinggang kecilnya. Setelah tersadar bahwa itu adalah Mingyu, dia membiarkannya dan meletakkan tangannya di atas milik pria itu. Mingyu meletakkan dagunya di atas pundak Jiho, menghirup aroma manis madu yang tercampur dengan sitrus yang menguar dari tubuh Jiho. Setelahnya dia mengecup lembut leher sang mate untuk menenangkannya. Dia mengerti perasaan Jiho sekarang. Karena dia pun turut merasakannya, bagaimanapun mereka telah terikat oleh takdir. Meskipun ikatan mereka belum sempurna tapi dapat dengan mudah dia memahaminya. Ikatan takdir membuat mereka saling mengerti keadaan satu sama lain tanpa harus dijelaskan.

“Tenanglah mate, Chaeyoung belum mengetahui kebenarannya. Dan apabila nanti dia mengetahuinya aku berjanji aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya.”

“Kau berjanji?”

“Iya, aku berjanji.” Mingyu memutar tubuh Jiho dan memeluknya. Tangannya mengusap pelan kepala Jiho dan memberikan kecupan lembut di sana. Dia ingin Jiho tahu bahwa Mingyu ada di sini dan akan selalu siap membantunya. Lagipula memang itulah tugas dan kewajibannya. Dia tidak akan membiarkan sang Luna sendirian dalam keadaan terendahnya. Mingyu yakin cepat atau lambat Chaeyoung akan mengetahui kebenarannya. Mereka seperti menyembunyikan bangkai sekarang. Dan tidak mungkin akan terus tersembunyi jika baunya tercium. Untuk saat ini dia akan membiarkan semuanya seperti adanya. Dia tidak akan melakukan apapun yang membuat kekasihnya semakin cemas.

Eunwoo yang menyadari pergerakan dari sang raja segera bangkit dan menghampiri. Setelah memastikan sang raja membuka matanya dia keluar kamar memerintahkan pengawal memanggil Yugyeom dan elder Kim dan memberitahukan bahwa raja mereka telah sadar. Tak lama kemudian Yugyeom dan Elder Kim memasuki kamar dan kelegaan tersampir di raut wajah mereka melihat sang raja yang kembali sadar. Keduanya berjalan mendekati ranjang raja vampir tersebut. Elder Kim segera memeriksa keadaan Jaehyun untuk memastikan keadaan. Setelahnya dia memberikan ramuan pemulih yang dengan suka rela diminum oleh Jaehyun.

“Terima kasih Elder Kim. Dan aku juga meminta maaf kemarin aku sempat menyerangmu saat aku kehilangan kendali.”

“Tidak menjadi masalah tuanku. Yang penting bagi saya adalah sekarang tuanku telah kembali dalam kesadaran. Dan saya mohon jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang kembali. Selain kekuatan anda yang merusak alam, kekuatan anda juga akan melukai diri sendiri.”

Jaehyun hanya mengangguk lemah menanggapinya. Dia mengerti betul akan kekuatannya yang destruktif, bahkan untuk dirinya sendiri. Tapi, dia benar-benar tidak dapat mengendalikannya kemarin. Hatinya terlalu sakit saat mengetahui dia tidak akan bisa bertemu dengan kekasih hatinya, calon ratunya. Mengapa takdir begitu kejam membiarkannya terpisah dari sosok yang bahkan belum ia ketahui wujudnya. Dia juga begitu marah pada tetua penyihir yang telah membawa pergi sang kekasih hati. Tidak cukupkah dulu dia membunuh calon ratuya yang masih bayi. Dan kini dia tidak membiarkan keturunannya terlahir kembali. Ratusan tahu menanti, harapannya telah sirna. Elder Park, tetua penyihir itu benar-benar membuatnya hidup dalam masa hukuman. Bahkan sampai kematian menjemputpun dia tidak membiarkan Jaehyun mendapatkan kebahagiaannya.

“Yang mulia, kami ingin menyampaikan sesuatu.”

Golden RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang