35 "Sisi Gavin"

2.1K 101 4
                                    

Saat Gavin melihat Devira keluar kamar Play Room tergesa-gesa dengan kondisi kesal, Gavin jadi berpikir. Sebenarnya Gavin juga tidak tahu kenapa bersikap seperti ini, apa ini karena rasa bersalahnya?

Sejujurnya Gavin sangat merasa bersalah karena sudah melibatkan Devira dalam masalahnya yang tentu saja tidak mudah. Apalagi mereka baru kenal.

Hampir 4 bulan mengenal Devira, terhitung saat pertama kali bertemu di kantornya, Gavin merasa bahwa perempuan itu memang berbeda. Meskipun ia seorang yang humble, gampang tersenyum, ceria, bahkan gampang kesal, Gavin tahu, Devira adalah perempuan polos yang baik dan tulus. Itulah kenapa perasaan bersalahnya tidak pernah bisa hilang.

Gavin beberapa kali merubah sikap supaya Devira bisa merasa lebih nyaman, mencoba buat dekat, tapi ia sulit untuk bisa menjawab pertanyaan Devira setiap hari tentang kegiatannya, padahal Gavin tahu pertanyaan itu menjadi awal Devira untuk mencairkan suasana. Dirinya yang memang tidak menjawab dan terkesan tertutup. Jadi bisa dikatakan ia yang menjadi masalah. Perempuan itu sudah melakukan yang terbaik.

Perdebatan semalam dengan Darren, ia sangat tidak suka, Gavin tidak suka hal-hal yang menyangkut urusannya terusik, apalagi Darren ingin mendekati Devira, tidak, itu akan menghancurkan rencananya kedepan. Ucapan Raka saat dikantor juga mengusiknya. Kenapa sekarang dua sahabatnya ingin menghancurkan rencananya? Tidak, Gavin tidak bisa membiarkan itu, tidak akan pernah.

Apa yang harus ia lakukan? Sepertinya ia harus pergi dari sini supaya pikirannya lebih jernih. Saat bertemu Raka dan Darren yang malah mengajak berdebat membuat Gavin tidak senang, apalagi ucapan Darren tentang kontrak dan daftar pernikahan. Akhirnya ia menanggapi dengan sedikit nada kesal. Harusnya Gavin tidak perlu kesal karena Darren berkata yang sebenarnya. Lebih lama diam disini tidak akan membuatnya berpikir, akhirnya Gavin pergi tanpa berpamitan.

***

Bukannya berangkat ke kantor, Gavin justru pergi kerumah miliknya sendiri. Rumah yang ia beli 2 tahun lalu, rumah yang berisi segala hal tentang Gavin. Tidak ada yang tahu tentang rumah ini, hanya ia dan mungkin art yang hanya satu minggu dua kali datang untuk bersih-bersih. Segala hal tentang Gavin yang tidak banyak orang tahu. Ada disini.

Sebenarnya rumah ini terlalu besar untuk sendiri, itulah kenapa Gavin hanya kesini beberapa kali, tidak untuk ditinggali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya rumah ini terlalu besar untuk sendiri, itulah kenapa Gavin hanya kesini beberapa kali, tidak untuk ditinggali. Ia memilih tinggal di apartement. Sesekali ia juga akan tinggal disini, mungkin seminggu atau 3 hari. Untuk berpikir.

Gavin membuka bajunya dan menyisakan celana kolor lalu tiba-tiba menyebur kekolam renang. Berenang sampai kelelahan. Lalu menepi kepinggir kolam. Napasnya terengah karena menahan napas.Dalam keadaan basah ia masuk kedalam rumah dengan memasukkan password didepan pintu. menuju ruangan dilantai tiga yang menjadi kamarnya di rumah ini, lalu masuk kedalam kamar mandi. 

Setelah selesai, Gavin membuat kopi, duduk di gazebo yang menghadap kolam. Setelah rileks biasanya ia bisa lebih berpikir tenang. Jika biasanya Gavin akan bekerja dengan lebih keras untuk tidak memikirkan hal-hal yang rumit, sudah hampir dua bulan ini ia akan duduk rileks dibagian rumahnya, sambil menyesap kopi atau salah satu koleksi alkohol miliknya. Ia merasa hal ini lebih efektif untuk membuka pikiran. Karena jika Gavin terus memaksakan diri bekerja, yang ada pikirannya akan membuat keputusan bodoh. 

Gavin menyesap kopi yang masih mengepulkan asap, mendengar suara air yang jatuh kedalam kolam. Sekarang, apa yang harus ia lakukan demi rencananya yang tidak terusik orang lain dan rasa bersalahnya pada Devira bisa tertebus? 

Apa ia perlu lebih dekat dengan Devira? supaya perempuan itu selalu ada dalam jangkauannya. apa ia perlu lebih memperhatikan Devira? Supaya Darren dan Raka tidak berani berdekat-dekat? 

Gavin berpikir, apa yang sudah ia berikan pada Devira selain uang gajinya? uang gaji, Gavin merasa Devira tidak jauh seperti asisten rumah tangganya.  Mengerjakan pekerjaan rumah, menyiapkan keperluannya, memasak, kalau masak ia yang minta, karena tidak tahu kenapa masakan Devira cocok dilidahnya. Selama ini, perempuan itu yang selalu menuruti perintahnya, tidak pernah ada permintaan, oh, kecuali keinginannya ikut kursus masak. 

Gavin tidak tahu apa keinginan perempuan itu, apa perempuan itu tidak merasa sesuatu karena sudah ia paksa masuk dalam masalah hidupnya. Gavin pikir, mungkin saja perempuan itu membencinya. Tapi perempuan itu tidak pernah mengatakan apapun, ia juga tidak pernah bertanya. bagaimana caranya? 

Setiap kali bersama Devira, Gavin bisa merasakan perempuan itu begitu canggung dan terkadang punya rasa takut terhadapnya. padahal ia sudah sangat biasa saja. Mungkin Gavin memang harus sedikit berubah, nyatanya membuat Devira senang itu sangat mudah, tapi tidak semudah itu bagi Gavin. Tapi setidaknya ia harus membuat Devira senang, tidak merasa canggung atau bahkan takut lagi jika berhadapan dengannya, tidak perlu merasa wajib melakukan pekerjaan rumah, toh, karena Devira hidup Gavin jadi lebih tenang dari omongan keluarganya. Buktinya Gavin belum mendengar hal-hal yang menekan hidupnya lagi, apa mungkin belum?. 

Sekali lagi, Gavin menyesap kopinya, kali ini ia minum hingga habis dengan tekad, Gavin akan berusaha membuat Devira senang, setidaknya Devira harus punya hidup menyenangkan karena sudah membantunya. Gavin tahu apa yang setidaknya harus ia lakukan demi rasa bersalahnya, membuat Devira bahagia.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang