32. Valentine

58 8 0
                                    

Fay sedikit berdiri, gadis itu kembali menyendokkan nasi goreng buatan Diana pada piring baru untuk Adrian. “A, makanlah!”

Bahkan tanpa suruhan Adrian, Fay dengan hatinya menyuapi Adrian hingga lelaki itu bersendawa.

“Terima kasih, ya. Jika begini terus, saya jadi ingin segera menikahi kamu.”

“Adrian! Jangan pacaran dulu. Ini simbah mau pulang ke Solo!” teriak Sarah, rupanya ibu dua anak itu mengintip kelakuan anaknya."


°•°


“Hati-hati ya, Mbah.”

“Iyo, wes simbah tak mulih o.” (Iya, udah mbah pulang ya).

Semuanya melambaikan tangan ketika Mbah Ningsih sudah hilang dari pandangan mata. Ketika ditanya kenapa tidak menunggu saja hingga resepsi dilaksanakan. Ia menjawab bahwa hidup di kampung lebih nyaman, tanpa polusi.


“Adrian, mama mau ikut papa ke kantor, kamu ajak Fay ke rumah sakit. Biar tidak bosan.”


Entahlah, Sarah akhir-akhir ini lebih sering mengikuti Ardan ke kantor.


“Iya, Ma. Gimana Fay, kamu mau?”


Fay manut, lagi pula hari ini tidak ada jadwal pemotretan. Di rumah hanya tersisa pengantin baru. Pastilah ia akan lebih bosan karena Bi Ina juga sedang diliburkan. Kemarin saat acara nikahan Diana, wanita itu yang paling membantu.


“Ayo, Fay. Kita langsung berangkat saja.”

Fay menahan. Gadis itu masuk ke dalam kamar membawa tas yang sebenarnya hanya berisi ponsel.


“Ayo!”


°•°

“Ehm, Mas?”


“Kenapa?” tanya Adrian. Lelaki itu sedang berkutik dengan berkas-berkas yang tidak seberapa.


“Besok hari apa, sih?”

Fay main tebak-tebakan kok dengan Adrian. Tentu lelaki itu memilih menggeleng sebagai jawaban.


“Ish, masa nggak tahu. Coba deh, besok tanggal berapa?”


“Tanggal empat belas. Fay nanti dulu ngobrolnya. Biar saya selesaikan pekerjaan, ya.”

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now