Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat sore all
Dan selamat membaca ❤️❤️
🌹🌹🌹🌹
Wahyu terduduk di depan ruang ICU tempat Syara di rawat. Kondisi wanita itu kembali drop tadi pagi. Terhitung sudah satu tahun hidupnya kosong tanpa rasa.
"Kapan kamu bangkit nak, dia sudah pergi. Mungkin memang saat ini Allah sedang memberimu kesempatan untuk merawat dan menjaga Syara. Tenangkan fikiranmu. Sekarang fokus saja sama Syara jangan buat dirimu semakin menderita."tegur Umi Dewi.
Wanita itu ikut terpukul menyaksikan putranya. Wahyu seperti mayat hidup. Tubuhnya kurus kering dengan wajah terlihat tua akibat jarang tidur dan merawat diri.
"Bagaimana aku bisa fokus jika anak dan istriku tidak tahu kabarnya umi. Makan pun rasanya tidak bisa ku telan. Bernafaspun rasanya sakit umi. Wahyu butuh dia."keluh Wahyu.
"Lalu sampai kapan kamu seperti ini. Dia saja tidak memikirkan kamu nak. Buktinya sekarang dia tidak kunjung kembali."ucap Umi Dewi.
Yah wanita tua itu memang patut di benci. Sifatnya yang berubah-ubah sesuai apa yang dia lihat. Bukankah memang seperti itukan seorang ibu-ibu. Apalagi ketika ia memiliki derajat yang disegani banyak orang. Lebih memilih semaunya sendiri asalkan ia tidak mendapatkan masalah saja.
"Dia pasti kembali umi,Wahyu yakin itu."yakin Wahyu.
Suara pintu terbuka mengalihkan interaksi keduanya. Seorang dokter wanita keluar dengan wajah sendu. Wahyu tahu,sudah tidak ada harapan untuk Syara sembuh.
Meski kebencian itu tak kunjung surut tapi,Wahyu masih ingat jika wanita itu membutuhkannya.
"Bagaimana dok?"
"Tak ada harapan bu. Kanker itu sudah merusak sebagian tubuhnya. Dia kembali koma."jelas dokter.
Helaan nafas lelah terdengar dari Wahyu. Ia tak tega menyaksikan wanita yang ia sakiti terus menderita seperti itu. Tapi haknya sebagai suami malah kalah dengan sang mertua yang masih kekeh mempertahankan Syara.
"Bisakah kalian mengikhlaskan dia,dia tidak akan sembuh?"tanya Wahyu pada Edi papa Syara.
"Seperti dirimu yang tak bisa ihklas melupakan istri keduamu. Seperti itu juga kami. Biarkan ia bertahan sekali lagi. Saya yakin dia akan sadar kembali."kekeh Edi.
"Dia kesakitan pah. Tubuhnya terlalu lemah dengan alat-alat itu. Apa kalian tidak tahu bagaimana tubuh itu penuh lebam karena alat-alat penyangga itu. Ku mohon kasian Syara."Moion Wahyu.
"Saya orang tuanya. Saya lebih tahu yang terbaik untuknya."tegas Edi.
"Tapi saya suaminya pah."
"Lanjutkan pengobatannya dok."tegas Edi tak terbantahkan. Ia mengabaikan ucapan Wahyu.
Wahyu kembali terduduk. Kenapa sepelik ini hidupnya. Wanita yang ia cintai entah pergi kemana bersama anak mereka. Dan didalam sana,Syara terus merenggang nyawa tanpa tahu kapan semua itu akan berakhir.
Wahyu berdiri dan berjalan entah kemana ia akan melangkah. Beberapa kali ia tak sengaja menabrak tubuh orang yang berlalu lalang. Hingga ia kini kembali terududuk tak berdaya di kursi taman rumah sakit.
"Kamu dimana sayang...kapan kamu kembali. Kapan aku bisa memelukmu lagi. Sungguh rindu ini sudah tak lagi terbendung. Ku mohon kembalilah."ucapnya di selingi tangis yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua Suamiku (END)
General FictionIni cerita real hasil pemikiran ku..no plagiat. ❌WARNING ❌ PLAGIAT MINGGAAAAAAT!!!!! _____ Dia Humaira Hadiya Sofyan seorang gadis baik-baik dari keluarga sederhana. gadis yang sering dipanggil Aira itu merupakan seorang penghafal Al-Quran sejak kec...