1. My Bday Worst Ever

18.3K 573 8
                                    

Your vote and comment, are so precious for me
©Venus


Pagi ini mendung, seperti biasa. Bulan ini sudah memasuki musim penghujan. Luna suka musim hujan. 
Romantis, dingin dan tidak ada matahari.
Hey, dia bukan membenci matahari!
Hanya kurang suka saja.

Panas. 

Mendengar air hujan yang berjatuhan itu sangat menenangkan. 

Luna Odet Sagara, saat ini berusia 19 tahun. Tepat hari ini.

Ya, hari ini hari kelahirannya, tetapi tidak ada perayaan istimewa seperti orang lain.
Ia tidak pernah merayakannya.
 
Ia seorang yatim piatu. Kata ibu pengasuhnya di panti, ia ditemukan mereka di depan pintu panti.
Hanya sebuah kalung emas dengan liontin berbentuk bulan sabit dan batu permata. Dan sebuah surat yang memberitahukan kapan ia lahir, berat badan dan nama lengkapnya.

Ibu panti tidak mengganti namanya, ia tetap memakai nama yang tertulis disurat. Kemungkinan, orangtuanya nanti akan menjemputnya bila saatnya tiba. Itulah yang dipikirkan oleh ibu panti. Namun sampai saat sekarang ia sudah 19 tahun hidup, belum pernah ada yang menjemputnya dan mengaku sebagai orangtuanya.

Dulu Luna sangat berharap orangtuanya datang menjemput, namun harapan itu kandas seiring dengan waktu. Saat usianya 15 tahun, ia sudah mengubur harapan itu jauh. Luna mulai berhenti berharap akan kedatangan mereka.

Toh ia juga sudah bahagia dengan keluarganya di Panti.

Itu yang ia pikirkan.

Saat ini, ia sedang bersiap-siap untuk bekerja di kedai kopi. Sejak setahun lalu Luna sudah mulai bekerja di sini. Ia sudah tidak tinggal di panti. Sebenarnya, Ibu panti tidak keberatan jika ia tetap tinggal di sana. Hanya saja peraturan panti, anak yang sudah berusia 17 tahun diharuskan tinggal terpisah. Karena dianggap sudah dewasa. 

Dan ia memilih menyewa sebuah kamar kost yang terdapat kamar mandi di dalam. Sepetak kecil. Tidak apa, yang penting nyaman dan murah. Untuk memenuhi kebutuhannya, ia mengandalkan pekerjaan di kedai kopi ini.
Kebetulan bosnya baik hati. 

"Luna, kamu shift pagi hari ini ya?" tanya Devi, rekan kerja di kedai kopi tersebut.

"Iya." Luna meletakkan tasnya di loker dan mengambil apron hitamnya.

Luna bekerja sebagai pelayan di kedai kopi. Saat ini ia sudah disibukkan oleh banyaknya orang yang datang ke kedai ini. Kedai ini tepat berada dikelilingi gedung perkantoran. Yang datang ke sini pun rata-rata adalah para pekerja dari sekitaran gedung ini.

"Hai Luna!" Sapa seorang pria tampan dengan setelan kemejanya.
 
"Halo, Tuan Andre. Pesan yang biasa?" tanya Luna dengan penuh senyum ramah nan manis.

Pria tersebut mengangguk masih dengan senyumannya.
Setelah ia membayar pesanannya, ia duduk di kursi.

Lalu namanya dipanggil oleh Luna dan ia segera menghampiri Luna untuk mengambil kopinya.

"Jam kerja kamu selesai kapan, Na?" tanya Andre.

"Jam 5 sore. Kenapa?" Luna.

"Nanti pulang bareng sama aku ya? Dan, jangan panggil aku tuan. Panggil nama saja," Andre.

"Tidak usah, Luna biasa pulang sendiri kok." 

"Ya sudah, pokoknya nanti tunggu aku ya kalau aku belum datang. Kita pulang bareng. Aku enggak terima bantahan. See you Luna," Andre mengambil kopinya dan bergegas meninggalkan kedai kopi tersebut. Luna hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Andre.

"Udah sih, terima aja ajakannya Andre. Dia itu direktur loh. Bukan orang sembarang." Devi menyenggol lengan Luna.

"Bukan seperti itu," sahut Luna.

The Devil In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang