[66. Pelacakan]
"Kenapa lo manggil kita berdua ke sini?" Ray angkat bicara agar Lista langsung menjelaskan pada intinya. Cowok itu duduk di kursi yang telah di sediakan sementara Aidan duduk di samping Guntur.
Mereka bertiga ada di rumah Lista karena gadia itu yang menyuruhnya.
Lista menghela napas terlebih dahulu kemudian ia menghembuskannya secara perlahan. "Kala dan om Defin tewas di tempat kejadian, bom gagal di jinakkan dan meledak tepat pada pukul satu malam. Banyak puluhan orang yang meninggal termasuk anggota Veronika."
Ray meneguk ludahnya kasar. "Berarti Kala benar-benar mengorbankan hidupnya," batin lelaki itu.
"Apa hubungannya sama kita?" tanya Guntur.
"Gue curiga sama Clarin," Lista langsung menjawab ke intinya. "Dia pelaku penyebaran video asusila Arsha bukan Elin,"
Guntur yang mendengarnya langsung emosi ketika Clarin malah terseret bahkan di tuduh oleh Lista. "Sebelum lo nuduh Clarin tunjukin buktinya sama gue!"
Lista menyerahkan laptopnya pada ketiga cowok itu. "Gue berhasil melacak pemilik akun yang menyebarkan video Arsha dan akun itu menggunakan no HP Clarin,"
Guntur terkekeh saat melihat tampilan di layar laptop. "Gue tahu Elin sengaja ngelakuin ini buat akun palsunya pake nomor Clarin agar tuduhan itu berubah dan Clarin yang nantinya akan di salahkan,"
"Elin gak salah!" teriak Ray yang langsung di tatap oleh semua orang.
"Apa maksud lo Ray?!" ucap Guntur dengan nada tinggi. "Gak mungkin juga kan Clarin yang salah!"
"Lo pikir gue bakalan percaya dengan hal-hal yang kek gini. Clarin gak ada sangkut pautnya sama kematian Arsha, gue kenal Clarin kayak gimana dia bukan tipe teman pengkhianat kayak lo!" Guntur beranjak berdiri.
"Kalau gue di suruh datang ke sini untuk mendengar semua tuduhan lo lebih baik gue pergi!" Guntur menarik langkah dengan penuh emosi ia pergi dari sana meski Ray dan Aidan mencegahnya.
"Lo gila. Lo mau ngerusak persahabatan kita, ngapain sih lo nuduh Clarin segala. Bukti lo ini gak kuat, yang lo tunjukin ini bukan bukti tapi tuduhan!" ucap Aidan menegur gadis itu.
"Otak tolol kayak lo gak akan ngerti kasus berat kayak gini!" semprot Lista yang tak terima saat ia di salahkan seperti ini.
Lista merampas laptopnya dan mengotak-atiknya. Ia menjambak rambut Aidan lalu kepalanya Lista tekankan ke depan layar laptop takut kalau penglihatan Aidan rabun yang nantinya rekaman yang ada di layar tersebut buram di mata Aidan. Makanya ia mencondongkan kepala cowok itu agar melihat video di layar menyala dengan sangat jelas.
Aidan menyimak betul rekaman yang tertera di laptop kedua bola mata Aidan dan Ray sama-sama membulat sempurna.
"Pelaku ledakan tiga hari yang lalu di rumah sakit itu adalah Clarin," ucap Lista puas saat berhasil membuktikan kepada dua orang itu.
Mereka berdua kompak menatap Lista yang membalas tatapan mereka tajam bahkan tanduk iblisnya mulai terlihat.
"Mau ngomong kalau rekaman CCTV itu editan. Sekali lagi lo gak percaya sama gue gue sabit leher lo berdua pakai golok!" ancam Lista.
"Bagaimana bisa?" sungguh otak Aidan terlalu sulit membaca situasi, terlalu banyak pertanyaan di otaknya.
"Sejak awal gue udah curiga sama Clarin gue selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Sebelum Clarin melakukan aksinya ia mematikan semua CCTV rumah sakit,"
Lista memberikan jeda sebelum ia melanjutkan kembali kalimatnya.
"Kecuali satu CCTV yang ada di ruang mayat di mana Clarin tidak tahu bahwa di sana banyak CCTV tersembunyi. Karena banyak orang yang melakukan pencurian organ tubuh manusia secara ilegal,"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...