"Astaga, oh Tuhan, apa yang terjadi padamu, Lil?" nenek Gill menyambutku dengan kekhawatiran.
"Nenek, katakan bahwa aku tidak gila."
Dengan begitu saja kekhawatiran di wajahnya lenyap, berganti dengan tatapan jahil yang tiba-tiba tergambar.
"Kenapa bisa gila? Apa teman laki-lakimu tadi menciummu setelah memberikan seikat mawar?"
Aku menatap nenek Gill tajam. "Bahkan bunga ini ia peruntukkan padamu, nenek. Dia meminta maaf karena bermain terlalu larut bersamaku. Terimalah."
"Astaga, sudah puluhan tahun sejak terakhir aku mendapatkan bunga dari seorang pria," nenek Gill berucap.
"Jangan menatapku seperti itu, rupanya teman laki-lakimu pandai merayu. Lagipula kenapa kalau laki-laki dan perempuan ciuman? Aku juga pernah muda. Meskipun tidak seliar remaja sekarang, aku juga pernah merasakan yang namanya kupu-kupu terbang di dalam perut," kata nenek berikutnya.
Aku mengerlingkan mataku nakal, mencoba menggoda Gill yang sudah tidak muda lagi. Namun yang ku dapat adalah jeweran karena pulang terlalu larut. Astaga, mungkin Gill bisa mencambukku jika tahu aku bisa pulang lebih larut saat di London.
"Kau tidak ingin menceritakan kekasihmu yang tidak sopan tadi?"
Nenek Gill terus mendesakku, dengan alis yang sengaja ia naik turunkan. Agar apa? Dasar jahil.
"Dia bukan kekasihku, nenek. Kami hanya, yeaahhh sedang berteman dekat. Semacam itu, tidak lebih. Dan berhenti membayangkan adegan romantis remaja di dalam pikiranmu."
Aku berlalu ke dapur, menegak segelas air dingin yang kuambil dengan tergesa.
"Kau belajar jadi cenayang? Dari mana kau tahu isi kepalaku, anak muda?"
Aku menatap nenek malas. "Sangat terlihat jelas apa yang sedang kau pikirkan, nenek, jadi jangan mencoba membodohiku. Sudahlah, aku ingin ke atas dan mandi. Aku akan makan sereal untuk makan malamku, tidak perlu membuat apapun. Istirahatlah, kau pasti lelah setelah menghadapi tingkah bibi Merry."
Nenek Gill tersenyum kecut, aku tahu jika paman dan bibi pasti sangat merepotkan. Satunya tukang pamer, satu lagi selalu berusaha meracuni kami dengan kue buatannya.
"Ah kau benar, lihat, bibimu sengaja membuatkanmu cheesecake, kau mau mencobanya?"
Aku menatap kotak kue yang teronggok mengenaskan di atas meja. "Aku tidak ingin dekat-dekat dengan sumber malapetaka, nenek, terserah ingin kau apakan."
Lagi-lagi nenek Gill tertawa. "Aku juga tidak berniat menyentuhnya, terakhir kali aku mencoba cheesecake buatan bibimu rasanya seperti susu basi dengan sekilo garam. Bacin dan asin. Buruk sekali."
Pembicaraan tentang kue bibi Merry harus aku akhiri karena tubuhku sangat lengket. Aku harus segera mandi saat ini juga.
****************
Astaga, Jace lihatlah, wujudmu sangat cantik sekarang.Ku mainkan kalung perwujudan Jace yang dibuat oleh Tuan Dryad. Batuan ungu yang terlihat lebih menawan kini setia mempercantik leherku.
"Jace, maukah kau berbicara padaku?" pintaku sembari mengusap bandul kalungku.
"Sebuah kehormatan, my Lady."
Kini pria dengan rambut blondenya yang terang muncul tepat di depanku. Wajah tegasnya berubah melembut dengan seulas senyum yang tulus.
"Selamat malam, my Lady. Adakah yang bisa saya lakukan untuk Anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dryades || Jung Jaehyun [Completed]
FantasíaLiburan musim panasku berbeda sejak aku bertemu sosoknya. Dirinya dan segala keindahan yang tak mampu aku jabarkan justru membuatnya tak ingin menjalani sisa hidupnya dengan jalan seperti itu. "Kalau dunia bisa diubah, dan kau diberi satu permohonan...