24. Penyelamatan Edward

142 10 0
                                    

Di markas besar ROGERS, terlihat Pak Faris yang sedang duduk sambil meneguk minuman bersama petinggi Pasukan dan Dimas. Namun ada satu hal yang cukup menarik untuk di bahas, disana juga terdapat Pak Aris, Ayahnya Sonya.

"Aku begitu yakin pasukan mereka sudah menyingkir dari Pulau ini. Mereka tak bisa melakukan apa-apa jika pemimpinnya tertangkap"

"Apa yang kau lakukan terhadap pulau ini?" tanya pak Aris sambil menghisap rokoknya.

"Aku ingin menguasai dan mendirikan perusahaan besar"

"Dan apa yang akan kau lakukan pada laki-laki muda itu?"

"Sepertinya aku ingin menjadikan alat percobaan ku, aku tak akan membunuh Edward, tapi aku akan mengubahnya menjadi Monster yang akan tunduk terhadap diriku"

"Ide bagus"

"Tapi Ayah, bagaimana dengan Sonya? Dia masih hidup dan bisa saja membayang-bayangi kita," kata Dimas saat menyadari Sonya itu belum mati dan masih setia di SIN.

"Dia tak akan datang kesini"

Dimas dan Pak Faris melihat kearah Pak Aris. "Kenapa?"

"Sonya tak pernah mencintai Edward, dia tak mungkin mau menyelamatkannya. Lagipula mereka tak mungkin.au mengantarkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain"

"Cukup masuk akal dan aku menyukainya," timpal Pak Faris sambil tertawa. "Padahal dia anak mu"

"Ah tidak. Aku tak sudi memiliki anak seperti dia, dia terlalu banyak bicara dan tak memiliki sopan santun" kata pak Aris seenaknya. Padahal dia sendiri juga rasanya tak pernah mengajari Sonya tentang kesopanan, jika tak ada Almarhum Bu Luna mungkin Sonya pantas di sebut berandal tapi nyatanya Sonya masih memiliki batasan, ya walaupun cukup di akui dia kehilangan kendali saat Ibunya sudah meninggal.

"Bagaimana dengan alat mu?" tanya Pak Faris sambil menatap kearah anaknya. Dimas bersandar sambil melihat langit-langit ruangan itu. "Kemana dia?"

"Dia berhasil kabur dan di selamatkan oleh teman-temannya. Sungguh sialan"

"Lagipula dia sudah tak berguna, untuk apa menampung seorang beban"

Dimas tersenyum menyetujui perkataan Ayahnya itu. "Ya, benar. Walaupun aku masih memiliki dendam atas kematian Kak David"

"Sudahlah, sekarang yang harus kita pikirkan adalah cara untuk menguasai seluruh pulau ini"






Di lain tempat, Edward mendekam di penjara bawah tanah dengan tangan dan kaki yang di rantai hingga membuatnya tak bisa bergerak dengan bebas, dua penjaga berdiri di depan pintu penjara.

Edward menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya lalu duduk di atas kursi kayu, ruangan itu cukup sempit dan gelap. "Sangat menyebalkan"

Hembusan napasnya menerpa debu-debu di dinding ruangan itu hingga berterbangan keatas. Edward menatap langit-langit penjara tersebut dengan pikiran yang langsung melayang jauh, melesat pergi dan berhenti tepat pada Sonya.

"Ku harap kau baik-baik saja. Aku tak bisa berjanji akan menemui mu lagi tapi aku berjanji akan selalu di sampingmu, hidup maupun mati ku"









TAP, TAP, TAP.

Pak Faris berdiri di balik jeruji besi dan menatap kearah Edward yang menyadari kehadiran Pak Faris tapi mencoba untuk tidak menghiraukannya. Pak Faris pun menyuruh penjaga itu untuk membuka kunci tahanan dan setelah pintu terbuka Pak Faris pun masuk. "Kau lapar?"

"Tidak"

Pak Faris tertawa terbahak-bahak dan menatap kearah Edward. "Serahkan Pulau ini padaku"

"Tidak akan pernah bisa"










SECRET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang