"Kepada Winar Abhirama dan Brian Bramastya diharapan menghadap ke kantor."
Suara pengumuman bergema memenuhi seisi sekolah setelah jam pelajaran terakhir selesai. Padahal tadi nya Winar ingin kabur saja dan pulang diam diam tanpa melakukan hukuman. Ternyata didepan gerbang ada banyak anggota osis divisi keamanan sedang ngontrol!
Keadaan jadi super gawat saat manik nya melihat Brian berjalan kearah sini.
"Sialan lah! Nasib gue kok gini amat sih."
Miko dan Biang mah enak, mereka ngacir tanpa masalah sedikitpun melewati gerbang sekolah sambil melambai kearahnya.
Winar berdecih saat bersitatap dengan Brian, rasanya mual dan mau kayang saja.
Terpaksa Winar ikut menuju kantor, disana sudah ada pak kepsek dan wakil kepsek sedang melihat kearah mereka berdua. Tepatnya kearah Winar.
"Kamu tau kan kalau tanaman disini harga nya mahal. Salah potong aja, saya jewer kuping kamu sambil ngelilingin lapangan sekolah." Pak wakil kepsek bilang sambil memeragakan tangannya secara mengerikan.
Membuat Winar bergidik takut dan pasrah menerima gunting kebun dari Mamang penjaga sekolah.
Sesuai ucapan Miko, sekitar lima belas menit saja pak kepsek dan wakilnya memantau. Selanjutnya bisa ia lihat jika dua orang tua itu masuk kedalam kantor sambil bilang "ngopi yuk ngopi."
Alhasil disini hanya ada Winar yang sedang menggunting rumput, serta Brian yang sedang melihat lihat dan memperhatikannya.
Winar jadi ingat rencananya bersama Miko. Ia menyeringai lalu mengambil kesempatan supaya dekat dengan posisi Brian saat ini. Ia berdiri lalu memotong daun daun yang ada dibelakang Brian hingga daun itu berjatuhan masuk ke seragam Brian.
"Aduh sorry, sengaja." Winar berucap santai lalu berjalan menjauh. Kini ia sedang memungut batu kerikil lalu dialungkan kearah belakang hingga sekali lagi mengenai tubuh Brian.
"Kerjain yang bener." Hanya begitu ucapan Brian. Membuat Winar merasa hebat dan percaya diri sekali saat merasa jika si ketos itu sedang takut padanya. Hahaha, tentu saja takut, dia kan ketua geng dan jago kelahi!
Winar berjalan menuju area inti taman, ia cabut beberapa helai rumput liar yang menganggu penglihatan lalu mengumpulkannya disatu titik supaya gampang dibuang. Begini begini, Winar ahli jika soal merawat kebun.
Pikiran konyolnya kini mulai aktif bund. Dia meraup tanah sebesar kepalan tangannya lalu dibulat bulat. Winar lalu berjongkok dan bersiap siap.
"Aduh anying sakit, anghh." Ia berpura pura merintih kesakitan hingga Brian berjalan mendekat sambil bertanya keadaannya.
Saat dirasa rasa kehadiran ketos itu makin dekat dengannya, Winar segera melempar gumpalan tanah itu dan tepat mengenai sesuatu milik Brian.
"Wadaww gede banget."
Puk!
Gundukan tanah itu jatuh setelah mendarat tepat di tengah tengah selangkangan Brian. Membuat tangan Winar bisa merasakan gundukan lain yang menggantung disana.
Winar mendongak dan melihat ekspresi Brian yang dingin dan hanya diam saja. Tak seru sekali karena tidak sesuai ekspektasinya. Winar pikir Brian akan berteriak setengah mendesah dan berlari malu. Tapi dia hanya mematung dan menatap tajam kearah Winar.
Tangan Winar dicekal begitu saja hingga gunting tanamannya jatuh. Brian lalu membawa nya ke sebuah toilet dan menyudutkan Winar ke satu bilik toilet disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kita Searah
Random(TAMAT) "Tanda tandanya kita sama deh." "Sama apaan?" "Ya sama sama belok, kira kira kalau gue nembak lo diterima gak?" "ndasmu!" Winar benar benar bingung dengan perangai si Brian. Dia bisa bikin suasana hatinya naik turun kayak roller coaster...