Bab 21

611 141 20
                                    

"Dia ... hitam ... darah ... lari ..." Sang saksi --Yugito-- berusaha menerangkan kepada detektif di hadapannya, namun lidahnya terasa kelu, sehingga apa yang ada dipikirannya tak mampu terucapkan dengan benar.

Naruto mendesah kecewa ketika saksi satu-satunya yang mereka miliki tak mampu mengutarakan apa yang dilihatnya. Wajar. Hal mengerikan itu pasti telah mengguncang batinnya. Naruto mengerti itu, tapi tetap saja ia merasa waktunya terbuang percuma.

"Baiklah, kita akhiri dulu saja sampai di sini. Jika anda sudah siap, tolong hubungi saya segera." Naruto memberikan kartu nama miliknya dan dengan tangan gemetar, Yugito menerimanya.

Naruto berlalu dari hadapan Yugito setelah sebelumnya meminta perawat yang berada di ambulance yang terparkir di TKP untuk menjaga Yugito. Setelahnya Naruto menghampiri Sai yang terlihat sedang serius menyimak kesaksian warga sekitar.

"Bagaimana?" Tanya Naruto pada Sai yang telah usai berbicara dengan salah satu warga.

"Nihil, mereka tak melihat apa pun."

"Kejadiannya terlalu pagi ... ini weekend, orang-orang terbiasa bangun lebih siang dari biasanya." Sai mengangguk setuju, "Apa kau benar-benar tak mengenalnya?" Naruto berusaha bertanya ulang, siapa tahu Sai mengingat sesuatu mengenai korban.

"Kau mencurigaiku?"

Kening Naruto mengkerut, merasa heran karena Sai berpikir sejauh itu. "Jika kau berbicara begitu justru mencurigakan," jawab Naruto tak acuh, "Ayo kita cek apartemennya!"

Sai mengepalkan tangannya erat, tapi ia berusaha tenang dan mengekor Naruto dari belakang. Jika emosinya terpancing, semuanya akan berakhir sia-sia. Dendamnya belum tuntas seutuhnya.

.

Mereka sudah tiba di unit apartemen Kizoru, tentu dengan bantuan penjaga apartemen, mereka bisa memasuki unit tersebut. Dengan menggunakan sarung tangan lateks, mereka meneliti satu per satu benda-benda yang sekiranya dapat dijadikan petunjuk. 

"Apa kau mengenal tuan Kizoru?" Tanya Naruto pada penjaga apartemen.

"Tentu saja, beliau cukup terkenal di apartemen ini. Eumm ... itu ...

"Katakan saja!"

"Beliau terkenal karena sifatnya yang buruk," Yamada memelankan ucapannya di akhir kalimat.

Naruto menatap penuh Yamada, "Bisa tolong ceritakan lebih detilnya? Apa korban pernah terlibat perkelahian?"

"Perkelahian ya? Sepertinya sebagian besar penghuni di sini pernah berkelahi dengannya. Beliau orang yang serampangan, berbicara seenaknya, dan sering mabuk-mabukan. Saya juga heran kenapa orang sepertinya bisa tetap menjalani hidup. Sangat jauh sekali dengan detektif Sai yang ramah dan selalu merawat diri." Sai hanya tersenyum tipis mendapat pujian dari Yamada.

"Dia hanya akan mendapat musuh dengan sikapnya. Begitu 'kan?"

"Tepat sekali detektif."

"Bisakah kau pertemukan kami dengan setiap orang yang pernah bertengkar dengannya setelah ini?"

"Tentu saja."

Naruto kembali memeriksa setiap sudut ruangan. Seperti yang Yamada terangkan, korban adalah pria yang serampangan terbukti dengan unit aparteman yang sangat berantakan. Sampah kaleng bir dan botol minuman berserakan dimana-mana. Belum lagi mangkuk pelastik bekas makanan. Naruto tak mengerti kenapa bisa orang itu betah tinggal di ruangan yang sangat kotor seperti ini. 

Atensi Naruto teralihkan pada sebuah kotak kardus berukuran kecil, ia lantas mengambilnya. "Paket ini masih baru," Naruto mencoba membukanya, tapi lakban yang melekat begitu sulit untuk dibuka, "Ck, kenapa lakbannya menutupi seperti selimut saja."

The Case ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang