Sejak kecil Jimin tak pernah merasakan apa itu kasih sayang dari keluarga. kendati demikian Jimin berharap bahwa ia dapat merasakan apa itu kasih sayang dari keluarga.
hidup serumah dengan mereka yang Jimin anggap sebagai keluarga ternyata tak seperti yang ia harapkan,
Jimin hidup bagaikan angin malam, ada tapi tak di anggap. Mereka semua menutup mata akan kehadiran sosok Jimin.
Selain tak di anggap Jimin selalu mendapatkan penolakan telak dari orang orang yang ia sayangi.
Sungguh menyakitkan mengetahui fakta tersebut
Bahkan malam gelap dengan hujan dan petir ikut serta menemani Jimin yang sedang bersedih saat ini
Lelaki dengan hoodie hitam itu menghela nafas nya lelah, ia lelah dengan semua beban yang ada di pikiran nya. Ia tak ingin memikirkan hal tersebut namun semesta selalu punya cara untuk membuat nya ingat tentang hal itu, kejam memang.
Hujan deras kini mulai terhenti, menyisahkan rintikan hujan yang turun dari awan gelap. Sudah cukup berteduh nya, Jimin harus segera pulang. Walau kehadiran diri nya tak pernah di harapkan di rumah namun Jimin tetap harus pulang dan mengistirahatkan diri.
Rumah dengan desain sederhana kini menyapa penglihatan Jimin, perlahan langkah kecil nya mulai mendekat ke arah pintu.
Tangan mungil nya memegang gagang pintu lalu membuka nya
"Kau pulang?" Suara wanita menyapa pendengaran Jimin yang baru saja pulang
Jimin menoleh ke sumber suara, yang ia lihat saat ini adalah wanita cantik yang telah menghadirkan nya ke dunia
Ahin, wanita dengan 3 anak itu berlalu sambil berdecak kesal
Jimin menatap kepergian Ahin dengan sorot mata yang sendu "Maaf" ia bergumam lirih lalu melangkah kan kaki nya menuju kamar milik nya.
Hari ini ia sangat lelah walau hari hari nya terasa sangat melelahkan namun hari ini sangat lah berbeda. Ia benar benar lelah, lelah dengan semesta yang terus menuntut nya untuk bertahan di situasi yang menyebalkan seperti ini.
Lelaki berwajah menggemaskan itu mulai merebahkan tubuh nya di lantai dengan beralaskan tikar. Kamar milik Jimin bukan seperti kamar pada umum nya, di kamar itu hanya terdapat tikar bukan kasur dan hanya ada beberapa pakai milik Jimin. Tidak ada bantal, kasur empuk, lemari pakaian ataupun meja belajar.
Kamar lelaki itu juga sangatlah gelap jika di malam hari karna tidak terpasang lampu. Ahin tidak ingin memberikan lelaki itu kamar yang layak karna menurut nya kehadiran Jimin sudah sangat salah, Jimin tak pantas mendapatkan kelayakan dan kasih sayang karna lelaki itu telah membuat orang yang sangat berarti dalam hidup Ahin pergi.
Selain telah membuat Hejung pergi jauh Jimin juga sangat bodoh. Tidak ada yang spesial dalam diri Jimin berbeda dengan Mingi, Adik Jimin yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan nya.
Mingi terlahir dengan cerdas walau harus pulang pergi ke rumah sakit, terkadang Ahin benci melihat wajah Mingi. Karna wajah itu lah mengingatkan nya kepada presensi Jimin yang telah menghancurkan kebahagian nya
Walau begitu Ahin selalu berjuang untuk menghapus rasa benci itu terhadap Mingi, Jika Ahin boleh memilih ia hanya ingin kedua anak nya Mingi dan Yoongi tidak dengan Jimin.
Ia menghela nafas nya lalu mengubah posisi yang tadi nya terlentang menjadi meringkuk ke samping, perlahan manik hazel itu tenggelam dalam tidur nya
...
Pagi yang cerah di sambut hangat oleh kicauan burung di pekarangan rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not ℳe [Brothership] PJM
FanficMemiliki saudara kembar mungkin menjadi kebahagian tersendiri bagi sebagian orang, Namun berbeda dengan Jimin dan Mingi. Mereka sama sekali tidak pernah merasakan kebahagian saat bersama sama. Jika kembar biasa nya identik dengan kata saling melind...