"Jangan pelit ngasih vote. Ingat! Orang pelit kuburnya sempit!"
Canda doang, kok:v
Have fun!***
HAPPY READING!
Seorang remaja laki-laki bertubuh jangkung menyapa temannya, "Hei, Bro! Gue punya rencana bagus, nih!""Apaan, Luq?" balas Davin dengan rasa penasaran. Luqi berbisik. Raut wajah Davin berubah setelah mendengar bisikan dari Luqi.
"Yakin, Lu?" tanya remaja laki-laki berkulit kuning langsat itu yang merasa ragu dengan ide yang diberikan oleh temannya.
"Yoi! Lagian Cuma gitu doang. Sesekali nggak papa, 'kan?"
Akhirnya Davin menurut dengan apa yang direncanakan oleh Luqi. Beberapa saat kemudian, seorang guru laki-laki berkacamata memasuki kelas dan memulai pelajaran.
Selama pelajaran berlangsung, Luqi dan Davin tidak memperhatikan sama sekali. Mereka berdua sibuk mengobrol dan sesekali melirik ke arah remaja perempuan berkacamata yang duduk tidak jauh dari bangku mereka.
Berada di bangku paling belakang merupakan suatu nikmat yang hakiki, begitulah yang dirasakan Luqi dan Davin.
Bel istirahat berbunyi. Semua murid merasakan kebebasan setelah beberapa jam melakukan pembelajaran. Tentunya banyak murid yang dengan cepat ke kantin. Beberapa juga terlihat saling mengobrol di depan kelas, bermain futsal, dan melakukan kegiatan lainnya.
Lain dengan seorang murid perempuan yang berada di kelas XI-IPS 1. Tidak seperti remaja pada umumnya yang suka bergaul, Kinan lebih suka menutup diri.
Sejak awal masuk di Sekolah Menengah Atas ini, sudah terlihat karakternya sebagai cewek pendiam. Kinan kerap kali dicemooh oleh murid-murid lain karena kebiasaannya yang tak pernah keluar kelas kecuali saat pulang dan ada keperluan penting yang mengharuskan dia keluar dari kelas.
Sementara itu, Luqi adalah orang pertama yang membuat Kinan dipermalukan. Dia orang pertama di kelas itu yang tahu bahwa ternyata Kinan mengalami katsaridaphobia.
Tidak sedikit orang di dunia ini yang mengalami fobia pada sesuatu. Seperti halnya Kinan yang fobia terhadap kecoak. Banyak orang yang memang merasa geli dengan serangga kecil itu, tetapi tidak semua orang mengalami fobia.
"Hai, Nan!" sapa Luqi dengan basa-basi.
Kinan yang melihat Luqi berdiri di samping bangkunya pun tampak kaget. "I-iya. Hai!" gugupnya.
Sebenarnya cewek itu masih merasa sedikit trauma dengan apa yang telah dilakukan oleh Luqi kepadanya beberapa bulan yang lalu. Ya, perihal kecoak yang dimasukkan di dalam tasnya.
"Nggak usah gugup gitulah, santai aja. Gue nggak doyan makan orang, kok," papar Luqi disertai senyuman yang sulit diartikan. Dia menyeret salah satu kursi dan duduk di samping Kinan.
"Nih!" Luqi menyodorkan kotak kecil berwarna biru muda dengan tali pita berwarna kuning di atasnya.
Kinan merasa heran dengan sikap Luqi. Biasanya cowok itu selalu mencemooh dan berkata kasar padanya, tetapi mengapa sekarang Luqi jadi berubah sikap. Keraguan di hati Kinan semakin meningkat saat melihat senyum yang terpampang di wajah Luqi.
Akhirnya, Kinan menolak untuk menerima kotak itu, tetapi di sisi lain Luqi terus saja memohon dan memintanya untuk menerima kotak itu.
Terpaksa Kinan menerima kotak berwarna biru itu. Satu hal yang membuatnya masih ragu, dia harus membuka kotak itu sekarang juga.Perlahan kotak dibuka. Kinan berteriak histeris dan langsung keluar dari kelas sambil menangis. Beberapa murid dalam kelas yang tidak tahu sebab Kinan menangis pun bertanya-tanya. Sementara itu, Luqi tersenyum puas melihat sasarannya berlari dan berteriak histeris karena kotak berisi kecoak yang sudah dipersiapkan.
"LUQI SIALAN!" bentak Kinan dengan deru napas memburu.
Cewek berkacamata minus itu menatap tajam ke arah Luqi Diandra Kartajaya-cowok yang baru saja membuat geger seisi kelas.
"APA LU BILANG?!" sembur Luqi tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh cewek yang baru saja dijahilinya. Siapa lagi kalau bukan Meilani Kinanda Safitri, cewek paling pendiam di kelas XI-IPS 1.
"LUQI DIANDRA KARTAJAYA, SIALAN!"
Cowok dengan iris mata berwarna coklat itu benar-benar tidak menyangka jika Kinan berani mengatainya seperti itu. Kedua tangannya mengepal di samping jahitan celana.
'Berani juga, nih, cewek ternyata.'
"Oh! Jadi sekarang udah berani ngelawan, ya. Hebat, hebat!" Seringai Luqi terpampang jelas sambil bertepuk tangan. Mengejek lawan.
Cewek di hadapannya itu menatap tajam. Napas memburu. Lelah, itu yang dirasakan. Sudah saatnya ia maju. Kinan berjalan dengan langkah yang mantab.
Plak!
"KINAN!"
Tanpa aba-aba dan tanpa diduga, sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiri Luqi. Semua orang yang melihat hal tersebut terdiam tak percaya dengan apa yang dilakukan Kinan beberapa detik yang lalu. Bahkan, ada yang mengabadikan momen ini dengan kamera handphone mereka.
***
"Kikil! Ngapain lihatin aku kayak gitu?" tanya seorang gadis remaja berambut lurus sepinggang yang terurai indah terkena desiran angin sepoi-sepoi.
"E-enggak! Aku cuma ingin kejadian tiga bulan yang lalu, Nanas," balas laki-laki bertubuh jangkung yang duduk bersanding dengan perempuan tadi.
Nanas, itu panggilan khusus yang diberikan oleh seorang Luqi Diandra Kartajaya kepada seorang gadis remaja yang berhasil membuatnya jatuh cinta.
"Oh, itu."
Meilani Kinanda Safitri, cewek berpostur tubuh ideal itu hanya mengangguk-angguk.
"Sorry." Luqi menatap serius ke arah Kinan. Dari sorot matanya terlihat rasa bersalah.
Kinan yang sedari tadi menikmati manisnya es cream coklat yang dibelikan Luqi kini menatap balik lawan bicaranya.
"Nggak usah bahas masa lalu. Aku paling nggak suka sesuatu yang mengandung unsur masa lalu."
Luqi mengangguk dua kali diikuti senyum miringnya yang masih. Memang benar bahwa Luqi dan Kinan telah menjalin hubungan pacaran sejak beberapa bulan yang lalu. Tepatnya, dua minggu setelah insiden 'tampar-tamparan' di kelas XI-IPS 1 terjadi.
***
Coba, deh, kalian tebak Kikil tuh siapa?
Kenapa Luqi manggil Kinan pakai sebutan Nanas?
Jangan lupa vote dan komen ya🐥
Next, maybe bakal pakai visual🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
LuNa
Teen Fiction"Lu itu cowok paling brengsek yang pernah gue kenal. Tapi gue juga heran sama lu," ucap seorang remaja perempuan berseragam putih abu sambil memandangi seorang remaja laki-laki di hadapannya. "Kenapa?" "Lu, tuh, kayak bunglon." "Hah?" "Iya, lu itu k...