• 1st line •

1.5K 175 74
                                    

On playing

Clouds - Fin Argus & Sabrina Carpenter

selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Akhir Agustus tidak akan pernah sama dengan bulan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir Agustus tidak akan pernah sama dengan bulan lainnya. Kekhawatiran yang mengiringi setiap hari selalu berhasil menyembunyikan beberapa lembar kertas hijau di dalam dompet. Sepotong roti yang baru dibeli dari swalayan dihemat sedemikian rupa dengan bantuan air gratisan dari kantor. Lumayan buat ngeganjel, batin lelaki yang menatap layar ponselnya. Nominal uang di rekening tampak mengenaskan, membuatnya mendengkus dan tersenyum kecut.

"Tumben pagi-pagi nongkrong di sini, Wan. UAS-mu udah selesai?"

Juan terkesiap dan lekas membenarkan duduknya. Ia melebarkan senyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal.

"Alhamdulilah, beres semua, Mbak."

"Liburan ke mana, Wan? Sekali-sekali mbok, ya, dipakai cutimu itu. Jangan kerja terus."

"Sayang, Mbak." Juan tertawa canggung. "Kalau ambil job tambahan, kan, bisa buat makan enak."

"Eh, iya, ngomong-ngomong masalah makanan, tadi Ibu masak banyak. Mbak bungkusin buat kamu juga, tuh. Belum sarapan, kan?"

Semringah di raut muka Juan tak dapat dibendung lagi. Ia langsung beranjak menghampiri meja kerja salah satu seniornya tanpa basa-basi. Bahagianya sesederhana melihat dua bungkus nasi yang diikat menggunakan karet gelang dan tersimpan baik di kantong plastik bekas belanjaan. Lelaki berseragam biru muda0 itu lekas mengambil salah satunya dan mengucap terima kasih.

"Buat nanti sore, Mbak."

"Duh, makan sekarang aja. Setelah ini ada kerjaan, kan?"

"Tadi udah makan roti, kok. Sayang empat ribunya kalau ditimpa nasi ini."

"Ya udah, deh."

Juan segera kembali ke tempat duduknya. Namun, belum sampai lima langkah, wanita paruh baya yang membersihkan kolong kursi ruang tunggu seolah memanggil hati kecilnya. Ia lantas meletakkan makanannya di samping tumpukan berkas, lalu keluar ruangan dengan langkah tergesa-gesa.

"Kan Juan kemarin udah bilang, sapu yang ini minta adik, Bu. Biar nggak harus bungkuk begini."

"Masih bisa dipakai, Mas."

Juan menghela napas panjang. Ia kemudian berinisiatif mengangkat kursi di depannya agar sapu super-pendek yang digunakan ibu petugas kebersihan itu dapat bergerak leluasa. Sedikit-sedikit ia bergeser sampai daerah tersebut selesai dibersihkan.

"Yang depan nggak sekalian, Mas?"

"Boleh, Bu. Ayo!"

"Eh, Wan!"

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang