Prolog

3K 251 10
                                    

[name] menatap toko antik di depannya dengan heran. Seingatnya toko ini tidak ada disini sebelumnya, tapi ia juga tak begitu yakin karena ia hanya melewati jalan ini setelah pulang dari kegiatan konsultasinya dengan dosen pembimbing, yakni seminggu sekali.



"Cih, nama toko macam apa ini" [name] bergumam meremehkan. Namun meski demikian, ia tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko antik itu.



"Selamat datang, ada yang bisa aku bantu?"

Seorang perempuan muncul dari balik rak buku yang lebih tinggi dari tubuh mereka.





"Mm.. aku cuma mau lihat - lihat" jawab [name] dengan jujur, karena memang ia masuk ke dalam sini karena penasaran saja.



"Apa kau suka membaca?" perempuan itu bertanya.



"Iya. Tapi aku lebih suka membaca buku fiksi daripada buku pelajaran"

Perempuan itu terkekeh mendengar penuturan [name]. Ia kemudian berjalan pergi meninggalkan [name] yang mulai berkelana mengelilingi toko kecil dan sumpek karena banyaknya barang yang bertumpuk di lantai. Jantungnya mulai berdebar lebih cepat dan rasa gugupnya mulai muncul kala ia semakin melihat ke seluruh penjuru toko ini. Dia sangat tidak tahan dengan ruangan sempit.





"Coba baca ini!"

"AH!"



Perempuan dengan pita merah di atas sanggul rambutnya itu mengejutkan [name] dengan tiba - tiba bersuara di samping tubuhnya. Ia memegang satu buah buku yang cukup tebal dengan sampul berwarna coklat.





"Buku apa ini?"

[name] menerima buku itu dengan kedua tangannya. Buku itu cukup berat dari yang terlihat. Warna sampul buku itu menambah kesan usang selain bau kertas lama yang menyeruak.



"Buku cerita ini cocok banget untuk kamu yang lagi patah hati"

Hati [name] mencelos. Bisa - bisanya penjaga toko ini tahu kalau dia baru saja diputuskan oleh kekasihnya beberapa hari yang lalu.



"E-eh, aku nggak..."



"Tenang, nggak semua laki - laki sama kok. Mungkin aja jodoh kamu bukan disini tapi di tempat lain" perempuan itu tersenyum dengan lebarnya hingga membuat [name] bingung.

Tapi [name] hanya mengangguk kecil sembari satu tangannya menjepit buku tadi diantara tubuhnya. Sedangkan satu tangannya ia gunakan untuk membuka tas selempang kecilnya, ingin mengeluarkan uang untuk membayar buku ini agar ia segera pergi dan keluar dari toko aneh ini.



"Aku ambil ini aja deh. Berapa harganya?"

Perempuan tadi menampakkan telapak tangannya ke arah [name] dengan tegas.

"Tidak perlu dibayar"

[name] menatapnya aneh, sedangkan perempuan itu hanya terus tersenyum lebar ke arahnya.



"Tapi kan aku mau beli buku ini..."

"Kalau kau membaca buku itu sampai selesai, maka kau akan membayar semuanya"

[name] semakin bingung dibuatnya. Kenapa tidak bisa ia mengeluarkan uangnya saja dan langsung keluar dari sini?!



"Temukan jati dirimu, temukan cinta sejatimu, maka kau akan menjalani kehidupanmu dengan bahagia. Jika kau menghianati takdirmu, maka tidak ada jalan lain selain kematian"

[name] hanya melongo tak mengerti. Tubuhnya kemudian didorong dengan paksa oleh perempuan tadi keluar toko. Perempuan itu melambaikan tangannya cepat sembari terus tersenyum, kemudian masuk kembali ke dalam toko dan menutup pintunya.



Ini bukanlah peristiwa yang paling aneh yang pernah terjadi padanya. Tapi tetap saja perempuan tadi membuatnya bingung hingga ia pusing bukan kepalang memikirkan perkataannya yang tidak masuk akal.





Selesai dengan pekerjaan rumah, [name] merebahkan diri di atas kasurnya. Meraba - raba meja nakas di samping kasurnya, mencari telepon genggam yang belum ia sentuh karena sedang sibuk mengurusi rumah yang kini ia tinggali seorang diri.



"Ah, si brengsek ini ngapain sih nelpon terus?" gumam [name]. Handphonenya ia masukkan ke dalam mode silent dan kembali ia letakkan di atas mejanya.



"Padahal kemaren dia yang putusin aku, sekarang malah nyariin mulu"

[name] tak mempedulikan layar teleponnya yang masih menyala, menandakan ada panggilan masuk. Ia beralih mengambil buku yang tadi siang ia dapatkan dari toko antik dan aneh itu.





"Cinta Sang Pangeran?" [name] membaca judul dari buku tersebut. Dari judulnya saja sudah tertulis jelas kalau buku ini akan memuat kisah romansa yang begitu kental.

[name] bukanlah orang yang mudah terbawa perasaan hanya dengan membaca atau mendengar kisah romantis, tapi ia juga tak dapat menampik kalau ia merasa iri dengan kisah cinta orang yang begitu manis dan mulus, sangat berbanding terbalik dengannya yang masih tak begitu berpengalaman karena selalu kandas dengan cepat.





"Tebal banget sih bukunya! Tapi ya sudahlah, besok juga libur"

[name] bangun dari tempat tidurnya. Ia kembali dengan sebuah botol air mineral dan satu porsi roti isi kemasan yang keduanya ia letakkan di atas nakas.

Melihat telepon genggamnya sudah tenang, ia mengembalikannya ke mode dering agar suara notifikasinya dapat ia dengar.

[name] kemudian mendudukkan dirinya di atas kasur, menyandarkan punggungnya pada kepala kasur dan menekuk sedikit lututnya untuk dijadikan sandaran buku ceritanya.





"Nah, sudah siap. Ayo mulai baca!"

CURSED | Sano Manjirou ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang