Part 37

938 64 2
                                    

Berkeliling di mall dan berbelanja mungkin kebahagiaan nya para ciwi-ciwi!, Tapi tidak untuk Aira. Saat ini Aira tengah berada di tengah-tengah mall bersama Indri ibu mertuanya.

Aira tidak terbiasa berbelanja baju seperti ini. Kalau pun ia pergi ke mall pasti ia hanya mampir di supermarket dan berbelanja perlengkapan dapur lalu setelahnya pulang. Dulu Umi nya lah yang selalu membelikannya baju, Aira jarang membeli baju sendiri kalaupun membeli sendiri pasti Aira membeli di online shop, jadi ia tidak terbiasa seperti ini. Dan mungkin mulai sekarang Aira akan berusaha untuk terbiasa.

"Gimana kalo sama yang ini bagus nggak?" tanya Indri meminta pendapat tentang baju abaya hitam yang di pilihnya.

Ya, Indri membawa Aira ke salah satu toko baju muslim di sini. Indri tau dan paham dengan kepribadian Aira yang selalu menggunakan pakaian syar'i, jadi ia membawanya ke sini.

"Bagus nggak terlalu ramai juga, Aira suka!" balas Aira memberikan pendapatnya.

"Yaudah mba, kita pilih yang ini dua, bisa?" ucap Indri pada salah satu pelayan di toko ini.

"Bisa. Baik saya ambilkan dulu" balas pelayan itu ramah dan pergi untuk mengambil barang yang di maksud.

Indiri dan Aira menunggu sambil duduk di kursi yang sudah di sediakan oleh pemilik toko di sini. Mereka memang berniat ingin membeli baju couple, itu mengapa tadi Indri meminta baju yang sama dua.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pelayan itu datang kembali dengan membawa dua paper bag dan Indri langsung membayarnya menggunakan kartu.

"Terimakasih, telah berbelanja di tempat kami" ucap kasir ramah dan di balas senyuman oleh Indri dan Aira.

Setelah dari toko baju abaya, Indri menarik Aira masuk ke toko aksesoris.

"Bunda, mau ambil ikatan rambut yang tadi di pesan. Bunda tinggal dulu sebentar gakpapa?" ucap Indri.

Aira mengangguk "Iyah, nggakpapa bunda"

"Sambil nunggu bunda, kamu lihat-lihat dulu ke sana. Siapa tau ada yang mau di beli" ujar Indri.

Aira tersenyum dan mengangguk.

"Bunda, tinggal dulu ya, sayang" Aira mengangguk dan Indri pun pergi mengambil pesanan nya.

Seperti yang di bilang bundanya tadi, Aira berjalan melihat-lihat barang-barang di sini. Hingga Aira melihat kalung kucing dan Aira jadi teringat dengan si Miwaw. Aira mengambil dan melihatnya, ini cantik, lucu Aira suka!. Baiklah Aira akan membeli nya untuk si Miwaw.

Aira berbalik ingin membayar kalung ini, namun baru saja satu langkah Aira melangkah tiba-tiba 'duk' sepertinya Aira menabrak seseorang di depannya.

Aira mendongakkan kepalanya dan melihat siapa yang di tabraknya. Seorang pria paruh baya tengah berdiri di hadapan Aira. Ia menatap Aira dari atas sampai bawah dengan tatapan penuh tanya. Merasa di tatap seperti itu Aira langsung menundukkan kepalanya takut.

"S-saya ti-tidak se-sengaja pak!" ucap Aira terbata dengan terus menunduk tak berani untuk menatap.

Pria paruh baya itu tak menjawab, ia terus menatap Aira. Dan itu membuat Aira semakin ketakutan. Aira bisa saja berteriak jika pria paruh baya itu berbuat macam-macam dengannya, tapi saat ini pria paruh baya itu hanya diam dan terus menatap Aira.

"Pak, Radit!"

Pria paruh baya itu menoleh saat seseorang memanggilnya dari belakang.

"Bu, Indri" balas pria paruh baya itu.

Indri melangkah berdiri di sisi Aira. Aira bernafas lega, untung saja bundanya datang.

"Pak Radit, ada urusan apa sama menantu saya?" tanya Indri dengan menggenggam tangan Aira kuat. Indri tau saat ini Aira sedang ketakutan.

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang