DUA PULUH EMPAT

4.7K 358 9
                                    

"Kok sepi?" tanya Ian saat mendapati Val sendirian di ruang keluarga. Gadis itu tengah menyantap semangkuk sereal.

Val menoleh dengan mulut penuh. Dia menelan bulat-bulat sereal yang tengah Ia kunyah. "J udah tidur setelah makan malem. Tadi Dia makan lebih awal, ngantuk katanya."

Ian meraih mangkuk sereal Val dan menyendok isinya. "Lo udah makan?"

"Ini lagi makan." Val kembali meraih mangkuknya.

"Yang bener aja Val. Sereal itu menu sarapan. Buat naik tangga aja udah laper lagi." Ian terkekeh melihat mulut Val yang penuh.

"Gue tadi kalap makan kue 3 slice dan lasagna di S'kopi. Belum lagi tadi sempet nyicip bakmi yang J beli. Kenyang duluan gue."

"Ada makanan nggak di dapur?"

"Ada, tadi beliin Abang satu kok. Sana mandi habis itu baru makan. Abang bau asem."

"BANG IAN!" pekik Val saat Ian dengan sengaja menggapit kepala Val di ketiaknya. Wajahnya tepat menghadap ketiak Ian. Sementara Ian berlari meninggalkan Val dengan rambut berantakan.

Selang 15 menit Ian sudah kembali ke lantai bawah. Langkahnya langsung menuju dapur saat mendengar suara denting sendok meski samar. Ia tersenyum mendapati Val sedang menyajikan bakmi di mangkuk.

"Aduh bini gue so sweet banget sih." goda Ian setelah duduk di bar stool.

Val hanya menatapnya sinis sebelum mendorong mangkuk ke hadapan Ian. Ia mengulurkan sumpit dan sendok sebelum berlalu kepojokan untuk meraih gelas dan satu teko air mineral. "Bicara tentang bini, gue jadi ingat sesuatu."

"Apa? Tentang gue yang belum lamar lo?" ledek Ian.

Val menggepuk lengan Ian sebal. "Bukan itu. Tadi waktu gue sama J ke sekolah Gisel, Kita lihat bini pertama Andra lagi jemput Gisel juga."

"Mantan Bini." koreksi Ian. Gerakan tangannya berhenti. Ia fokus menyimak cerita Val.

"Iya maksud gue itu." Val meringis, Ia menyedot jus kotaknya. "Dan lo tahu apa yang lebih nyesek bang?"

"Apa?"

"Andra dateng jemput mereka pakai mobil Jean. Andra definitely crazy husband right?" Val menggebu-gebu.

"Beneran itu mobil Jean? Si putih?"

"Samber gledek deh kalo gue bohong. Gue bahkan hafal plat nomernya bang."

"Wah. He's crazy."

"Nah apa gue bilang." Val menepuk bahu Ian. "Ini masuk kategori perselingkuhan nggak sih bang? Asli gue pengen gebuk Andra pas tadi lihat."

Ian meraih sumpitnya kembali. Menyuap gulungan mie dengan suapan besar. Lagi-lagi Val tidak mendapatkan jawaban.

¤¤¤

"Tumben bang, ada apa?" tanya Andra saat sampai di meja Ian. Ia meraih gelas kopi miliknya yang sudah dipesankan Ian lebih dulu.

Tadi pagi Ian mengirim pesan ingin bertemu, mengajaknya untuk sarapan bareng. Karena pagi ini Andra ada meeting penting, Ian baru bisa bertemu denganya untuk brunch.

"Gimana kerjaan?" buka Ian. Ia juga ikut menyesap kopinya.

"Padet bang. Maaf ya belum bisa jenguk Jeana." Andra menggaruk lehernya kikuk.

Ian hanya mengangguk pelan untuk merespon kalimat Andra. "Sebaiknya lo memang nggak usah datang dulu untuk jenguk Jean atau menginap juga sih."

Andra tersedak saat Ian menyelesaikan kalimatnya. Dia menepuk dadanya, mencoba meredakan batuknya. "Maksud Abang.. gimana?"

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang