46. Keinginan

434 97 7
                                    

Anna berjalan menyusuri pantai. Sebentar lagi matahari akan segera terbenam. Ia pun duduk di bibir pantai, menikmati keindahannya.

Gadis itu menghela napas, ia merasa ada yang kurang di kehidupannya. Kini tidak ada lagi lelaki yang mengajarinya boxing, dan kini tidak ada lagi lelaki yang memaksanya pulang bersama.

Keduanya hilang secara bersamaan, padahal beberapa minggu lagi mereka akan wisuda.

"Masih belum bisa lupain mereka ya?"

Anna menoleh, disampingnya sudah ada Fajri yang menatap dirinya.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Anna penasaran, karena kehadiran Fajri yang begitu tiba-tiba baginya.

"Barusan."

Anna mengerutkan keningnya. Fajri terkekeh kecil, seolah tahu apa yang ada di pikiran gadis tersebut.

"Gue sekeluarga kebetulan liburan kesini juga, dan barusan gue lihat lo, makanya gue samperin.  Nggak papa kan?" jelasnya.

Anna mengangguk mengerti, lalu kembali menatap keindahan laut.

"Mau sampai kapan lo kaya gini?"

Anna menghela napas, dengan senyuman yang sedikit di paksakan. Ia menggelengkan kepalanya.

Dirinya sendiri tidak tahu, sampai kapan dia akan berhenti memikirkan Gilang dan Ricky. Karena setiap saat keduanya selalu memenuhi pikirannya, belum lagi mimpinya selalu menyangkut kejadian hari itu.

"Lo tahu kan, ini nggak baik buat kesehatan lo?"

Anna berdeham, menatap wajah Fajri. "Gue tahu kok, tapi gue harus gimana lagi. Setiap gue pengen lupain, mereka selalu ada dipikiran gue, seolah mereka nggak mau pergi dari pikiran gue."

Di situasi saat ini, Fajri melihat jelas bagaimana kondisi Anna yang terlihat begitu pucat.

Fajri mengelus puncak kepala Anna. "Gue tahu ini nggak mudah, tapi lo harus mencoba lagi dengan lebih keras."

Anna menganggukkan kepalanya, menatap matahari yang sebentar lagi akan segera terbenam.

"Gue denger, lo lagi deket sama Manda, kok bisa?" tanya Anna tanpa mengalihkan tatapannya.

Fajri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, entah kenapa tiba-tiba ia merasa gugup.

Sadar tak mendapat jawaban, Anna menoleh menatap Fajri yang terlihat salah tingkah.

Anna mendelik, ia segera berdiri membersihkan pakaiannya yang terkena pasir.

"Kemana?" tanya Fajri.

"Balik ke hotel," balas Anna seadanya, berjalan lebih dulu meninggalkan Fajri.

"Nanya, tapi pas mau dijawab malah pergi gitu aja, dasar Annabelle," gumam Fajri menatap kepergian Anna.

*****

Shandy memeluk Anna dari belakang. Lelaki itu begitu erat memeluknya, seolah tidak mau kehilangan gadis tersebut.

"Kenapa?" tanya Anna, menatap lurus ke depan.

"Kangen," balas Shandy singkat, menghirup aroma khas rambut Anna,

"rasanya, udah lama banget gue nggak kaya gini. Sorry."

Anna berdeham sebagai jawaban. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, menikmati posisinya seperti ini.

"Jangan berubah lagi ya, Bang."

Shandy menganggukan kepalanya, semakin mempererat pelukannya. "Gue nggak akan pernah berubah, gue bakal tetep seperti ini jadi abang lo."

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang