Bab 6 : Sekelebat ingatan

21 5 1
                                    



"Sa.."

"Hm?"

"Lo udah makan?" Tanya Calla, Angkasa menggeleng.

"Gue mau ke resto dekat sini, mau nitip?"

Angkasa membalik badan menghadap Calla, wajahnya begitu lesu. Bagaimana tidak, sepeninggalan Elang dan Anna dari rumah sakit membuat Anggi hanya terdiam sejak tadi. Tidak lain dan tidak bukan adalah ulah orang tua Angkasa.

Jay, Jake dan Kai? Mereka sudah pulang bersama dengan orang tua Angkasa. Sementara Calla memilih untuk menunda kepulangannya karena harus menemani Anggi.

"Aku ikut."

"Hah?"

"Tante, Angkasa sama Calla keluar sebentar, ya."

Anggi tersenyum lembut mengiyakan permintaan Angkasa.

"Gue aja, lo nitip apa gue beliin, Sa."

"Aku mau liat menunya sendiri."

Calla menghela nafas panjang mendapati sikap Angkasa yang selalu keras kepala.

"Tan, Calla permisi ya."

"Iya Calla, hati-hati di jalan."


***


"Kenapa mau ikut? Kan gue bisa beliin buat lo."

"Kamu sebenci itu sama aku?"

"Fitnah banget jadi orang!"

"Buktinya lebih suka sendiri dari pada sama aku."

"Males, semenjak kita nggak jadi dijodohin lo acuh banget sama gue." gerutu Calla, netranya melirik Angkasa yang masih fokus menatap lurus ke depan.

Angkasa refleks menarik tangan Calla ketika gadis itu hampir ditabrak oleh segerombolan perawat yang sedang mendorong bangkar dengan kondisi pasien yang berdarah-darah, sepertinya habis mengalami kecelakaan.

Calla tidak sengaja melihat pasien tersebut, hingga pada detik selanjutnya tubuh Calla oleng dan hampir saja terjatuh jika Angkasa tidak bergerak cepat menahan beban tubuh Calla.

"Cal?" panggil Angkasa dengan nada khawatir

Calla menyembunyikan wajah dengan kedua tangannya sambil berjongkok. "Gue masih trauma sama darah, Sa."

Tanpa babibu Angkasa mendekap Calla, membuat gadis itu merasa tenang ada disana. Calla tidak menolak, jika sedang begini siapa yang peduli dipeluk oleh mantan calon jodoh sendiri?

"Don't worry, Cal. Darahnya udah nggak ada lagi."

"Pasti dia habis kecelakaan, Sa."

"Jangan dipikirin, nanti makin takut."

"Keinget, Sa. Darahnya buat gue ngeri."

"Udah ya, ayo kita pergi dari sini," bujuk Angkasa.

Calla mendongak, wajah mereka begitu dekat hingga Angkasa bisa menatap hazel milik Calla dengan jelas. "Kaki gue lemes," lirih Calla.

"Terus, mau aku gendong belakang?"

Calla tiba-tiba tersadar dan mendorong Angkasa yang masih memeluknya, membuat Angkasa keheranan. Ekspresi takut Calla 1 menit yang lalu sudah berubah kembali menjadi tegas.

"Apaan sih, gue masih bisa jalan gini."

Angkasa ikut berdiri, menatap gadis dihadapannya dengan senyuman kecil menghiasi wajah tampannya. Tingkah Calla selalu mencuri perhatian siapapun, termasuk Angkasa.

Lily Terakhir Untuk CallaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang