Part 32

2.6K 311 20
                                    

Mata lelaki jangkung itu membulat setelah mendapatkan kecupan di bibir secara tiba-tiba. Lalu terdiam untuk beberapa saat untuk mencerna perkataan si mungil.

"Jika kau suka, maka cium aku sebagai balasannya."

Tapi apa yang lelaki mungil itu lakukan malah lebih dulu mencium bibirnya untuk kesekian kalinya.

Ciuman pertama, kedua, dan kini ciuman ketiganya sudah direnggut oleh lelaki mungil itu secara paksa.

Seharusnya tidak seperti ini. Semua ciuman itu sudah ia simpan untuk pendamping hidupnya nanti, tapi lelaki mungil itu malah merebutnya tanpa tahu malu.

Jisung ingin marah, namun rasa amarahnya tidak bisa singkron dengan degup jantungnya yang semakin lama semakin berisik.

"Hei, ayo cium aku. Kau bilang, kau menyukainya. Jika tidak maka biarkan aku saja yang menciummu." ucap Chenle.

Dengan seluruh ketidak sopanan dan keberanian lelaki mungil itu langsung menarik kerah baju Jisung. Membuat lelaki itu sedikit menunduk.

Lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher Jisung sebelum kembali menyatukan belah bibir keduanya.

"Aku menyukainya, bibirmu masih terasa sama, seperti waktu itu. Saat aku pergi menigalkanmu." bisik si mungil tepat di depan bibir kissable milik Jisung.

"Hmp!" Chenle melebarkan matanya saat Jisung kembali menerjang bibirnya lebih dulu untuk dilumat.

Entah setan mesum apa yang sudah merasuki diri Jisung, tapi yang jelas tangan lelaki jangkung itu sudah berada pada kedua pinggang si manis, untuk diremas.

Kedua bibir itu saling melumat, menyatukan dua benda tidak bertulang yang biasa kita sebut sebagai lidah membuatnya bertaut dan saling mendorong untuk merasakan kenikmatan rongga mulut satu sama lain yang terasa manis.

Saling menyapu deret gigi, bahkan tak segan untuk menggigit bibir atas dan bawah satu sama lain yang kini mulai memerah, lalu saling menelan saliva satu sama lain. Benar-benar terasa manis!

Biarkan tubuh dan hati mereka yang bekerja untuk saat ini. Keduanya memang memerlukan ciuman untuk melepaskan kerinduan.

Momen yang membahagiakan untuk keduanya, kita tidak perlu mengganggu dan mereka tidak perlu memperdulikan hal yang akan terjadi kedepannya. Karena kita semua tau, hal yang akan terjadi setelah ini, tentunya adalah hal baik.

"Mhm! Jie.." Ciuman keduanya terlepas saat Chenle membutuhkan pasokan oksigen.

Wajah lelaki mungil itu terlihat memerah. Bibirnya sedikit membengkak, terlihat cantik dan sempurna dengan ujung bibir yang memperlihatkan sobekan kecil karena ulah gigi jisung.

Ia menatap si jangkung yang kini mengusap ujung bibirnya yang menyisakan saliva keduanya. "Bibirmu manis." ucapnya membuat Chenle mengangguk.

"Aku tahu. Bibirku memang terasa manis. Jika kau mau, kau bisa kembali melahapnya seperti tadi."

Coba lihat kelakuan si mungil, bahkan dalam keadaan seperti ini saja ia masih bisa berperilaku seperti itu.

"Aku tidak akan keberatan dengan hal itu karena aku juga menyukainya." lanjutnya membuat Jisung terkekeh.

"Aku tidak akan melakukan hal tadi, lagi. Cukup sampai sini saja, karena aku perlu menyimpan ciuman ke empat ku untuk kekasihku nanti." ucap Jisung membuat Chenle melebarkan matanya.

"Kau ini apa-apaan?! Berniat untuk menyalakanku padahal kau sendiri yang melahap bibirku terlebih dahulu." ucapnya tidak terima.

"Jika kau ingin menyimpan ciuman ke empatmu, maka simpan saja. Karena aku akan kembali merebutnya. Bahakan akan aku pastikan akulah yang menjadi kekasihmu nanti." ucapan Chenle.

Mendengar itu Jisung pun terkekeh. Ia berjalan menjauh dari si mungil yang kini mulai memasang raut kesal.

"Tidak perlu memastikan untuk nanti. Sekarang saja kau bisa menjadi kekasihku dan kembali mengambil ciuman ke empat itu." gumamnya.

"Hah? Kau mengatakan sesuatu? Yak, Jisung! Kenapa kau malah meninggalkan kuemu, dasar bajingan!" pekik Chenle saat melihat punggung Jisung menghilang di balik pintu.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rich Man『JICHEN』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang