"Lo paham, kan? Perasaan gue ke lo?"
Ivan meraih tangan Teresa.
Namun, Teresa lepas dengan cepat.
"Van lo ngomong apa, sih!"
Ivan terdiam karena lagi dan lagi Teresa menolak, bahkan sebelum Ivan mengatakannya.
"Lo ngomongin apa?" ulang Teresa.
"Jadi belum siap, ya?" gumam Ivan.
Air mukanya nampak kecewa. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing setelahnya.
"Kalau gitu gimana hari ini, Sa?" Ivan bertanya, mencoba menghilangkan kecanggungan.
Teresa menoleh pada Ivan mempererat jaket di tubuhnya, karena udara semakin dingin.
"Lo nanya soal hari ini?"
Ivan mengangguk sambil merapihkan rambut Teresa yang acak-acakan karena angin. Sepertinya itu jadi kesukaan Ivan.
"Gak ada apa-apa, sih ...."
Walau sebenarnya pikiran Teresa berkelana pada memori soal kecelakaan Naresh.
"Tadi di sekolah gimana?" tanya Ivan.
"Paling kemarin ...."
"Ah! Iya ada apa kemarin, Sa? Gue dengerin."
"Seragam gue hilang."
Ivan mengernyit. "Lo ngelakuin apa bisa sampai hilang?"
Teresa mengedikkan bahu.
"Kenapa gak cek CCTV kelas? Di SMA Laviska semua kelasnya emang udah ada CCTV, kan?"
Teresa menggeleng. "Gak perlu, ah! Kayak masalah serius aja."
"Jadi maksud lo ini gak serius gitu?" tanya Ivan tak percaya.
"Harusnya lo curiga, Sa. Gimana kalau suatu saat itu malah jadi bahaya?"
"Udahlah. Gak usah dibahas."
"Lo kalau ada apa-apa bilang sama gue, Sa. Gue bukan pengen ikut campur, gue cuma gak mau lo kesusahan sendiri."
Teresa hanya mengangguk kecil. Kemudian keheningan menyapa keduanya. Bulu kuduk mereka meremang saking dinginnya udara malam ini. Namun, kerlap-kerlip lampu di bangunan-bangunan tua itu tetap menjadi magnet yang membuat mereka enggan beranjak.
"Gue sebenernya mau ke rumah lo kemarin, tapi jadinya malah sekarang."
"Kenapa gitu?"
Ivan terdiam cukup lama, kemudian menggeleng saja.
"Sa, lo seneng hari ini?"
Teresa malah mendongak kemudian menatap langit luas.
"Lo pernah kangen sama saudara lo?" Teresa balik bertanya.
Ivan ikutan menatap ke langit yang dihiasi kerlap-kerlip bintang.
"Pertanyaan lo jawabannya cuma satu. Sering, Sa." Ivan menjawab sambil terkekeh.
***
Teresa turun dari mobil Ivan dengan tangan yang menggenggam buket bunga miliknya.
"Van!"
Teresa menoleh ke belakang. Menatap ke arah Ivan yang sedang berjalan membuntutinya menuju pintu rumah.
"Lo tadi nanya gue seneng atau kagak sama hari ini?"
Ivan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Didn't Meet
Ficção AdolescenteGara-gara americano yang tak sengaja mengotori sepatunya, Teresa berjumpa dengan Ivander Gabrian Adhitama dalam skenario alam semesta yang gemar menjadi mak comblang di panggung sandiwara ini. If We Didn't Meet berbicara tentang persahabatan, cinta...