Ruangan bernuansa putih itu terasa tenang. Hanya ada suara goresan tinta berpadu dengan suara kertas di geser kemudian di tumpuk dalam gunungan tinggi kertas lain.
Gaku memeriksa setiap dokumen dengan cermat. Kursi kulit hitamnya ditarik mendekat. Bokongnya mulai terasa panas karena telah menempel dengan kursi empuknya selama beberapa jam.
Ia berdiri sejenak. Sebagai seorang pria, wajib hukumnya menjaga kadar gula batunya. Ia tidak mau terkena penyakit gula batu hanya karena terlalu lama bekerja. Takutnya servis yang diberikan kurang memuaskan, kasihan haremnya.
Pintu ruangan diketuk. Suara Yuki menginterupsi.
"Masuklah, Yuki-san."
Pintu terbuka, Yuki masuk dengan membawa berkas. "Ini peta wilayah Silchar yang kau minta."
Gaku mengangguk. "Bagaimana dengan prajurit baru?"
"Mereka sudah bersiap. Nanti siang mereka akan berangkat ke Pulau Girgaris. Lalu saat sore mereka akan berangkat ke Silchar."
Gaku kembali memeriksa data para prajurit yang akan berangkat ke Silchar. Ia berharap para prajurit baru ini memang setangguh yang digosipkan.
"Apa mereka memang seperti yang digembar-gemborkan?"
"Salah satu kadet mendapat skor hampir sempurna saat penilaian, padahal dia tidak masuk sekolah militer mana pun."
Gaku kembali mengangguk, "Lanjutkan."
Yuki membalik kertasnya, "Persiapan upacara musim panas hampir selesai. Pakaianmu sudah rampung, rencananya Haruka-kun akan mengirimnya nanti sore."
Ah, upacara. Salah satu rutinitas yang kurang Gaku sukai. Bayangkan saja memakai pakaian tebal dan berat di tengah-tengah musim panas. Belum lagi haori yang dikenakannya berwarna hitam. Ia tidak bisa membayangkan betapa panasnya hari saat festival nanti.
"Lalu tinggal pendampingmu," Yuki menatap serius, "Siapa Selir yang akan duduk satu kereta denganmu?"
"Aku masih belum memikirkannya, Yuki-san." Jawab Gaku.
Sudah menjadi tradisi bagi para Raja Venesia untuk berkeliling di Ibukota saat hari festival. Dengan kereta terbuka tak beratap, keluarga kerajaan akan menyapa seluruh masyarakat. Semacam parade yang jadi awal dimulainya festival yang diadakan tepat di Ibukota Venesia.
Dan masalahnya, Gaku tidak punya Ratu. Ia tetap membiarkan kursi di sebelahnya kosong selama lima tahun belakangan ini. Alhasil ia terpaksa membawa Selirnya untuk duduk bersama di atas kereta.
Lima kali festival, sudah kelima Selirnya pula yang ia ajak duduk bersama saat festival. Kini sang Raja tengah dirundung kebingungan. Galau harus memilih siapa.
Otaknya sudah memikirkan satu nama. Dan jika dia bersedia, maka image Gaku yang dikenal adil dalam memperlakukan para Selir akan tetap terjaga. Tapi Gaku juga tahu, dia pasti akan menolak mentah-mentah.
Nanase Tenn tidak akan semudah itu bersedia diajak berparade bersamanya.
"Kurasa ini memang keputusan berat, apalagi dengan kehadiran Pangeran Erin."
Gaku tidak bisa lebih setuju lagi, Erin selalu membuat parade mendebarkan bagi para Selir. Iblis kecil itu selalu berhasil membuat para Selirnya kesal karena keisengannya.
Bahkan bakat memgacau Erin sudah mulai nampak saat berusia 3 tahun. Entah disengaja atau tidak, Erin mengompoli Selirnya yang pertama. Alhasil sang Selir harus betah mengenakan kimono basah bau pesing selama beberapa jam.
Gaku mengurut kepalanya, kembali teringat kelakuan ajaib Erin.
"Ini sudah H-3 dan kau masih belum bisa memilih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Winter War
FantasiaNanase Tenn adalah seorang pemuda berusia delapan belas tahun. Status : Peramal kesayangan Raja. Catatan lain : Jangan sampai ada yang tahu identitas aslinya. Namun sayangnya, Tenn lebih memilih untuk mengambil langkah berani, yang membuatnya terpak...