Perjalanan Menuju Kehampaan

717 22 12
                                    

Hampa. Itu yang ku rasakan saat ini. Hari-hari ku benar-benar sepi. Abang pun juga semakin jarang mengabariku. Apakah seperti ini rasanya menikah sesungguhnya? Suami sibuk, jarang ketemu, jarang komunikasi, aku belum beraktifitas lagi, perut juga semakin membesar, badanku semakin terasa berat. Kehidupan yang aku impi-impikan jauh dari realita. Jangankan mimpi indah seperti dongeng, pernikahanku yag standar saja tidak aku dapatkan.

Hmm.. Kenapa kehidupanku berubah drastis? Hidupku hanya sebatas menonton tv di kamar, lihat HP, tidur bolak balik, lalu ikut makan siang bersama mama papa, balik lagi melihat jendela dengan pemandangan itu-itu saja. Kemudian berputar seperti itu setiap hari. Sangat membosankan. Aku kesepian di rumah keluarga sendiri, berhari-hari, dan berbulan-bulan.

Tak terasa kandunganku menginjak usia 7 bulan. Sudah cukup besar. Sebulan yang lalu hasil tes abang di Amerika sudah keluar. Besok abang akan pergi ke Amerika. Negara yang beda belasan jam dari Indonesia. Bukankah seharusnya dia lebih sering mengunjungiku karena dia mau pergi lama dan jauh? Tapi aku mencoba untuk terus berpikiran positif. Mungkin abang sangat sibuk karena dikit lagi mau Pendidikan di Amerika sehingga harus kebut mengerjakan tugas-tugas sebelum pergi kesana. Tidak apa-apa, ini semua demi kebaikan keluarga kecil kami, walau perasaanku sesak rasanya.

Sejak kejadian SMS beberapa waktu lalu, sebenarnya hubungan kami memang sedikit renggang. Jujur sampai detik ini aku merasa aneh dengan sms 2 bulan yang lalu, walaupun abang bilang itu adalah SMS dari istri bawahannya. Semua terasa janggal. Mungkin abang juga ngerasa kalau aku sedikit tidak percaya dengan dirinya lagi, entahlah yang jelas abang terasa dingin, berbeda sekali dengan dulu saat pacaran dan awal-awal menikah. Selama ini abang ke rumah hanya sekali seminggu. Itu pun kadang hanya sebatas menonton bioskop atau makan di restoran, kemudian abang balik. Kadang abang juga tidak berkunjung, masih dengan alasan yang sama, sibuk! Jadi wajar jika aku sangat berharap bisa quality time sebelum dia pergi. Aku pun berinisiatif menelpon abang duluan.

"Bang, besok kan abang udah mau ke Amerika, tidak bisa kah kamu menginap semalam di rumah mama papa?" tanyaku dengan penuh harap, sebagai obat kerinduan pula.

"Oke, besok pagi banget aku kesana, tapi aku nggak bisa menginap karena kerjaanku masih banyak banget," jawab abang.

Sebenarnya aku sudah menebak sih,kalau abang jawabannya pasti nggak bisa lama-lama. Tapi nggak apa-apa lah daripada tidak ketemu .

"Baik bang. Semua aku udah siapkan untuk keperluan kamu ke Amerika. Nanti tinggal disatuin aja sm baju-baju kamu ya.." balasku sedikit kecewa.

"Ok aku kerja dulu ya," katanya langsung menutup telepon. Selalu begitu, selalu ia yang menutup teleponnya dahulu. Dan aku selalu menunggu beberapa detik hingga telepon tak lagi berbunyi. Sedikit kecewa, namun aku harus membesarkan hatiku. Tidak apa-apa. Ini sesuatu yang biasa terjadi dengan hidupku sekarang. Jadi sebenarnya kekecewaanya sudah tidak terlalu ku rasakan besar. Semakin kebal karena terbiasa, ya itu diriku sekarang.

Selama ini aku tetap berusaha menjadi istri yang baik. Setiap minggu selama abang tinggal di asrama, aku menyuruh supirku untuk mengantarkan bahan makanan yang sudah ku belanjakan. Untungnya di sana ada bibi, jadi abang pun masih ada yang urus masalah kebutuhannya. Itu membuatku merasa tetap bisa menjadi istri yang penuh tanggungjawab untuk suami. Sebelum kepergian abang, aku juga sudah menyiapkan perlengkapan untuk abang bawa ke Amerika. Jadi abang pun tinggal pergi saja nanti besok.

Besok paginya abang datang ke rumah membawa kopernya. Kemudian aku membuka koper dan memasukkan beberapa perlengkapan yang sudah ku siapkan. Entah kenapa pandanganku tertuju kepada laptop yang ku beli ketika abang berulang tahun.

"Bang kamu harus instal drop box. Biar nanti kalo anak kita lahir, aku tinggal masukin aja fotonya kesana. Nanti bisa langsung connect ke HPmu dan laptop," kataku menjelaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Badai PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang