|Chapter 5| Teman

3.2K 335 26
                                    

TigaL - Chapter 5
Teman

-Happy Reading-

Sudah tiga hari ini Lian lewati dengan terbaring di kasur tanpa melakukan apapun. Padahal dia sudah sangat sehat, tetapi bi Sum terus saja mencegahnya melakukan segala aktivitas termasuk sekolah. Sebut saja bi Sum terlalu protektif kepadanya. Dan untungnya hari ini bi Sum ditugaskan untuk berbelanja, jadi Lian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk pergi kesekolah.

Tok tok tok

"Aden, Bibi masuk ya?"

"Iya Bi." Balas Lian yang masih berada diatas kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

Cklek

"Ini sarapannya dimakan dulu, terus obatnya juga jangan lupa. Nanti Bibi mau belanja sama Nyonya, Aden dirumah jangan nakal ya? Terus nanti kalau Aden butuh sesuatu, Aden tinggal panggil aja Pak Wandi. Paham?" Nasehat berturut-turut itu hanya diangguki saja oleh Lian. Entahlah, tapi menurutnya nasehat itu masuk telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri. Yang penting diiyakan, biar bi Sum cepat keluar dari kamarnya.

"Yasudah, Bibi berangkat dulu." Pamit bi Sum kemudian berlalu keluar dari kamar Lian.

"Huft... Mungkin gini ya rasanya dinasehati sama Mama." Guman Lian lalu terkikik kecil.

Ia pun menyibak selimut yang menutupi badannya lalu membenarkan baju seragamnya yang sedikit berantakan. Ternyata Lian sudah merencanakan ini sejak tadi, hanya tinggal menggunakan sepatu dan Lian siap meluncur kesekolah.

Baru saja hendak melangkah keluar, kaki Lian berhenti disebuah cermin yang berada didekat pintu kamarnya. Ia menatap wajahnya sendiri dengan intens lalu menghela nafas panjang. "Hhh... Lian masih terus nunggu kalian berubah kok. Tapi Lian juga minta tolong, tolong jangan lama-lama karena Lian juga manusia yang punya batas kesabaran." Ucap Lian kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan kamarnya.

Perlu diketahui, kamar Lian berada dilantai dua yang mengharuskannya menggunakan anak tangga untuk menuju kesana. Kamar Lian juga bersebelahan langsung dengan kamar kedua kakaknya.

Langkah ceria Lian mendadak terhenti ketika netra coklat miliknya menangkap sebuah pemandangan yang amat menyakitkan baginya. Disana, lebih tepatnya dimeja makan terdapat papa dan kedua kakaknya yang sedang sarapan. Terlihat sangat sederhana, tapi Lian belum pernah mencobanya barang sekalipun.

"Mau nambah apanya Dek? Mau ayam atau sayurnya?" Tawar Zelo pada Lean yang terlihat sekali lahap dalam menyantap makanannya.

"Leyuan mawu ayuamnya Pa- uhuk!!" Zelo yang melihat putranya tersedak itu buru-buru mengambilkan air minum.

"Papa kan sudah pernah bilang, kalau makan itu tidak boleh sambil berbicara. Ini yang Papa takutkan, masih sakit nggak tenggorokannya?" Mendengar teguran dari Papanya, Lean hanya bisa menggaruk tengkuknya sembari tersenyum malu.

"Kebiasaan itu, Pa. Disekolah juga dia sering kesedak gara-gara ngoceh terus pas mulutnya udah kayak balon." Ucap Leon memanas-manasi.

"Ih, gue nggak gitu ya!!" Bela Lean pada dirinya sendiri.

"Anak Papa yang satu ini kenapa bandel hm?" Walau dengan wajah garang sekaligus khawatir, Zelo sebenarnya tidak benar-benar marah sungguhan. Lean yang dari dulu selalu nempel dengan Zelo dan memang sudah paham dengan watak ayahnya itu langsung menubruk tubuh Zelo yang kebetulan masih duduk disebelahnya.

"Lean minta maaf, Lean janji nggak akan ngelakuin hal yang sama lagi." Ucap Lean yang membuat senyum Zelo mengembang.

"Iya sayang, kamu Papa maafin."

TigaL || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang